in

Ketoprak Truthuk, Kesenian Asli Jawa Tengah yang Nyaris Punah

Penampilan Komunitas Tirang yang mencoba menghidupkan kembali seni tradisi Ketoprak Truthuk di Objek Wisata Goa Kreo, Minggu (7/4/2019).

 

BAGI generasi millenial di Kota Semarang, mungkin sangat asing dengan sebuah seni pertunjukan Ketoprak Truthuk. Padahal dulu, pertunjukan ketoprak ini sempat berkembang pesat di beberapa wilayah di Jawa Tengah dan DIY. Daerah yang mengembangkan ketoprak lebih dominan di daerah pesisiran. Ketoprak pada dasarnya dipertunjukkan untuk masyarakat menengah ke bawah, namun kemudian menjadi pertunjukan yang mewah bagi pejabat-pejabat tinggi kala itu.

Ketoprak Truthuk sendiri adalah salah satu bentuk kesenian teater tradisi, yang pada awalnya banyak dilakukan oleh masyarakat zaman dahulu saat padang bulan. Sejarah munculnya Ketoprak Truthuk memang belum terlacak. Namun beberapa daerah di Jawa Tengah memiliki tradisi seperti ini. Ketoprak Truthuk salah satu teater daerah yang berbentuk tradisi lisan, melalui ucapan, pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, nasihat, balada, atau lagu.

“Ketoprak Truthuk merupakan perkembangan dari Ketoprak Lesung,” kata salah satu penampil dari Komunitas Tirang yang menampilkan Ketoprak Truthuk di Objek Wisata Goa Kreo, Minggu (7/4/2019).

Seni budaya ketoprak Truthuk di Kota Semarang sendiri terus mengalami kemunduran seiring dengan melimpahnya serbuan seni budaya kontemporer. Lebih dari itu, generasi muda juga kurang paham dan antusias terhadap seni budaya ini.

Menurut Kasie Atraksi Budaya Disbudpar Kota Semarang, Sarosa, kemunduran dan tenggelamnya seni Ketoprak Truthuk diakui oleh pihaknya. Karenanya, program dan kegiatan pengenalan atraksi budaya seni tradisi kepada generasi muda harus lebih digencarkan.

“Banyaknya budaya luar yang ikut masuk seiring dengan arus globalisasi ikut menggerus seni budaya tradisional ini,” terangnya di sela Pagelaran Ketoprak Truthuk di Objek Wisata Goa Kreo, Minggu (7/4/2019).

Diakui, jenis kesenian ini juga kurang promosi. Karenanya, bersama Komunitas Tirang, pihaknya berusaha membangkitkan kembali kesenian yang nyaris punah ini. Diharapkan dengan disajikan di objek wisata dan di akhir pekan, di mana tingkat kunjungan wisata tinggi, warga semakin mengerti dan paham tentang tradisi ini.

“Ketoprak Truthuk merupakan salah satu bentuk kesenian teater tradisi dari Jawa Tengah. Pada awalnya kesenian ini banyak dilakukan oleh masyarakat zaman dulu pada saat bulan purnama, di mana kesenian ini dulu merupakan ajang berinteraksi, dan berekspresi dengan menggunakan media apa adanya, baik tempat, busana, maupun iringan musiknya,” tukasnya.

Pada awalnya, iringan seni tradisi ini hanya bunyi-bunyian yang berasal dari bambu yang dipukul atau kentongan. Biasanya tema cerita banyak menceritakan legenda, mitos dan sejarah kerajaan yang ada di Pulau Jawa.
Hal ini sebagai bahan penyampain pesan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap cerita yang dimainkannya. Adapun pada perkembangannya, Truthuk ini berubah menjadi sebuah seni drama tradisi baik ketoprak, drama, sandiwara dan lain-lain di mana pada kemasannya menjadi lebih sedikit tertata.

“Kesemuanya itu mempunyai tujuan yang sama yaitu penyampaian pesan lewat ucapan/lisan yang dikemas dalam sebuah seni tradisi,” katanya.

Setelah sekian lama kesenian Truthuk ini jarang dimainkan dan dipentaskan, maka Disbudpar Kota Semarang mencoba mulai menggali dan mengemas kesenian Trutuk ini menjadi sebuah seni pertunjukan yang pada konsepnya mengangkat isu-isu yang berkembang di masyarakat saat ini. Sebagai bahan penyampaian pesan moral, pengemasannya pun sedikit diubah mengikuti perkembangan zaman, baik drama turginya, busananya, maupun iringan musiknya yang ditambah dengan sedikit instrumen gamelan untuk menambah harmoni dan irama dalam setiap penggarapan. “Tentunya tanpa meninggalkan nilai-nilai estetika yang terkandung dalam seni Trutuk itu sendiri,” tandasnya.(HS)

Hendi Puji Peran Lansia dalam Konsep Bergerak Bersama di Kota Semarang

Saksi Kunci, Lutfi Tak Hadir di Sidang Kasus Korupsi Mading Kendal