in

Watu Tugu, Situs Bersejarah di Kota Semarang ini Jadi Tak Terawat Karena Masalah Status Tanah

Situs Watu Tugu di Kecamatan Tugu, Semarang yang kondisinya tak terawat.

HALO SEMARANG – Keberadaan situs Watu Tugu Semarang yang berada di RT 10, RW 1 Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang memang belum begitu banyak diketahui oleh masyarakat Semarang dan sekitarnya. Padahal benda peninggalan sejarah masa lalu tersebut memiliki hubungan sejarah dengan perkembangan Kota Semarang.

Meski memiliki sejarah penting, namun sayangnya pemerintah kota seakan tak memperhatikan keberadaannya, dan situs pun dibiarkan mangkrak tak terawat dengan baik. Akses untuk menuju lokasi belum representatif bagi wisatawan maupun pengunjung.

Selain itu, tidak ada papan penunjuk arah bahwa ada benda peninggalan sejarah berupa Candi Tugu atau yang dikenal masyarakat sekitar, dengan sebutan Watu Tugu.

Untuk sampai tempat ini, pengunjung harus sedikit jeli mencari petunjuk arahnya sendiri karena posisi Watu Tugu berada di dekat bukit yang ditutupi rerimbunan pohon yang saat ini telah menjadi perkampungan. Lokasi tepatnya, setelah dari Jalur utama Pantura, yaitu Jalan Walisongo KM 11, atau sekitar 2 KM dari kampus UIN Walisongo, dan 800 meter dari RS Tugurejo, jika dari arah Kaliwungu, Kendal menuju Semarang.

Mendekati lokasi Watu Tugu, terdapat jalan kecil yang dibuat warga untuk menuju akses ke atas bukit, sebelum naik tangga ke Candi Tugu tersebut. Tidak beberapa lama, bangunan candi dan sebuah tugu pun nampak di depan mata.

Dari pantauan, halosemarang.id, Sabtu (16/6/2019), saat masuk ke kawasan situs tidak dipungut biaya tiket masuk alias gratis, dan ada beberapa orang pengunjung yang berada di lokasi. Namun, terlihat kondisi di sekitar bangunan tersebut seperti kurang terawat, masih banyak sampah yang ditemui dan ditumbuhi rumput dan ilalang yang memenuhi area Candi Tugu. Sehingga masyarakat yang ke sana merasa tidak nyaman dan was-was.

Watu Tugu sendiri menurut para ilmuwan memiliki sejarah panjang karena berkaitan dengan kekuasaan Majapahit. Tugu ini diperkirakan sudah ada sejak berabad-abad lalu. Situs yang memiliki tinggi pilar 2,30 meter dan puncak 1,10 meter ini ada yang mengatakan merupakan tugu batas antara kerajaan terbesar yang pernah ada di Indonesia yaitu Majapahit dan Pajajaran.

Dan ada menurut sumber lain, menjelaskan lokasi Watu Tugu ini, dulunya merupakan dermaga atau pelabuhan. Karena di era tahun 1970-an sempat ditemukan sebuah jangkar kapal di sekitar Watu Tugu.

Para pengunjung foto di sekitar Situs Watu Tugu Semarang.

Sementara Candi Tugu sendiri merpakan bangunan tambahan yang dibangun Pemkot Semarang, dengan tujuan memperindah situs Watu Tugu pada tahun 1980an. Namun sayangnya langkah itu seakan malah menghilangkan nilai sejarah Watu Tugu sendiri.
Saat berada di lokasi, melihat dari bentuk Candi Tugu, mirip dengan candi Hindu yang pada umumnya ada di Indonesia, seperti Candi Prambanan di Yogyakarta dan Candi Gedong Songo di Ungaran. Karena bangunannya lebih ramping memanjang keatas tidak melebar seperti candi Buddha seperti Candi Borobudur. Candi Tugu termasuk candi baru, dibandingkan dengan candi-candi lainnya. Berdasarkan yang ada ditulisan dibangunan candi itu, bahwa candi ini duplikat candi Gedong Songo yang dibuat pada tahun 1984-1985, oleh prakarsa PT Tanah Mas Semarang, Bapak Djamin CH.

Bangunan ini hasil buah karya dari RT D Djayaprana Muntilan dan dilindungi oleh Dinas Purbaka.

Pada tubuh candi, terdapat sejumlah relief yang menggambarkan cerita sejarah dewa-dewi yang ada pada sisi bangunan candi, serta hewan-hewan yang hidup saat itu. Seperti arca sapi dan Ganesa. Untuk arca Ganesa sendiri yakni menyerupai hewan gajah, di mana melambangkan sebagai dewa penjaga.
Di dalam bangunan utama candi, terdapat ruangan yang berisi lingga dan yoni. Yang menyimbolkan kehidupan manusia, yakni kelamin laki-laki (Lingga)  dan kelamin perempuan (Yoni). Di sini terlihat banyak dupa, karena sering digunakan sebagai tempat untuk ritual kejawen.

“Memang Watu Tugu ini, sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit dan di sini juga pernah ditemukan sebuah jangkar kapal. Tapi sekarang jangkar tersebut sudah tidak ada lagi. Sedangkan candinya merupakan bangunan baru yang dibuat tahun 1980an,” kata Rusmin, salah satu warga sekitar yang ditemui, Sabtu (16/6/2019).

Potensi Wisata

Ditambahkan dia,  beberapa tahun lalu, saat pernah mengunjungi candi ini kondisi bersih dari sampah dan terawat. Saat hari libur, masyarakat yang tahu candi ini juga rame mengunjunginya.

“Ada juga yang didatangi orang untuk “laku prihatin” atau punya keinginan tertentu. Biasanya dari luar daerah yang menginap sampai beberapa hari di sini, karena ada permintaan khusus,” imbuhnya.

Senada dengan keterangan warga Tugurejo lainnya,  Muchlas (45), sebenarnya dulu pernah ada orang yang menjaga situs Watu Tugu tersebut, namun karena tidak diperhatikan dari pemerintah sehingga terlihat kondisi di tempat tersebut kurang terawat. Padahal, jika dirawat dan bersih dari sampah, tempat ini bisa dijadikan salah satu alternatif lokasi wisata yang menarik di Kota Semarang. “Pemerintah harusnya ada anggaran, biar dipandang lebih nyaman. Tapi karena kepemilikan candi itu sampai sekarang masih sengketa, jadi pemerintah belum berani untuk mengembangkannya. Kan status lahannya masih punya PT Tanah Mas Semarang, jadi pemerintah maupun warga tidak bisa mengelolanya, tanpa persetujuan pemilik atau hak warisnya,” ujarnya.

Memang, pemerintah dan warga sudah punya rencana untuk mengembangkan wisata Watu Tugu untuk menjadi objek wisata beberapa tahun yang lalu. Karena terganjal status kepemilikan yang belum diserah terimakan ke pemerintah secara jelas, maka belum bisa dipegang warga untuk pengelolaannya.

Wisata Candi Tugu ini, digadang bisa menjadi destinasi wisata di Kota Semarang setelah wisata Waduk Jatibarang di Gunungpati. Tapi sampai sekarang belum bisa terealisasi.

“Enam bulan yang lalu, selain warga membangun jalan untuk akses masuk, juga bersama Karangtaruna Kota Semarang dan Kecamatan Tugu kerja bakti membersihkan rumput dan sampah di sini. Tapi setelah itu, belum ada tindak lanjut dari pemerintah lagi sehingga kondisinya seperti tidak terawat dan dipenuhi sampah seperti ini,” pungkasnya.(HS)

Persiapkan Porprov 2022, Pengkot PBVSI Kota Semarang Fokus Perkuat Pembinaan

Antisipasi Denda, PSIS Siapkan Kamera di Banyak Sudut Tribun