CANDI Ngempon atau sering disebut Candi Muncul di Kabupaten Semarang merupakan salah satu situs peninggalan era Hindu/Buddha sekitar abad 8 Masehi. Terdiri atas empat bangunan candi yang telah direkonstruksi dan dibangun kembali, dulunya di kawasan ini dipercaya ada sembilan bangunan candi. Namun kini hanya ada empat buah candi yang masih utuh. Sepintas semua bangunan candi berukuran sama, namun ada satu candi yang ukurannya lebih besar.
Sementara di sekitar bangunan candi, terlihat sisa reruntuhan batu candi yang menumpuk dan rusak akibat terjadi longsoran tanah di wilayah tersebut.
Saat halosemarang.id berkunjung ke Candi Ngempon belum lama ini, terlihat ukuran bangunan candi lebih kecil dibanding Candi Gedung Songo yang juga ada di Kabupaten Semarang. Di candi ini, nampak relief di dinding candi lebih dominan bergambar hewan yang hidup di sekitar daerah tersebut, seperti burung, sapi, dan hewan lainnya.
Candi Ngempon ini dibangun pada masa silam, dan berfungsi sebagai salah satu tempat peribadatan, khususnya umat beragama Hindu. Candi pada masa lampau memang kerap dibangun di atas bukit atau lereng gunung. Karena menurut mitologi agama Hindu, gunung atau tempat yang tinggi merupakan tempat bersemayam para dewa.
Menurut Arkeolog Semarang, Tri Subekso, diperkirakan bangunan ini dulunya difungsikan sebagai tempat peribadatan atau tampat peziarah masa Klasik atau Mataram Kuno.
“Memang kalau sebaran situs, makin ke atas lebih banyak hingga di puncak. Jumlahnya seratusan situs, data saya terus
bertambah. Dari penelitian saya di Kabupaten Semarang, Kendal, dan Kota Semarang, saya yakin kalau sebaran situs sampai puncak, ada jalur kuno. Yakni puncak Botak, Ungaran dan Gendol,” terangnya, baru-baru ini.
Ditambahkan Tri, sangat disayangkan jika situs ini dibiarkan rusak oleh alam dan tangan manusia. Tak ada perhatian serius untuk upaya penyelamatan situs tersebut dari kerusakan. Sehingga proteksi masyarakat sekitar, diharapkan bisa membantu dalam upaya melestarikan situs ini. Apalagi para pendaki yang sering muncak, harus ikut menjaga jangan sampai banyaknya situs ini dirusak oleh tangan jahil manusia.
Dari berbagai sumber, di area sekitar candi ini dulu merupakan pusat penggembelengan para kasta brahmana untuk dididik
sebagai Mpu, atau Empu. Baik di bidang olahkanuragan, sastra budaya, maupun kerohanian. Oleh karena itu, tempat situs candi tersebut dikenal dengan nama Ngempon, yang berasal dari kata Empu atau Ngempu. Dari posisinya, candi itu berada di salah satu lembah yang berdekatan Gunung Ungaran dan pertemuan beberapa sungai.
Sejarah penemuan candu ini, ditemukan secara tidak sengaja pada tahun 1952 oleh petani setempat saat sedang mencangkul di sawah. Pada awal penemuan, di muka sawah hanya ditemukan batu andezit polos berukuran 40 meter persegi. Tetapi setiap mancangkul ditemukan banyak batu serupa di sekitarnya.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2006 Balai Peninggalan Purbakala Jawa Tengah menyusun lagi sebuah candi yang ukurannya lebih kecil dari yang pertama.
Untuk menuju lokasi atau rute ke Candi Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, bisa ditempuh dari arah Semarang, Amabarawa, maupun Salatiga, langsung menuju dan berpusat di satu jalur Semarang-Solo atau Semarang-Yogyakarta. Kemudian berhenti di depan Pasar Karangjati, Kabupaten Semarang. Bersebelahan dengan Pasar Karangjati ada kantor Polsek Karangjati, dan di situ ada pertigaan yang dari Semarang belok ke kiri sedangkan dari Salatiga, Ambarawa belok ke kanan.
Kemudian menuju jalan ke timur atau jalan menuju Pringapus. Setelah 2 kilometer dari Polsek Karangjati, ada pertigaan dan belok kanan untuk sampai dan menemukan papan nama Candi Ngempon. Setelah sampai di situ ada penunjuk arah yang akan membawa wisatawan menuju ke lokasi candi.
Salah satu pengunjung, Desti mengatakan, dia tertarik untuk mempelajari sejarah Candi Ngempon ini. Karena selama ini hanya mengetahui Candi Gedong Songo. Relief yang ada di dinding Candi Ngempon ini menurutnya juga menarik, dan tentu memiliki fungsi atau arti bagi masyarakat masa lampau.
“Sehingga diharapkan, situs candi ini makin dikenal masyarakat dan makin menarik wisatawan untuk datang,” katanya.(HS)