HALO SRAGEN – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, meminta operator desa bisa memaksimalkan penggunaan Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perumahan (Simperum), untuk mendata Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) di wilayahnya.
Hal itu disampaikan, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen, seusai mengecek hasil pembangunan dari program “Satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Satu Desa Dampingan”, di Desa Bonagung, Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen, Kamis (27/01/2022).
Taj Yasin juga meminta agar pemaksimalan program tersebut, harus diiringi dengan kedisiplinan dalam memperbarui data. Kedisiplinan ini penting, agar akselerasi pembangunan RTLH dapat segera tercapai.
“Bantuan RTLH ini butuh kita realisasikan. Bukan hanya dibangun, tetapi datanipun kedah (datanya harus) kita input,” kata Taj Yasin Maimoen.
Dengan kedisiplinan menginput data melalui Simperum tersebut, data yang tampil di Sistem Informasi Desa Jawa Tengah (Sidesa) juga selalu update, sekurang-kurangnya sekali dalam sebulan.
Hal ini sekaligus membantu Pemerintah, dalam memfasilitasi pembangunan RTLH bagi masyarakat yang tidak mampu.
“Harus diisi. Di situ saat ini juga enak, tidak seperti dulu. Kalau dulu itu, kita kirim prosesnya lama, dan kita tidak tahu siapa yang akan mendaftarkan daftar tunggu. Tapi sak niki kan, big data menika sampun wonten menu-nipun (Tapi sekarang kan, big data ini sudah ada fiturnya) untuk memasukkan orang baru. Yang sudah tidak pantas, bisa langsung kita usulkan untuk dikeluarkan. Kula nitip niku dipun tulis terus nggih, dipun update (Saya titip itu ditulis terus ya, diperbarui),” pesan Wagub
Selain meminta untuk disiplin memperbarui data, Taj Yasin juga menginginkan agar nama-nama masyarakat penerima manfaat maupun yang sudah lulus menerima bantuan, diumumkan di papan pengumuman balai desa. Tujuannya untuk mewujudkan transparansi.
“Saya tambahi tugas. Nanti (perangkat desa) memasang ya. Yang menerima bulan ini siapa saja. Yang sudah “wisuda” siapa saja. Yang masuk ada tambahan siapa saja. Sehingga masyarakat tahu. Kita bersama-sama mengawasi,” pintanya.
Sementara, perangkat Desa Bonagung, Triyono, yang juga operator data Simperum, menuturkan sejak aplikasi ini diluncurkan pada 2018, pihaknya selalu disiplin mengupdate data. Selama hampir 4 tahun meng-update data, dia mengaku ada penurunan pembangunan RTLH.
“Saya update itu ada penurunan. Karena dulu pertama kali saya buka data itu jumlahnya 700 an (RTLH). Dan sekarang setelah saya validasi tinggal 308, dan saya validasi ulang lagi tinggal 248. (Sebanyak) 308 itu akhir tahun 2020, yang 248 sampai bulan Januari 2022,” tuturnya.
Merespon permintaan Wagub Taj Yasin untuk menempelkan nama-nama masyarakat penerima manfaat RTLH, pihaknya siap melaksanakan. Menurutnya, itu tidak sulit dan dapat mewujudkan transparansi.(HS)