in

Mengenal Bahasa Prokem Semarangan, Dulu Dipakai Sebagai Bahasa Sandi Para Preman di Era 1970an

Foto ilustrasi.

BAHASA prokem adalah ragam bahasa Indonesia takbaku atau bahasa gaul anak muda yang lazim digunakan di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jakarta, Malang, Yogyakarta, Solo, dan Semarang pada tahun 1970-an. Metode penciptaannya pun berbeda-beda di masing-masing daerah, ada yang menggunakan dasar bahasa Indonesia, bahasa Betawi, aksara Jawa, maupun abjad. Tergantung kearifan lokal di wilayah tersebut.

Pada tahun 1990-an, bahasa informal ini mulai melebur dan tergantikan dengan ragam baru yang saat ini lebih dikenal sebagai bahasa gaul modern. Salah satunya yang lagi ngetrend adalah bahasa Jaksel, yang bercampur dengan bahasa Inggris.

Asal mula bahasa prokem dapat dilacak hingga dasawarsa 1950-an tatkala banyak penjahat dan kriminal menggunakan bahasa sandi untuk melindungi informasi di kalangan sendiri. Khususnya di tengah nuansa politik kala itu. Namun jauh sebelum itu, ada pula yang menerangkan bahwa bahasa prokem juga digunakan oleh para pejuang kemerdekaan Indonesia, guna menyampaikan informasi penting kepada kelompok lain. Tujuannya untuk menghindari bocornya informasi oleh mata-mata penjajah. Bahasa ini kemudian mulai diadopsi kalangan pemuda pada dasawarsa berikutnya.

Salah satunya adalah bahasa Prokem Semarangan, yang biasanya dipakai oleh anak-anak muda di Kota Semarang sebagai bahasa sehari-hari pada periode 1970 hingga 1980an. Bahasa Prokem Semarangan ini dikembangkan dari bahasa Jawa. Prokem Semarangan adalah bahasa walikan atau membolak-balikan dari aksara jawa dengan rumus yang agak rumit.

Dua puluh aksara jawa dibagi menjadi 2 kelompok dengan pembagian sepuluh aksara jawa pertama dibaca sesuai urutan. Sementara untuk sepuluh aksara kedua dibaca dengan terbalik. Untuk huruf vokal cukup dibiarkan sesuai aslinya.

Rumus detailnya bahasa Prokem Semarangan adalah penukaran konsonan huruf pertama alfabetis bahasa Jawa (h) dengan huruf ke-20 (ng); huruf ke-2 dengan huruf ke-19; huruf ke-3 dengan huruf ke-17 dan seterusnya serta sebaliknya. Kata-kata yang ditukar ini berasal dari alfabetis bahasa Jawa yang terdiri atas 20 huruf yaitu: ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga.

Anggota DPRD Kota Semarang, Supriyadi, salah satu tokoh yang kerap menjadi penutur bahasa Prokem Semarangan mengatakan, bahasa Prokem Semarangan awalnya digunakan sebagai sandi atau pesan rahasia. Pada 1980-an bahasa ini dipergunakan oleh kalangan gali (gabungan anak liar), preman, dan pelaku kekerasan lain dengan maksud untuk merahasiakan pesan yang disampaikan agar tidak diketahui kelompok atau komunitas lain.

“Akan tetapi dalam perkembangannya, bahasa Prokem Semarangan dipergunakan oleh kelompok lain yang lebih luas, seperti pelajar, mahasiswa, atau komunitas anak muda lainnya sebagai bahasa gaul era itu. Maka muncul varian baru yang lebih rumit, dan hanya diketahui kalangan tertentu saja,” kata Supriadi, yang memang pernah bekerja di kawasan Terminal Terboyo, Kota Semarang ini, Jumat (20/1/2023).

Beberapa daerah yang menggunakan bahasa Prokem Semarangan berada di sekitar daerah Bandarharjo dan Barutikung (Semarang Utara), Tegalsari (Semarang Tengah), kawasan Terminal Terboyo, kawasan Pasar Johar, kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, dan beberapa daerah lain. Bahasa ini kerap digunakan komunitas rawan sosial dan berbagai tempat nongkrong anak-anak muda terutama anak-anak asli Semarang.

Beragam

Sampai saat ini, perkembangan Prokem Semarangan hanya dituturkan dan dipergunakan kelompok tertentu. Meski awalnya dipakai untuk kelompok preman dan rawan sosial sebagai sandi atau pesan rahasia, saat ini bahasa Prokem Semarangan dalam penggunaannya lebih dipakai untuk menunjukkan rasa keakraban, menyindir, menciptakan suasana humor, mengritik, dan menyuruh.

“Bahasa ini sudah lebih akrab, umumnya dipergunakan dalam situasi informal atau santai. Namun tetap hanya pada kalangan tertentu, karena Prokem Semarangan memang agak rumit. Berbeda dengan prokem Malang yang membalikkan kata, seperti ‘Mas’ jadi ‘Sam’ atau ‘polisi’ jadi isilop’,” katanya.

Namun, kata Supriyadi, bahasa Prokem di Semarang pada era 1950-1980an sangat beragam. Tak hanya prokem yang kini dikenal dengan Prokem Semarangan, yang menurutnya malah hanya digunakan oleh masyarakat “tengahan”. Di kalangan masyarakat marginal, juga ada prokem lain yang dinamakan bahasa cikrosan. Bahasa ini malah sangat identik dengan aksi kejahatan.

Karena ada beberapa bahasa sandi yang spesifik untuk mengistilahkan aksi kejahatan. Misalnya cikrosan (merampok rumah kosong di siang bolong), be eman (merampok rumah di malam hari), salipan (nyopet), nyoru bakul gulo (ambil barang bawaan penumpang di bus dan kereta), bangkongan (tas), kecrek (gelang), cacing (kalung), spokat/kuro (sepatu).

Tak hanya itu, di wilayah Pecinan juga ada prokem lain, yang dilavalkan atau dituturkan oleh masyarakat keturunan Tionghoa di sana.

“Di Semarang juga mengenal prokem angka. Seperti raja itu artinya 1, kirik 2, gajah 3, gendero 4, jaran untuk kata ganti lima, dan lainnya. Sekarang penuturnya sudah sangat sedikit, jadi jarang sekali terdengan percakapan yang menggunakan bahasa prokem di Semarang. Padahal dulu varian bahasa prokem di sini sangat banyak, semacam ada leveling penggunaannya di kalangan masyarakat tertentu,” tandasnya.(HS)

Berikut Rumus dari Bahasa Prokem Semarangan:

Baris pertama (ha na ca ra ka) dibalik ke baris empat (ma ga ba ta nga). Baris kedua (da ta sa wa la) dibalik ke baris tiga (pa dha ja ya nya).

Contohnya seperti huruf pertama (HA) akan diubah menjadi huruf terakhir dibaris empat yaitu (NGA).

Untuk huruf kedua dibaris dua (TA) dibalik dan berubah menjadi huruf keempat baris ketiga (YA).

Contoh kata Prokem Semarangan:

Enak = Ngetham
Jalan = Sapath
Bapak = Calam
Mangan = Kahat
Rokok = Gomom
Lunga = Puha
Mas = Kas

Untuk penyebutan angka:

1 = Rojo
2 = Kirik
3 = Gajah
4 = Gendero
5 = Jaran
6 = Kantong
7 = Pacul
8 = Bolep
9 = Pancing
10 = Rojo Gede

Itulah arti dan sedikit contoh dari Prokem Semarangan.(HS)

Tahun 2024, Pemkab Blora Fokus Infrastruktur dan Ekonomi Kerakyatan

Ngantor di RSUD Cepu, Bupati Blora Minta Pelayanan Kesehatan Tampil Terdepan