in

Produksi Mangut Hingga 1 Ton Perhari, Layani Permintaan dari Luar Semarang

Pemilik usaha, Sunardi di Setra Pengasapan Ikan di Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara sedang menjemur kepala manyung, baru-baru ini.

PERMINTAAN ikan asap atau dikenal mangut ternyata cukup menjanjikan dan masih digemari, meski kadang penjualannya juga pasang surut di pasaran.

Seperti aktivitas produksi mangut di Kota Semarang, yang merupakan salah satu dari Sentra Pengasapan Ikan terbesar. Sentra pengasapan ikan ini terus memasok permintaan ikan asap baik untuk permintaan dari dalam maupun luar Kota Semarang.

Sehingga, para perajin ikan asap maupun pemilik usaha yang menggeluti usaha tersebut, merasa sangat bersyukur karena tetap bisa menghasilkan cuan dari usaha pengasapan ikan ini.

Diakui salah satu pemilik usaha pengasapan ikan, Sunardi (55), setiap hari dirinya mampu memproduksi rata-rata lima kuintal hingga satu ton ikan mentah. Yakni di antaranya terdiri dari ikan jenis mangut, tongkol, dan ramadang.

“Kalau permintaan banyak, kita produksi juga banyak, tergantung permintaan di pasar. Pas permintaan tinggi, kita juga membuat ikan asap sampai satu ton dari bahan ikan mentah,” 2ujarnya, saat ditemui di lokasi sentra pengasapan ikan, Semarang Utara, baru-baru ini.

Permintaan mangut, kata dia, tidak hanya diambil dari pedagang asli Semarang saja untuk dijual di sejumlah pasar tradisional, seperti Pasar Karangayu, Pasar Peterongan, Pasar Johar dan lainnya. Tapi juga sampai memasok ke kota seperti Ambarawa dan Salatiga.

“Kalau ke Ambarawa kadang sampai 15 -20 keranjang, per kerangjang berisi 10 kilogram,” ungkapnya.

Usaha yang dilakoninya dari sejak belasan tahun ini, bisa tetap bertahan karena masih adanya permintaan dari pelanggan. Namun, tidak sedikit di lokasi pengasapan ikan ini bebera sudah tutup dan tidak berproduksi lagi. Salah satunya karena tidak ada bahan ikan, maupun tidak ada penerusnya untuk melanjutkan usaha tersebut.

“Betul, beberapa usaha sekarang tutup, karena memang tidak ada bahan ikan mentah untuk diproduksi dan ada yang tidak diteruskan oleh anak- anaknya. Jadi dulunya ada 50 tempat usaha, sekarang ya tinggal separuhnya, masih 25-an usaha saja yang masih buka,” katanya.

Menurut Sunardi, tutupnya usaha pengasapan ikan, karena beberapa warga yang memilih untuk berjualan di pasar.

“Karena ada yang milih jadi bakul (penjual) di pasar jadi tidak repot- repot membuat ikan asap di sini. Selain itu, usahanya yang tidak diteruskan oleh anak-anaknya,” paparnya.

Ditambahkan Ida (48), salah satu perajin ikan asap lain, mengatakan, kemungkinan alasan usaha ikan asap tidak aktif lagi adalah k1arena tidak ada penerusnya.

“Kan anak-nak muda sekarang banyak yang tidak mau bekerja di sini, karena dianggap kotor dan bau amis. Jadi pilih kerja di tempat lain, atau bikin usaha lainnya jadi usahanya tutup,” tambahnya.

“Atau karena memang tidak ada pasokan ikan mentah untuk di produksi. Jadi bahannya habis, atau stok ikannya terlambat datang. Sebab, bahan ikan dipasok dari daerah lain, seperti Jakarta, dan juga Demak,” imbuhnya.

Untuk harga kepala manyung sendiri dijual Rp 35 ribu perkilogram. Sedangkan ikan mangut Rp 70 ribu perkilogram, dan untuk jenis ikan tongkol dan ramadang Rp 60 ribu perkilogram.

Dan untuk setiap kali proses pengasapan ikan per tungkunya bisa menghasilkan 40-50 potong daging. Biasanya, per orang saat produksi pengasapan memiliki lebih dari dua tungku. Dalam satu lokasi usaha ikan asap memiliki kurang lebih 15 orang karyawan, untuk proses produksinya dari awal yakni pemotongan kepala ikan. (HS-06)

 

 

Kegarangan Haaland Masih Terjaga

Yoyok-Joss Usung 8 Program Unggulan, Komitmen Wujudkan Kota Semarang Maju Bermartabat