HALO KENDAL – Terdapat ragam jenis dan cara menikmati kopi bagi setiap pencintanya. Kopi bisa diracik dengan beragam cara seduhan, mulai dari kopi tubruk hingga kopi dengan campuran krimer, susu, bahkan sirup perasa.
Apalagi saat ini, minum kopi sudah menjadi satu gaya hidup bagi sebagian kalangan di masyarakat. Bahkan ada pepatah yang menyebut, di hadapan kopi semua sama tak ada sekat strata sosial apapun.
Seiring meningkatnya konsumen kopi di masyarakat, kini menjamurlah kedai-kedai kopi di perkotaan maupun di pedesaan. Melihat peluang tersebut, Pondok Pesantren Assalafiyah Annahdliyyah yang berada di Desa Curugsewu Kecamatan Patean, Kabupaten Kendal bersama santrinya kemudian mulai merintis pengembangan usaha kopi.
Pengasuh Pondok Pesantren Assalafiyah Annahdliyyah, Kiai Ahmad Rojin mengatakan, awal mula usaha kopi dikarenakan sebagian warga Patean banyak bertani kopi. Seperti kopi Robusta, Arabika, dan juga Liberica.
Kemudian, demi membantu para petani kopi di daerahnya, pihaknya berinisiatif membeli sebagian kopi hasil panen dari para petani kopi. “Selama ini mereka (para petani) menjual biji kopi pada tengkulak dan pengepul, jarang yang melakukan proses sendiri dibuat bubuk kopi,” ujar Rojin, Minggu (27/2/22).
Rojin memaparkan, biji-biji kopi yang dibeli dari pada petani tersebut, selanjutnya diolah menjadi kemasan yang siap jual di pasaran. Bahkan pihaknya juga telah memproduksi hingga pengemasan, yang diberi label NU Coffee.
“Selain membuat produk NU Caffee, di depan Pondok Pesantren Assalafiyah Annahdliyyah, juga dibuka kafe yang operasionalnya dikelola para santri secara bergantian, terutama santri yang sudah ikut pelatihan barista,” paparnya.
Ia pun mengungkapkan, selain untuk tempat tongkrongan, kafe yang dikelola para santri tersebut, sekaligus sebagai tempat penjualan dan pemasaran produknya.
“Nah, yang paling menarik di kafe ini, adalah tempatnya yang representatif untuk berdiskusi. Karena di kafe ini, kita bisa ngobrol asik, eratkan tali silaturahmi. Tentunya dengan ditemani secangkir kopi,” kelakar Rojin.
Selain itu, lanjutnya, promosi dan pemasaran kopi juga melalui bazar UMKM sekitar, dijual dalam kegiatan atau acara keagamaan, juga tak lupa dilakukan secara online.
Rojin pun berharap, dengan memakai brand NU Caffee, produk kopinya bisa menjadi kopi unggulan di kalangan pengurus Nahdlatul Ulama (NU) dan para kiai di Kendal. “Jangan khawatir jika ingin ngopi di sini. Karena NU Cafee mempunyai slogan “Minum kopi sepuasnya bayar seikhlasnya”,” imbuh Rojin.
Sementara Bupati Kendal, Dico Ganinduto saat berkunjung ke Pondok Pesantren Assalafiyah Annahdliyyah menyampaikan, terobosan ini sangat sesuai dengan programnya “One Pondok One Produk”. “Produk UMKM yang ada di pondok pesantren tersebut diharapkan terus berkembang dan meningkatkan kualitasnya,” ungkap Bupati.
Menurut Dico yang datang didampingi sang istri Chacha Frederica, hal ini bertujuan agar produl UMKM dari sektor pesantren, bisa lebih bersaing di pasaran. Baik online maupun offline.
Dijelaskan untuk strategi online, target pasar atau calon pengunjung kafe sebagian besar adalah anak usia muda atau orang kelas menengah ke atas. Yang mana biasanya mereka sangat akrab dengan sosial media.
“Kita bisa memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memasarkan bisnis dan menarik mereka datang ke kafe. Yakni dengan membuat akun sosial media, seperti di Instagram, Twitter, Facebook, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Sedangkan untuk strategi offline, yang perlu diingat, kafe merupakan tempat makan, tetapi berbeda dengan warung makan umum seperti warteg. Sehingga diperlukan sebuah tawaran atau fasilitas yang menarik agar banyak pengunjung yang datang.
“Tawaran atau fasilitas yang dapat kita berikan seperti kartu member, promo diskon, atau mengadakan kegiatan atau kontes mengenai kafe dengan memberikan reward, dan program-program lainnya,” pungkas Dico.(HS)