HALO PURWOREJO – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berencana menjadikan Kabupaten Purworejo sebagai sentra porang. Hal itu karena dari hasil penelitian, umbi porang dari daerah ini berkualitas lebih bagus, dibanding daerah lain, terutama karena memiliki kandungan glukomanan yang lebih tinggi.
Kabar itu diungkapkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Purworejo, Wasit Diono SSos, Jumat (4/2/22).
Wasit menjelaskan, untuk saat ini walaupun para petani masih bersifat mandiri di Kabupaten Purworejo, sudah ada 500 hektare lahan porang. Produktifitas dalam satu tahunnya bisa menghasilkan 8 ton porang.
Supaya tanaman porang terjaga antara produktifitas dan penanaman, di Kabupaten Purworejo saat ini sedang dilakukan registrasi lahan yang ditanami porang.
“Dengan adanya registrasi lahan ini, nantinya para petani dapat terlindungi dan tidak ada tanaman porang yang tidak terjual,” kata dia, seperti dirilis Purworejokab.go,id.
Dikatakan, penanaman porang di Kabupaten Purworejo ini, sekarang sudah mulai banyak dilakukan, terutama di wilayah pinggiran, seperti Kecamatan Pituruh, Bruno, Kemiri, Gebang, Loano, Bener dan sebagian di daerah Kecamatan Purworejo. Untuk Purworejo, di Desa Brenggong, Cangkrep, dan desa lainnya.
Tanaman porang berkembang, karena petani cerdas memilih produk yang bernilai ekonomi tinggi. Adapun nilai yang tinggi ini, karena tanaman porang menjadi salah satu komoditi ekspor.
Harga porang per kilogramnya, kata Wasit, mencapai sekitar Rp 7.000 rupiah.
“Dengan harga ini, petani masih diuntungkan. Kami mengajak para petani agar dapat mengembangkan, bukan hanya porang. tetapi juga komoditas lain yang bernilai tinggi. Silahkan dikembangkan. Jika menemukan kendala atau kesulitan, kami akan siap memfasilitasi. Termasuk porang ini kami memfasilitasi para petani dengan menerjunkan para PPL untuk memberikan penyuluhan tentang bagaimana budidaya porang agar lebih berhasil,” kata dia.
Kabid Sarana dan Penyuluhan Pertanian, Ir Eko Anang Sofyan Waluyo MM menambahkan, porang sebagai bahan makanan setelah melalui serangkaian pengolahan. Hasil olahan yang sudah menjadi tepung harganya cukup tinggi, perkilonya Rp 200 ribu.
Untuk 1 kilo tepung, membutuhkan 7 kilo umbi porang. Harganya tinggi karena kandungan karbohidratnya rendah.
Proses menjadi tepung terlebih dahulu diolah menjadi cip, yang berbentuk rajangan porang yang dikeringkan.
Perusahaan pengolah porang menjadi tepung yakni perusahaan Jepang dan Cina.
“Di Kabupaten Purworejo sudah berdiri perusahaan yang akan menampung porang, namun belum beroperasi karena bahan bakunya belum tersedia. Perusahaan ini akan mengolah porang menjadi cip,” jelas Eko. (HS-08)