LANGIT sore di sekitar dermaga Tambaklorok Semarang Utara, Kota Semarang berubah cepat menjadi tertutup awan mendung meski cuaca sedang panas.
Ditambah lagi, hembusan angin laut cukup kencang, dan kadang gelombang tinggi juga kerap dihadapi oleh nelayan saat melaut.
Kondisi ini umumnya terjadi saat musim hujan atau dikenal musim baratan, sehingga saat menunggu laut menjadi agak tenang, waktu ini dimanfaatkan nelayan untuk memperbaiki kapalnya yang mulai rusak. Sehingga kapalnya bisa digunakan nelayan di saat cuaca sudah memungkinkan untuk kembali melaut.
Seperti yang dilakukan nelayan Tambaklorok, Zainudin saat ditemui baru-baru ini, dia terlihat serius memelototi badan kapal yang mulai aus dan bocor. Dimulai memeriksa dengan teliti, terutama paku-paku/pengait pada setiap lembaran kayu yang mulai lepas atau kendur, sehingga membuat aus yang membuat air laut rembes masuk ke dalam kapalnya.
“Perbaikan kapal dilakukan, kalau sudah didocking atau diangkat di atas dermaga. Perbaikan kapal yang sering yaitu penggantian paku, kalau ada yang lepas, berkarat juga ada kayu yang mulai keropos. Biar pas dipakai buat melaut kapal tidak bocor,” papar Zainudin.
Biasanya dirinya saat melaut mencari rebon atau udang kecil di rumpon milik kakaknya. “Kadang pas cuaca bagus, berangkat pukul 17.00, dan baru pulang sampai tengah malam. Kalau hasil tangkapan baik, bisa bawa pulang uang sampai Rp 500 ribu,” katanya.
“Biasanya dapat udang berbagai ukuran, campur ada yang besar dan kecil. Kalau udang besar harganya dijual lebih mahal dibandingkan ukuran sedang maupun kecil. “Satu kilogramnya dijual dengan harga Rp 50 ribu yang besar, kalau sedang Rp 40-45 ribu perkilogram, dan ukuran kecil dihargai Rp 30 ribu/kg. Kadang kalau melaut bawa di darat sampai 10 kilogram, dan bawa kerang ijo. Tapi juga pernah tidak dapat hasil sama sekali, karena kondisi lagi cuaca buruk,” sambungnya.
Saat musim hujan tiba, kata dia, mereka akan menghadapi cuaca buruk, sampai Februari nanti, di mana membuat nelayan tidak bisa melaut setiap harinya mencari hasil tangkapan. “Cuaca buruk atau ombak baratan cukup berdampak, nelayan pilih libur total, daripada bisa membahayakan sata berada di tengah laut,” katanya.
Saat ini, lanjut dia, nelayan telah merasakan manfaat sejak adanya pembangunan sheet pile/tanggul laut dan pemecah ombak di muara sungai di wilayahnya, karena bisa menjadi perlindungan kapal yang bersandar di dermaga. “Sebelum ada pemecah ombak, sering kapal nelayan tersapu ombak, jadi rusak berat sehingga nelayan mengalami kerugian yang tidak sedikit,” ujarnya.
Sebelumnya, Pj Sekda Kota Semarang, Muhammad Khadik menyebutkan, dampak rob dan banjir di wilayah pesisir pantai utara ini berkurang dan memberikan manfaat bagi warga.
“Karena sebelum dibangun sheet pile atau tanggul laut penahan rob ini, setiap kali musim hujan air rob masuk ke permukiman dan rumah warga,” jelasnya.
Saat ini, lanjut dia, adanya pembangunan dam tersebut membuat warga menghadapi musim hujan lebih merasa aman. “Apalagi akhir-akhir ini kondisi rob cukup tinggi, dan Alhamdulillah warga tidak lagi merasa was -was tiap kali turun hujan,” pungkasnya.(HS)