HALO SEMARANG – Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia kepada 700 responden rumah tangga di Jawa Tengah pada September 2020, mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap perekonomian Jawa Tengah masih berada pada level pesimis (<100).
Hal ini tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 89,39 pada September 2020.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Soekowardojo menyatakan, berdasarkan komponen pembentuknya, pesimisme disebabkan oleh rendahnya persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini.
Menurutnya, rendahnya persepsi konsumen yang diukur dari tingkat pendapatan, ketersediaan lapangan pekerjaan, dan tingkat konsumsi durable goods.
“Umumnya responden beranggapan bahwa tingkat penghasilan konsumen pada bulan September cukup rendah dengan indeks penghasilan konsumen sebesar 59,59. Di mana sebanyak 55,86% responden menyatakan penghasilan mereka saat ini mengalami penurunan dibandingkan 6 bulan yang lalu. 32,29% responden menyatakan relatif stabil, dan 11,86% responden yang mengalami peningkatan,” ujarnya di Semarang.
Dari sisi ketersediaan lapangan kerja, Soekowardojo menambahkan, sebagian besar responden beranggapan ketersediaan lapangan tenaga kerja saat ini masih terbatas.
Hal ini yang ditunjukkan oleh indeks ketersediaan lapangan kerja sebesar 33,36.
“Mayoritas responden, yaitu sebesar 76,57% responden menyatakan ketersediaan lapangan kerja saat ini mengalami penurunan dibandingkan 6 bulan lalu, sedangkan 13,86% responden menyatakan stabil, dan 9,57% responden mengalami peningkatan,” paparnya.
Sementara dari sisi persepsi konsumsi terhadap barang-barang tahan lama, meski masih berada pada zona pesimis, namun terdapat indikasi peningkatan jumlah responden yang melakukan konsumsi barang tahan lama.
Hal ini tercermin dari indeks konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama sebesar 90,27.
“Sebanyak 55,57% menyatakan konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama saat ini relatif stabil dibandingkan 6 bulan yang lalu, 15,00% mengalami peningkatan, sementara 29,43% menyatakan penurunan konsumsi,” katanya.
Di sisi lain, Soekowardojo menjelaskan, pesimisme responden terhadap kondisi perekonomian saat ini terkonfirmasi dari perlambatan penyaluran kredit perbankan.
Menurutnya, kredit konsumsi, sebagai salah satu indikator daya beli sektor rumah tangga terpantau tumbuh melambat dari 3,00% (yoy) pada Juli 2020 menjadi 2,58% (yoy) pada Agustus 2020.
Demikian pula kredit sektor produktif sebagai indikator tingkat penghasilan penyediaan lapangan kerja bagi sektor rumah tangga, yang tercatat mengalami perlambatan dari 9,51% (yoy) pada bulan sebelumnya menjadi 7,81% (yoy).
“Di mana kredit investasi dan kredit modal kerja melemah dari masing-masing sebesar 26,54% (yoy) dan 3,85% (yoy) menjadi 24,27% (yoy) dan 2,24% (yoy),” tuturnya.
Meski pun secara umum tingkat keyakinan responden terhadap kondisi perekonomian saat ini rendah, namun ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan (6 bulan mendatang Maret 2020) terpantau tetap berada pada level optimis (117,70).
“Optimisme responden didukung oleh keyakinan responden pada ekspektasi penghasilan konsumen, ketersediaan lapangan kerja, dan kegiatan usaha yang akan mengalami peningkatan pada 6 bulan kedepan,” ujarnya.(HS)