JELANG tahun baru Imlek, Perkumpulan sosial Boen Hiang Tong atau Rasa Dharma melakukan persiapan dengan membersihkan patung dewa-dewa dan sinci atau papan leluhur tokoh yang dihormati bertempat di altar sembahyang gedung Rasa Dharma, Jalan Gang Pinggir, Kawasan Pecinan Semarang, Senin (27/1/2025).
Puluhan sinci tersebut telah diturunkan, termasuk sinci KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur, Presiden RI ke-4. Lalu, sinci tersebut juga ikut dibersihkan oleh tiga orang petugas.
Pegawai gedung Rasa Dharma, Ws. Ling ling menjelaskan, kegiatan bersih-bersih ini menjadi rangkaian menjelang Imlek, setelahnya baru diikuti dengan sembahyang leluhur, yakni satu hari sebelum hari raya Imlek.
“Terakhir ada Cap Go Meh, juga untuk merayakan hari jadi Hoen Hian Tong dan sekaligus Haul Gus Dur diperingati,” terangnya kepada awak media, Senin (28/1/2025).
Diprosesi pembersihan sinci, kata Ling ling, ada juga tokoh Tionghoa yang berjasa, yakni KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur karena dianggap menjadi “Bapak Tionghoa”.
“Sinci dibersihkan dengan air mawar, lalu diusap dengan kain. Perlakuan yang sama juga untuk puluhan sinci yang ada disini,” katanya.
Pihaknya tiap tahun jelang imlek, juga membersihkan kongco atau dewa-dewa. “Patung dimandikan, ganti pakaiannya,”jelasnya.
Sebelumnya, kata dia, penghargaan kepada almarhum Gus Dur sebagai Bapak Tionghoa diberikan oleh Komunitas Tionghoa Semarang bulan Agustus tahun 2014 lalu. Saat itu pula Sinci Gus Dur dipasang.
“Untuk memasang ini sudah izin keluarga Gus Dur. Saat peresmian keluarganya juga datang,” ujar Ling- ling.
Menurut Ling Ling, masa pemerintahan Gus Dur menjadi angin segar bagi warga Tionghoa di Indonesia. Gus Dur menghilangkan diskriminasi kepada warga Tionghoa yang sebelumnya seperti memiliki “cap” dan susah mengurus berbagai dokumen.
Selain itu, berkat Gus Dur, kini perayaan tahun baru Imlek boleh dirayakan terbuka karena sebelumnya Imlek hanya boleh dirayakan di dalam rumah. (HS-06)