
HALO SEMARANG – Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri mengamankan pasangan suami istri (pasutri) yang diduga terkait jaringan teroris di Dusun Kepoh, Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Selasa (15/10/2019). Tim gabungan menggrebek rumah kontrakan tersebut saat keduanya berada di rumah sekitar pukul 07.00.
Diketahui, rumah kontrakan yang menjadi TKP adalah milik Nor Ansori (55) warga Kepoh RT 01 RW 04 Kelurahan, Nongkosawit Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.
Adapun Identitas terduga teroris atau penghuni kontrakan yang diamankan Densus 88 adalah berinisial AN (44) asal Pringapus, Kabupaten Semarang, dan istrinya, MH (44) asal Gadingrejo, Kabupaten Pringsewu, Provinsi Lampung.
“Tadi sekitar pukul 06.00, saya lagi di kebun kemudian dipanggil ketua RT 1, yaitu Arifin untuk mendampingi tim Densus sekitar pukul 07.00,” kata ketua RW 04 Kepoh, Kelurahan Nongkosawit, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Hafidz, Senin (15/10/2019).
Hafidz menambahkan, dua anak terduga diamankan di sekolahnya terlebih dahulu. Pihak sekolah menahan kedua anak tersebut agar tidak langsung pulang.
Tetangga terduga teroris yang rumahnya tepat berada di depan rumah kontrakan, Fadholi mengatakan, pada pukul 07.00 banyak mobil yang parkir di depan rumah kontrakan. Kemudian beberapa saat kemudian terduga teroris AN dibawa masuk ke dalam mobil.
Fadholi yang melihat dari kejauhan sempat mengira rombongan yang menjemput tetangganya tersebut adalah rekan-rekannya. Dia tidak mengira bahwa mereka polisi, karena Fadholi tidak melihat seragam ataupun senjata.
“Saya kurang kenal karena ngontrak di sini baru sekitar 3 bulan. Hanya tegur sapa biasa, tanpa mengobrol panjang. Sebelumnya mereka juga mengontak di kampung sebelah yang masih satu RT,” kata dia.
Hafidz mengatakan, tetangganya tersebut hanya sesekali pulang ke rumah kontrakan, sekitar sepekan sekali. Sedangkan untuk istri Hafidz, tidak pernah beranjak dari rumah dan hanya sesekali keluar rumah ketika berbelanja atau mengantar anak mereka ke sekolah dengan menggunakan sepeda motor.
“Di lingkungan, suami isteri tersebut memang jarang bersosialisasi dengan warga sekitar dan cenderung tertutup. Kalau pengajian atau kegiatan PKK tidak pernah kelihatan,” ungkap Hafidz.(HS)