HALO SEMARANG – Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama Republik Indonesia merilis data di tahun 2019, ada 78 ribu lebih madrasah tersebar di Indonesia.
Perkembangan pesat madrasah tersebut memberikan corak tersendiri bagi pendidikan di Indonesia. Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Semarang, Muh Habib menyampaikan bahwa ternyata manajemen kepemimpinan dari kepala madrasah merupakan kunci madrasah tetap bisa eksis mewarnai dunia pendidikan
“Kepala madrasah memiliki tugas untuk memanajemen perencanaan bersama komite, kemudian dilaksanakan oleh tim di madrasah, lalu dievaluasi serta ditindaklanjuti. Jadi tidak hanya sekadar program tapi ada capaian, ada outputnya, dan ada evaluasi. Kekurangannya apa, hambatannya apa, punya ide-ide, punya evaluasi bagaimana supaya madrasah itu bisa mengikuti perkembangan mutu pendidikan yang ada,” ungkap Muh Habib saat membuka acara pelatihan Praktik Baik Manajemen Madrasah dan Budaya Baca kerja sama Tanoto Foundation dengan Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang yang digelar di hotel Wimarion Semarang, pada Rabu-Kamis (6-7/11/2019).
Habib menjelaskan, bahwa langkah yang ditempuh oleh Tanoto Foundation sangat tepat. Dengan melatih madrasah bagaimana mengelola madrasah secara efektif, maka tujuan pendidikan dan pembelajaran di madrasah akan lebih tercapai secara efektif.
“Bila kepala madrasah sudah terlatih, maka dia akan mampu mereviu semua pilihan yang ada. Selain itu bisa memberikan keleluasaan untuk bekerja sama dengan semua pihak.
Mulai dari tenaga pendidik dan kependidikan, siswa, kemudian orang tua, dan juga masyarakat untuk berkontribusi membantu perkembangan mutu pendidikan. Kepala madrasah inovatif maka semua komponen di madrasah juga inovatif,” jelas Habib.
Koordinator Program Pengembangan Inovasi untuk Kualitas Pembelajaran (PINTAR) Tanoto Foundation Jawa Tengah, Nurkolis yang hadir dalam kesempatan tersebut menjelaskan, setidaknya ada tiga hal yang perlu dilakukan oleh kepala madrasah sebagai kunci perubahan agar madrasahnya menjadi madrasah berorientasi efektif. Tiga hal tersebut yaitu kepala madrasah sebagai agen perubahan. Kepala madrasah harus membuat program. Merencanakan program dan melakukan serangkaian kegiatan agar tujuan utama pendidikan tercapai.
“Madrasah efektif adalah madrasah yang mencapai target dan tujuan pembelajaran dalam jangka waktu yang telah direncanakan. Setiap madrasah harus punya program kerja yang holistik, mulai dari RKM, RKJM, RKAM, ataupun RKT,” terang Nurkolis.
Kepala Madrasah sebagai pemimpin pembelajaran, lanjut dia, harus memfokuskan, mendorong, dan memonitor. Serta selalu berupaya untuk memperbaiki kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh gurunya.
“Idealnya 70 persen waktu dari kepala madrasah adalah untuk memonitor, memperbaiki, dan mendorong gurunya melakukan perbaikan pembelajaran. Sedangkan 30 persennya baru untuk melakukan aktivitas lain. Misal untuk rapat, undangan dan kegiatan lainnya,” ungkap doktor manajemen pendidikan ini.
Yang ketiga, terang dia adalah kepemimpinan kewirausahaan. Kalau di level MI dan MTs diterjemahkan sebagai peran kepala madrasah dalam mewujudkan program-program yang kreatif, inovatif, dan mempunyai ide-ide yang baru untuk perbaikan madrasah. Maka kemajuan madrasah sangat tergantung pada kepemimpinan seorang kepala.
Fasilitator Program PINTAR dari UIN Walisongo Saminanto menjelaskan, bahwa selama pelatihan peserta mendapatkan tips dan trik untuk mengimplementasikan madrasah efektif. Di antaranya terkait dengan bagaimana membuat perencanaan yang efektif, yang berasal dari evaluasi diri madrasah. Baik itu melalui raport mutu maupun teknis lainnya. Selain itu tips untuk mendorong proses transparansi, akuntabilitas, dan peran serta dari lingkungan.
Sementara, Wakil Dekan Fakultas Sains dan Teknologi ini juga menjelaskan, bahwa untuk mendapatkan pola perencanaan tersebut, dalam pelatihan yang diikuti oleh 40 peserta dari unsur kepala, komite, guru senior dan pengawas dibekali juga dengan unit-unit lain. Supaya capaian dari sekolah lebih komprehensif.
“Unit dalam modul II ini berfokus pada, mengkaji keberhasilan implementasi modul, membantu sekolah menyusun program budaya baca berbasis sumber daya yang dimiliki, mendorong sekolah mengimplementasikan transparansi dan akuntabilitas pada aspek pembelajaran, budaya baca dan manajemen sekolah, membantu sekolah menyusun tindak lanjut supervisi pembelajaran, serta menjadi kepala sekolah efektif,” ungkap Saminanto.
Adapun program PINTAR, Tanoto Foundation terus berkomitmen mendorong kepala madrasah untuk menerapkan fungsi-fungsi pengembangan madrasah, mengimplementasikan transparansi dan akuntabilitas pada aspek pembelajaran, budaya baca dan manajemen madrasah. Selama 2 hari peserta dari tingkat MI serta MTs mitra PINTAR dan UIN Walisongo di Semarang juga diajak untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan budaya baca. Sedangkan unit-unit modul 2 ini ditujukan untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran dan budaya baca di madrasah melalui perbaikan manajemen madrasah.(HS)