SEMARANG – Wilayah Kota Semarang bagian pesisir masih mendominasi luasan area kumuh. Data Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (Disperkim) Kota Semarang menyebutkan, jika wilayah yang masih terdapat kawasan kumuh ada di Semarang Utara, Semarang Timur, dan sebagian Gayamsari.
Total wilayah kawasan kumuh yang saat ini masih tersisa seluas 112,49 hektare dari total luas Kota Semarang 415 hektare. Kepala Disperkim Kota Semarang, Ali mengatakan, jika di 2019 peenanganan kawasan kumuh akan dikonsentrasikan untuk tiga wilayah tersebut.
“Proyeksi penuntasan di 2019 kami adalah 90,28 persen dari sisa 112,49 hektare tersebut,” kata Ali, Rabu (9/1).
Anggaran yang disediakan oleh Pemkot Semarang di 2019 untuk pengentasan wilayah kumuh mencapai Rp 105 miliar.
Meski begitu, permukiman kumuh di Kota Semarang dari 2016 lalu terus berkurang. Akhir 2016 wilayah kumuh tercatat seluas 294,37 hektare. Di 2017 luasan tersebut semakin mengecil menjadi 216,17 hektare. “Dan pada 2017 yang berhasil kami entaskan seluas 78,20 hektare,” tuturnya.
Kemudian, di 2018 luasan wilayah kumuh semakin mengecil menjadi 112,49 hektare. Adapun luasan wilayah kumuh yang mampu dientaskan pada tahun tersebut yaitu 103,68 hektare. Lebih lanjut Ali menjelaskan, jika kegiatan pengentasan kawasan kumuh meliputi beberapa hal.
Di antaranya melalui program lingkungan sehat perumahan, pembangunan dan peningkatan sarana prasarana, pemeliharaan rusun, dan program peningkatan kualitas serta jangkauan air limbah.
Untuk pengentasan wilayah kumuh, nantinya juga akan dibangun wilayah percontohan. Adapun wilayah percontohan yang dimaksud yaitu di Kelurahan Tambakrejo, Kecamatan Kecamatan Gayamsari.
Konsep yang akan diterapkan untuk pembangunan wilayah tersebut hampir sama dengan Kampung Pelangi yang sudah dibangun Pemkot Semarang. “Rumah-rumah nanti mungkin akan dicat warna-warni, dan juga pavingnya,” tuturnya.
Hal yang menjadi pembeda dengan Kampung Pelangi nantinya yaitu adanya pusat oleh-oleh di Tambakrejo. Wilayah administratif Tambakrejo yang dilalui jalur utama Semarang Demak menjadi alasan pembangunan.
“Saya ingin membuat kelurahan tidak kumuh dan kelihatan mocer. Mulai dari sarana prasarana, RTLH, lampu, sanitasi, dan tanaman akan kami buat lebih bagus dan berwarna,” katanya.
Kabid Permukiman Disperkim Kota Semarang, Agus Rochim menambahkan, jika hal itu akan direalisasikan di 2019 ini.
“Masuk ke dalam program pengentasan wilayah kumuh di wilayah Gayamsari,” ujar Agus.(Halo Semarang)