in

Anthrax Kulit Sempat Menjangkiti Warga Asal Wonogiri, Begini Cara Pencegahannya

Foto : Wonogirikab.go.id

 

HALO WONOGIRI – Masyarakat diminta mewaspadai penyebaran penyakit anthrax, menyusul adanya kasus seorang warga Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, yang terkonfirmasi positif penyakit tersebut, saat memeriksakan diri di Puskesmas Karangmojo II, Gunungkidul, akhir tahun 2022.

Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri, Satyawati, menyebutkan kondisi kesehatan warga tersebut mulai membaik. Namun demikian masyarakat tetap perlu memahami, bagaimana penyebaran dan pencegahan penyakit yang dapat menular dari hewan ke manusia tersebut.

“Pasien anthrax itu berasal dari Wonogiri. Namun saat ini ber-KTP Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul. Istri dan anaknya berdomisili di Karangmojo,” kata Satyawati, baru-baru ini seperti dirilis wonogirikab.go.id.

Menurut Setyawati, ada kasus tersebut diketahui melalui penampakan kelainan kulit di lengan kiri warga tersebut. Wujudnya berupa keropeng hitam atau eskar (khas gejala anthrax).

Namun demikian dengan perawatan dan pengobatan, pasien tersebut telah sembuh dan dapat beraktivitas seperti sedia kala.

“Sudah baik. Sudah sembuh,” ujar Setyawati.

Setyawati menerangkan, penyakit anthrax kulit seperti ini berlangsung selama dua hingga tiga pekan, mulai dari terjangkit hingga sembuh. Penyakit ini tidak menular antarmanusia, melainkan ditularkan hewan yang sakit ke manusia.

Namun pada saat ditemukan kasus penularan tersebut, menurut dia, tim Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, DIY belum dapat memastikan asal penularan tersebut terjadi.

Hal itu karena di lingkungan sekitar pasien, tidak ditemukan adanya hewan yang sakit atau mati karena anthrax.

“Dalam menyelidiki kasus anthrax harus menggali informasi secara proaktif. Kadang orang tidak cerita atau tidak mengaitkan penyakit dengan kejadian hewan mati. Maka harus diteliti betul penyebabnya, dalam hal ini adalah kewenangan Dinas Kesehatan Kabupaten gunung Kidul,” kata Setyawati.

Kepala bidang Veteriner Dinas Kelautan, Perikanan, Peternakan, Kabupaten Wonogiri, Magdalena Pancaningtyas Utami, menjelaskan ada beberapa hal yang perlu dipahami masyarakat terkait penyakit anthrax.

Berdasarkan keterangan wanita yang akrab disapa Tyas ini, anthrax adalah penyakit menular yang akut, bisa menyerang semua jenis ternak berdarah panas, bahkan menular ke manusia.

Anthrax merupakan jenis penyakit infeksi yang sangat mudah menular dari hewan ternak ke manusia atau disebut dengan penyakit zoonosis.

Seseorang bisa mengalami masalah kesehatan ini apabila menyentuh atau mengonsumsi daging dari hewan yang terserang anthrax. Penyakit ini juga bisa mengakibatkan kematian pada ternak atau manusia yang tertular.

Penyebab penyakit anthrax pada sapi adalah infeksi bakteri Bacillus anthracis.

Bakteri ini bisa bertahan hidup puluhan tahun di tanah, tahan terhadap kondisi lingkungan yang panas, serta bahan kimia dan desinfektan.

Bakteri tersebut dapat menyebar dan menular dari hewan ke hewan dan dari hewan ke manusia saat menyentuh bulu atau kulit hewan yang telah terinfeksi, maupun mengonsumsi daging hewan yang kurang matang atau menghirup udara yang telah terkontaminasi bakteri tersebut.

Gejala yang timbul pada hewan ternak antara lain kematian mendadak dan adanya pendarahan pada lubang hidung, lubang anus, dan pori-pori kulit.

Sebelum terjadi kematian, ternak biasanya akan mengalami kesulitan bernafas, demam tinggi, gemetar, berjalan sempoyongan, kondisi lemah dan menurun secara drastis dan cepat.

Oleh karenanya, pada hewan yang mati karena positif anthrax dilarang untuk dilakukan pembedahan pada bangkainya untun mencegah penyebaran spora dari bakteri Bacillus anthracis tersebut.

Berdasarkan cara penyebarannya, penyebab anthrax dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain:

 

Anthrax Kulit

Seseorang yang memiliki luka terbuka pada permukaan kulit bisa dengan mudah terpapar bakteri penyebab anthrax.

Bakteri tersebut bisa berasal dari bulu, kulit, daging, maupun daging hewan yang telah terinfeksi.

Anthrax jenis ini tergolong tidak berbahaya dan biasanya baru mulai berkembang antara 1 hingga 7 hari setelah seseorang terkena paparan.

Anthrax Pencernaan

Selanjutnya adalah anthrax pada pencernaan, yang muncul saat seseorang mengonsumsi daging hewan yang telah terinfeksi. Bakteri akan memasuki saluran pencernaan dan menginfeksi saluran cerna sejak 1 hingga 7 hari setelah paparan terjadi.

Anthrax Pernapasan

Anthrax jenis ini paling berbahaya. Seseorang bisa terkena anthrax pernapasan apabila menghirup spora yang berasal dari bakteri anthrax, misalnya saat sedang memroses kulit atau bulu dari hewan ternak. Infeksi biasanya baru akan berkembang setelah 7 hari sampai 2 bulan setelah paparan terjadi.

Selain itu, beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami anthrax antara lain:

  1. Banyak melakukan aktivitas di lokasi yang memiliki riwayat penyakit anthrax atau menjadi habitat bakteri penyebab antraks.
  2. Punya pekerjaan yang berkaitan dengan proses hewan ternak, seperti memroses bulu, kulit, maupun daging dari hewan ternak atau mengurus hewan ternak.
  3. Melakukan penelitian terhadap penyakit antraks di laboratorium.
  4. Punya pekerjaan sebagai dokter hewan, terlebih yang menangani masalah kesehatan pada hewan ternak.

Hingga kini belum ada studi yang berhasil membuktikan, bahwa penyakit anthrax bisa menular dari seseorang ke orang lain.

Penyakit anthrax bisa dicegah dengan mudah, caranya tentu saja menghindari berbagai faktor yang meningkatkan risiko atau menjadi penyebabnya.

Ini termasuk memastikan daging yang hendak dikonsumsi sudah dibersihkan dan dimasak hingga matang sepenuhnya.

Melakukan vaksin anthrax, terlebih jika berada di kawasan risiko penularan masalah kesehatan ini.

Menghindari kontak langsung dengan hewan ternak yang terinfeksi penyakit anthrax.

Membakar atau mengubur dalam-dalam hewan ternak yang mati karena positif anthrax. (HS-08)

Tumpukan Sampah di Nawangsari Weleri Akhirnya Dibersihkan, Pemdes Akan Pasang CCTV

Arboretum Kalianget Menjadi Wahana Eduwisata yang Menjanjikan di Wonosobo