HALO KENDAL – Desa Peron merupakan sebuah desa di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal atau berada di sebelah selatan dari pusat kota Kabupaten Kendal. Desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Semarang.
Desa ini mempunyai luas wilayah ± 1.033 hektare, yang sebagian besar masih digunakan untuk lahan pertanian, lahan perkebunan, instansi pemerintahan, kegiatan perekonomian, dan fasilitas penunjang lainnya.
Dilihat dari kondisi topografinya, Desa Peron sebagian besar wilayahnya adalah perbukitan, terutama di Dusun Kebon Getas, Dusun Nampu, dan Ketro. Sedangkan daerah yang termasuk dataran terdapat di Dusun Krajan dan Dusun Manggung.
Mata pancaharian warga di desa ini dipengaruhi dengan kondisi wilayah masing-masing dusun. Untuk dusun yang termasuk datar, mayoritas mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani, yaitu menghasilkan tanaman pertanian seperti padi.
Sedangkan untuk wilayah dengan lahan yang terletak di perbukitan, mayoritas mata pancahariannya adalah produksi gula aren, kopi, dan kayu.
Menurut Sekretaris Desa, Muchlasin, Desa Peron memiliki berbagai potensi pariwisata, seperti Watu Sumong, Watu Gong, Tubing Kaliringin, Api Abadi, Kali Dukun, Curug Pancuran, di Dusun Ketro, Gunung Tedeng di Dusun Nampu, serta potensi ekonomi lainnya.
“Seperti hasil olahan aren, yang berupa gula aren, gula semu, dan sirup gula aren yang asli dari alam. Kemudian kopi bubuk, penghasil ijuk, kolang kaling dan kayu sengon laut, serta potensi kesenian yang ada di desa ini. Seperti tari leak, jaran kepang dan warogan,” jelasnya saat ditemui halosemarang.id, Minggu (20/8/2020).
Menurutnya, dari letak geografisnya, Desa Peron yang terletak di daerah pegunungan, di mana masih cukup steril dari sentuhan polusi, kebisingan, dan kesemrawutan layaknya kehidupan di perkotaan.
“Di samping itu, desa kami merupakan salah satu wilayah di Kendal yang sedang giat-giatnya mengembangan pariwisata,” ujar Muchlasin.
Dikatakan, para tamu atau pendatang yang menjejakkan kaki di Desa Peron, mereka disuguhi bentangan sawah hijau di mana ada satu aliran sungai yang begitu jernih, berbatu, dan menenangkan.
Desa Peron sebagai salah satu desa yang memiliki potensi wisata, dalam perkembangannya memang dituntut ada peningkatan kualitas sumber daya manusia yang baik.
Hal ini tentu butuh peran pemerintah daerah dalam upaya mengembangkan potensi wisata ini.
“Untuk itu perlu ditanamkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya aspek-aspek sapta pesona yang menunjang keberlanjutan wisata di Desa Peron,” imbuhnya.
Ditambahkan Muchlasin, melihat potensi yang ada di Desa Peron, Pemerintah Desa Peron sudah membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) “Wukir Sari”, yang berarti gunung yang ramai.
“Pembentukan Pokdarwis Wukir Sari bertujuan memberikan pengetahuan kepada masyarakat setempat akan pentingnya sikap sadar wisata dalam meningkatkan citra pariwisata. Dengan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang wisata, sehingga dapat memperoleh manfaat ekonomi,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Muchlasin, keindahan wisata di Desa Peron tidak akan berarti ketika tidak dibarengi dengan keramahtamahan warga desa tersebut.
“Jarak antardusun di sini juga dapat dikatakan cukup jauh, dan kendaraan bermotor di sini juga masih sangat sedikit, sehingga minim polusi,” ungkapnya.
Sementara itu menurut pemuda setempat, Arif Budi M (24), ada banyak fenomena unik di desa terkait kearifan lokal yang mungkin tak bisa ditemui di daerah lain. Salah satunya tentang budaya gotong royong.
Dijelaskan, ketika ada kegiatan semacam itu, para ibu-ibu tengah baya tidak segan-segan untuk membantu, dan tenaga mereka tidak kalah kuat jika dibandingkan dengan laki-laki.
Hal unik lainnya, warga di sini lebih suka untuk melakukan kerja bakti di malam hari, bahkan terkadang hingga dini hari.
“Warga kami mempunyai filosofi bagus untuk hal ini. Karena suhu di Desa Peron ketika malam hari sangatlah dingin, menjadi motivasi tersendiri bagi warga. Semakin mereka banyak gerak membuat mereka semakin hangat,” ungkapnya.(HS)