in

Dengan Tarif Rp 200 Ribu, Penghuni Sunan Kuning Sehari Bisa Layani 10 Tamu

Salah satu penghuni Resosialisasi Argorejo atau dikenal Sunan Kuning (SK) yang merapikan gantungan pakaian di tempat usahanya berupa salon dan butik di sekitar lokalisasi.

“BOBOK siang mas, sambil mesra-mesraan…” celetuk salah satu wanita pekerja seks (WPS) dengan tersenyum saat halosemarang.id mendekati sebuah rumah di kompleks Resosialisasi (Resos) Argorejo atau dikenal Lokalisasi Sunan Kuning (SK) siang itu, Jumat (14/6/2019). Itulah sekelumit suasana di dalam kompleks pemuas birahi, meski pada siang hari, sudah ada aktivitas yang menawarkan jasa untuk melayani lelaki yang datang ke sana untuk “bercinta”.

Dari deretan rumah-rumah yang ada di tiap gang Jalan Argorejo ini, beberapa WPS sudah mulai terlihat duduk santai di teras luar rumah. Ada yang mengobrol santai sambil menunggu pelanggan yang datang. Sesekali kendaraan mobil lalu lalang dengan kaca tertutup mengelilingi kompleks tersebut dengan perlahan.

Sebut saja Bunga (25) penghuni lokalisasi Sunan Kuning (SK) Semarang, yang mengaku berasal dari Jepara ini mengaku, untuk sekali kencan dirinya mematok harga Rp 200 ribu. Tapi jika dia cocok dengan tamunya, harga bisa ditawar sampai Rp 150 ribu. Tiap hari dia bisa menerima tamu sekitar lima sampai 10 orang.

“Tiap hari berbeda-beda. Kadang ramai, kadang sepi. Tapi tergantung kondisi fisik juga. Kalau capek biasanya saya kerja beberapa tamu saja setelah itu pulang kos. Tapi akhir-akhir ini memang agak sepi,” katanya yang mengaku ngekos di sekitar kompleks.

Bunga mengaku terpaksa bekerja seperti ini karena terdesak kebutuhan hidup. Setelah ditinggal suaminya, dia harus menanggung kebutuhan hidup satu anaknya yang sekarang sudah masuk sekolah dasar. Apalagi dia tak memiliki keterampilan khusus, dan terpaksa menjadi wanita pekerja seks karena diajak teman-temannya yang sudah lebih dulu bekerja di lokalisasi.

“Sebelum kerja di sini (lokalisasi Sunan Kuning-Red) saya juga kerja di tempat lain. Di sini sudah sekitar dua tahunan. Uangnya sebagian ditabung, sebagian untuk kebutuhan hidup, sebagian dikirim ke kampung halaman,” katanya yang mengaku juga harus menanggung biaya hidup orang tuanya yang sudah tidak mampu bekerja.

Wanita yang kerap mangkal di gang III ini mengaku, sebenarnya sejak beberapa tahun lalu sudah pernah mendengar kabar jika akan ada rencana penutupan lokalisasi ini. Namun dirinya tidak begitu kaget lagi. Karena rencana penutupan tersebut setiap tahun sering dimunculkan.

“Kalau benar-benar ditutup belum siap, karena belum banyak mengumpulkan uang untuk modal usaha. Apalagi saya tidak bisa bekerja selain profesi ini karena cari pekerjaan yang lainnya sulit dan harus punya pendidikan yang tinggi,” ujarnya.

Senada dengan wanita yang telah beberapa tahun menghuni lokalisasi SK ini, sebut saja mami Ela (52) yang mengaku asal Solo. Dia mengatakan tidak setuju kalau pemkot menutup lokalisasi SK. “Saya kaget, karena baru tadi malam dikabari teman yang ngasih tahu kalau SK mau ditutup. Lalu banyak juga teman yang lainnya menanyakan hal yang sama,” katanya, saat ditemui sedang merapikan baju di butik usahanya tersebut.

Dia menambahkan, ada kekhawatiran jika lokalisasi benar-benar ditutup akan berdampak dengan nasib para penghuni yang selama ini beraktivitas di dalam kompleks. Takutnya, kalau ditutup, malah mereka akan bertebaran kemana-mana dan mangkal di jalan-jalan di Kota Semarang.

“Jangan jadikan kota lebih kotor lagi,” ujarnya.

Dalam lokalisasi, ini orang berpandangan yang negatif saja, padahal banyak dari mereka yang mempunyai usaha lain, seperti untuk bisnis baju dan warung makan. Karena di sini juga diberi pelatihan untuk memiliki keterampilan yang lainnya. Sehingga setelah “mentas” dari resos, bisa beralih profesi dan mandiri.

“Bagaimana nasibnya mereka seandainya jadi ditutup. Sementara di luar sana, masih banyak pembangunan tempat hiburan malam misalnya karaoke, bahkan ada yang memperkerjakan anak yang masih di bawah umur. Harapan kami semua tetep buka dulu. Kami gak pilih uang Rp 5 juta itu. Uang Rp 5 juta buat apa? Lebih milih tetep bisa bekerja di sini dulu, untuk ngumpulin modal, untuk usaha lainnya dan hidup lebih baik,” pungkasnya.(HS)

Wow di Jateng Ada 23.226 Orang Pekerja Seks

Inilah Petilasan Tokoh Penyebar Agama Islam Sun An Ing, Cikal Bakal Nama Lokalisasi Sunan Kuning