in

23 Tahun Mengelola PSIS, Yoyok Ungkap Suka Duka Membangun Nama Besar Mahesa Jenar

CEO PSIS, Yoyok Sukawi.

YOYOK SUKAWI sudah genap 23 tahun mengurus Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang (PSIS). Ada banyak suka duka dalam mengelola klub sepak bola kebanggaan Kota Semarang tersebut.

Pria bernama lengkap Alamsyah Satyanegara Sukawijaya tersebut pertama kali terjun mengelola PSIS sejak 2001 silam. Hal paling berkesan dalam lika-liku kiprah PSIS adalah bisa masuk kasta teratas liga sepak bola profesional di Indonesia atau Liga 1 pada 2017.

“23 tahun, paling berkesan pada 2017, saat PSIS kembali ke Liga 1 setelah sembilan tahun berkiprah di Liga 2. Kembalinya PSIS ke Liga 1 sangat berat perjalanannya. Itulah paling berkesan dan menjadi spirit untuk terus berjuang bersama PSIS,” kata CEO PSIS, Yoyok Sukawi di kediamannya, Senin (21/10/2024).

Satu hal yang juga tak akan terlupakan olehnya, yaitu saat PSIS melawan PSS Sleman di Stadion Jatidiri Semarang pada Desember tahun lalu. Saat itu, Yoyok berupaya menenangkan situasi antarsuporter PSIS dan PSS (Sleman) yang tak kondusif.

Namun, upayanya tak berbuah baik setelah PSIS mencetak gol untuk mengubah skor menjadi 1-0 lewat tendangan penalti. Suporter PS Sleman tak terima hingga memicu kericuhan yang juga menyulut emosi para suporter PSIS.

“Ada kubu supporter PSIS dan PSS Sleman terjadi saling lempar, saya berusaha menahan supaya suporter dari Semarang tidak terpancing, tetapi tersulut emosi dan melempar, lalu akhirnya ada yang benda keras hasil lemparan menimpa saya hingga kepala saya bocor,” ujarnya.

Meski harus mendapat perawatan, dia pun sudah terbiasa dengan umpatan yang sering ditunjukan kepadanya. Apalagi, ketika PSIS menelan pahitnya kekalahan ketika bertanding ditambah bumbu-bumbu politik seperti sekarang ini.

“Pada saat prestasi PSIS turun, hujatan akan muncul. Kebetulan saat ini momentum Pilkada sehingga intensitasnya cukup tinggi, bahkan kritiknya keras hingga menjurus pada ujaran kebencian dan pencemaran nama baik,” tuturnya.

Apa yang dialami Yoyok tentu sangat berdampak pada psikologis keluarganya. Baik istri, dan anak-anaknya di rumah sangat terpukul dengan serangan-serangan yang menjurus ke keluarga kala prestasi PSIS menurun. Namun, dia tetap memberikan pengertian hingga keluarga tetap kuat hingga saat ini.

“Istri, anak, terutama anak-anak perempuan saya. Mereka sangat terpukul apabila serangan itu menjurus ke keluarga tentang isu PSIS dikuasai keluarga, tetapi kami menangkap ini bagian dari proses PSIS menuju klub yang lebih baik, baik pendukungnya hingga masyarakatnya,” katanya.

Mantan Anggota Komisi X DPR RI itu menarik ke belakang ketika PSIS masih bertanding di Liga 2. Jatuh bangun terus dilalui hingga lolos ke Liga 1. Terlebih, saat masih berlaga di Liga 2, PSIS masih belum menarik perhatian.

“Setiap kali pertandingan, pengusaha, pejabat, bahkan wali kota maupun gubernur hampir tidak (tertarik-red) menonton PSIS. Begitu masuk liga 1 PSIS menarik (perhatian-red) pengusaha, investor, dan tokoh politik. Sebenarnya tidak ada masalah, menurut saya bukan masalah besar bagi PSIS,” kata Politikus Partai Demokrat tersebut.

Kendati demikian, Bos PSIS ini tetap mencintai klub berjuluk Mahesa Jenar tersebut. Yoyok mengungkapkan mengurus sepak bola adalah kewajiban sosial dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Termasuk memberikan hiburan kepada suporter, dan memberikan kegiatan positif kepada pecinta bola agar tidak terjerumus pada kegiatan yang negatif. Itulah yang mendasari dirinya untuk tetap mengomandoi PSIS hingga sekarang.

“Inilah misi sosial yang menjadi penting sebagai wujud pengabdian saya sebagai Kota Semarang,” kata Calon Wali Kota Semarang tersebut.(HS)

ESI Kota Semarang Jaring Atlet Esport Menuju Porporv Jateng 2026

Pembunuhan Warga Grobogan di Kos Peterongan Semarang, Polisi: Korban dan Pelaku Saling Kenal