HALO SEMARANG – Endang Setyaningdyah, Bupati Demak 2001-2006, menjadi sosok yang berarti bagi Yoyok Sukawi. Dia bukan hanya sekadar ibu yang melahirkan, melainkan orang yang berpengaruh dan menjadi inspirasi dalam perjalanan hidup dan karir pria bernama asli AS Sukawijaya tersebut.
Berkat bimbingan dan didikan sang ibulah, Yoyok Sukawi bisa menjadi seorang pengusaha sukses dan juga anggota legislatif yang ‘bersih’ dari kasus. Dia pun selalu mengingat pesan penting yang diberikan sang ibu kepadanya. Nasihat-nasihat ibunya dia jadikan sebagai prinsip bagaimana seseorang menapaki karir dan berjalan dalam roda kehidupan.
CEO PSIS itu menceritakan pesan penting dari ibunya, Endang Setyaningdyah. Setidaknya ada tiga pesan yang selalu diingat Yoyok, salah satunya tidak boleh bermain anggaran jika menjadi pejabat pemerintah. Pesan itu disampaikan sang ibu saat Yoyok terpilih menjadi anggota DPRD Jawa Tengah pada tahun 2009.
“Ibu saya pernah ngomong kalau saya boleh jadi anggota DPR syaratnya, pertama jaga salat lima waktu, kedua gak boleh ‘megang’ artis, ketiga gak boleh main-main anggaran. Itu pesan ibu saya yang selalu saya ingat,” katanya saat ditemui di kediamannya di daerah Candisari, Kota Semarang, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, pesan dari sang ibu dia jadikan sebagai benteng yang membuat karirnya sebagai pengusaha dan legislator berjalan dengan baik. Jika tidak, dia bisa tergoda dengan permainan anggaran karena anggota DPR memiliki wewenang dalam menyusun dan mengatur anggaran.
Dia juga menceritakan pengalamannya saat duduk di Komisi E DPRD Jawa Tengah dalam melakukan penghematan anggaran. Waktu itu Dinas Kesehatan mengajukan program layanan pengobatan gratis dengan biaya cukup besar untuk 100 kegiatan dalam satu tahun.
“Ada cerita dulu di Komisi E, dulu Pemprov ada program namanya pengobatan gratis, dilakukan di hotel. Pengobatan gratis ini anggarannya cukup besar, pelaksanaanya di hotel, namun saya tolak supaya pengeluaran bisa ditekan untuk hal baik lainnya,” tuturnya.
Yoyok Sukawi saat itu menjadi salah satu yang menolaknya, karena anggaran yang dibutuhkan tergolong besar dengan sasaran yang kecil. Ternyata yang membuat anggaran itu banyak ialah lokasi kegiatan yang diadakan di hotel. Heran dengan hal ini, Yoyok pun langsung mengubah rancangan program.
Dia lalu mengusulkan lokasi layanan pengobatan gratis yang awalnya direncakan diadakan di hotel dipindah di balai RT/RW. Selain menghemat anggaran, ini juga bisa menjangkau lebih banyak masyarakat luas. Hal ini berdampak dengan lebih banyaknya titik pengobatan gratis.
“Saya heran, tes kesehatan kok malah di hotel, gak di rumah sakit. Terus gini aja, tak ubah tes kesehatan jangan di hotel, tapi di RT atau RW. Akhirnya bisa jadi dari yang 100 titik menjadi 1.000 titik,” ungkap dia.
“Kalau bikin pengobatan gratis di kampung, warga langsung nyiapin tratag kok, langsung bawa air, makanan disiapkan, kita tinggal bawa ambulans dan obat periksa,” beber Yoyok Sukawi.
“Nah itu begitu dilakukan, mbludak permintaan, banyak warga yang minta pengobatan gratis di RT/RW,” imbuh dia.
Dia mengatakan, efisiensi anggaran dalam birokasi sangatlah penting supaya semua program dapat terealisasi dengan baik, sesuai kebutuhan, dan tepat sasaran. Menurutnya, anggaran negara yang dihasilkan dari uang rakyat tidak boleh dibuang-buang dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
“Efisiensi anggaran adalah faktor krusial yang menentukan keberhasilan dalam pengelolaan keuangan. Sehingga semua pihak dapat memastikan bahwa anggaran betul-betul memberikan dampak maksimal, mendukung pertumbuhan ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” tandas Yoyok Sukawi.
Pesan yang disampaikan ibunya untuk tak bermain anggaran, memang menjadi pegangan bagi dirinya dalam menapaki karir politik. Meski begitu dia sangat siap jika harus bertanggung jawab mengelola anggaran untuk kesejahteraan masyarakat. Baginya, politik anggaran harus benar-benar berpihak kepada masyarakat, demi kesejahteraan, kemajuan, dan dengan konsep keadilan.
Yoyok Sukawi sendiri ialah salah satu kandidat calon wali kota Semarang pada Pilkada 2024. Dia berpasangan dengan Joko Santoso atau Joko Joss, Ketua DPC Partai Gerindra. Pasangan Yoyok-Joss mendapatkan dukungan mayoritas partai politik yang tergabung dalam Koalisi Semarang Maju Bermartabat.
Partai politik itu ialah Demokrat, Gerindra, PKS, PKB, PSI, Golkar, PAN, PPP, dan Nasdem yang merupakan partai parlemen atau pemilik kursi di DPRD Kota Semarang. Selain itu partai-partai non-parlemen juga mendukungnya, ada Partai Buruh, Gelora, PKN, Haruna, Garuda, Prima, PBB, dan Perindo.(HS)