in

Wisma Perdamaian atau De Vredestein Pernah jadi Rumah Gubernur Belanda

Gedung Wisma Perdamaian yang terletak di bundaran Kawasan Tugu Muda Semarang, atau tepatnya di Jalan Imam Bonjol No 209 Semarang, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang pernah jadi rumah Gubernur Belanda.

 

SALAH satu bangunan bersejarah yang masih berdiri kokoh di tengah Kota Semarang, selain Lawang Sewu yaitu Wisma Perdamaian atau sering disebut Wisper. Gedung ini berada di dekat bundaran kawasan Tugu Muda, tepatnya di Jalan Imam Bonjol No 209 Semarang, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang. Wisma Perdamaian memiliki luas lahan kurang lebih 15.000 meter persegi, dengan luas total bangunan lebih dari 6.500 meter persegi. Bangunan ini dirancang oleh Nicolaas Harting yang menjadi Gubernur pantai Utara Jawa, pada tahun 1754. Hingga tahun 1761 difungsikan sebagai Gauvernenur van JAva’s Noord-Oostkust.

Wisma Perdamaian alias De Vredestein memang sudah ada sejak zaman pendudukan Belanda. Wisma ini dulunya adalah bangunan utama dari kompleks villa miliki Nicolaas Hartingh, salah satu pejabat VOC yang menjabat sebagai Gubernur Jawa Utara Bagian Pesisir Timur pada tahun 1754-1761. Namun bangunan tersebut kemudian hanya menjadi rumah singgah Gubernur Jenderal, dan selanjutnya dipakai sebagai rumah jabatan Residen Semarang.

Bangunan yang cukup besar dan letaknya sangat strategis ini memiliki fasilitas yang tergolong sangat lengkap. Wisma Perdamaian memiliki fasilitas olahraga berupa sebuah kolam renang dan lapangan tenis di halaman belakang gedung.
Gedung ini dulu dikenal dengan nama De Vredestein, yang artinya istana perdamaian.

Dalam perjalanannya, gedung Wisma Perdamaian ini pernah menjadi Kompleks Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN). Setelah direvitalisasi pada tahun 1994, Wisma Perdamaian menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Tengah era Soewardi, yang menggantikan Puri Gedeh. Namun dalam perjalanannya banyak Gubernur Jawa Tengah yang tetap memilih Puri Gedeh di Kecamatan Gajah Mungkur, Semarang sebagai rumah dinasnya.

Gedung yang dirancang Nicholas Harting itu mengalami beberapa perubahan. Hingga pertengahan abad ke-19, gedung itu masih berupa bangunan tunggal dua lantai yang berarsitektur klasik dan bercirikan pilar-pilar rangkap, dengan kapitel berornamen dan bermotif bunga. Kini bangunan utama telah ditemani gedung kantor pada sisi kanannya. Bangunan utama lebih terlihat seperti aula dengan pilar besar dan panggung di dalamnya.

Guru Besar Arsitektur Universitas Diponegoro, Totok Roesmanto menjelaskan, Wisma Perdamaian dulunya digunakan sebagai rumah dinas petinggi VOC yang menjabat sebagai Gouverneur van Java’s Noord-Oostkust (Gubernur Jawa Utara Bagian Pesisir Timur) dan pertama kali digunakan sebelum 1755 menjelang perjanjian Giyanti.

Bangunan itu juga merupakan bagian dari rancangan pelebaran kota, dari wilayah kota lama menuju ke arah Karang Asem (sekarang Randusari).

“De Vredestein memiliki kaitan erat dengan sejarah Perang Jawa. Bangunan ini sangat bersejarah mengingat di situlah tempat kedudukan Gubernur VOC yang menguasai pantai utara Jawa. De Vredestein pernah digunakan untuk merayakan ulang tahun Ratu Inggris secara besar-besaran dengan pesta dansa yang dihiasi 620.000 buah lampion,” jelasnya, belum lama ini.

Secara arsitektur, bangunan Wisma Perdamaian juga telah mengalami banyak perubahan menyesuaikan fungsi bangunan itu sendiri. Karena pernah digunakan sebagai Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada 1978, dan pernah juga digunakan untuk Kantor Sosial pada 1980-an, dan selanjutnya untuk Kantor Kanwil Pariwisata Jawa Tengah pada 1994.

Di era Gubernur Ganjar Pranowo, Wisma Perdamaian dimanfaatkan sebagai ruang kegiatan kesenian. Masyarakat atau komunitas anak muda diizinkan menggunakan Wisper tanpa dipungut biaya alias gratis, namun harus melalui perizinan yang sesuai prosedur.

“Saya sering dicurhati kok nyari tempat pentas susah, bayar gedung mahal. Maka saya silakan pakai saja Wisma Perdamaian gratis. Silakan dimanfaatkan untuk kegiatan yang positif,” kata Ganjar.

Beberapa acara yang digelar di Wisper yakni pameran kartun International Tobacco Cartoon Exhibition 2017, workshop Pertemuan Nasional Jaringan Pendidikan Alternatif “Kongres Anak Merdeka”, dan seminar Silaturahim Kebangsaan UIN Walisongo.(HS)

Bicara di ICSCI 2019, Hendi Jawab Tantangan Keterbatasan Anggaran dan SDM dengan Smart City

Shakuntala Rilis Mini Album “Risalah Hidup & Cinta“ Feat Musisi Profesional Indonesia