in

Trend Bersepeda Menurun, Harga Sepeda Bagaimana?

Foto ilustrasi sepeda.

 

AWAL pandemi trend bersepeda sempat booming di masyarakat, khususnya di Kota Semarang dan beberapa daerah di Jateng. Banyak warga yang tiba-tiba memiliki hobi baru, gowes. Hal ini juga berdampak pada harga sepeda yang sempat mengalami lonjakan.

Banyak toko yang diserbu oleh pembeli. Bahkan harga sepeda bekas pun naik sangat tinggi. Sepeda jenis BMX anak bekas yang harga biasa hanya sekitar Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu, saat booming sepeda harganya bisa mencapai Rp 500 ribu.

Bahkan jenis sepeda minion rakitan dari sepeda produk lama harganya mencapai Rp 5 juta. Begitu juga dengan jenis sepeda lipat, baik baru maupun bekas harganya bisa dikatakan sangat mahal, bisa mencapai belasan juta rupiah.

Namun akhir-akhir ini, trend bersepeda mulai turun. Jalan raya yang saat awal pandemi kerap dipadati pesepeda, khususnya saat pagi hari, kini mulai sepi. Memang masih ada beberapa penghobi yang terlihat bersepeda di jalan raya, namun tak seramai awal pandemi lalu.

Penurunan trend bersepeda ini juga dibarengi dengan turunnya permintaan dan jual beli sepeda. Bisa dikatakan penjualan sepeda mulai menurun.

Salah satu pemilik usaha jual beli sepeda bekas di Semarang, Andi mengungkapkan, penjualan menurun dibanding tahun lalu. Saat awal pandemi penjualan bisa setiap hari ada transaksi.

“Namun saat ini mulai menurun, meski tetap masih ada transaksi,” katanya.

Hal ini turut menurunkan harga jual sepeda. Dia menjelaskan aktivitas masyarakat kini sudah mulai berjalan normal seperti sebelum pandemi. Apalagi sekarang masyarakat semakin melek harga dan cenderung lebih memilih sepeda dengan harga terjangkau ketimbang di atasnya.

Sementara Eko Riyadi, salah satu penghobi sepeda asal Pedurungan mengatakan, untuk sepeda baru harganya juga mulai menurun dibanding beberapa saat lalu.

“Daya beli masyarakat juga mulai turun. Mereka lebih cari yang murah. Contoh beberapa sepeda lipat yang tadinya harga Rp 4 juta lebih sekarang sudah menyesuaikan di Rp 2 juta, malah ada yang Rp 2 juta ke bawah,” terangnya.

Faktor lainnya yang membuat harga sepeda merosot adalah terjadinya oversupply unit sepeda. Tingginya permintaan akan sepeda pada 2020 lalu mendorong produsen memproduksi lebih banyak sepeda, namun belum semua terjual, akhirnya terjadi oversupply di produsen.

“Jadi masuk 2021 itu kan ada masa di mana stok barang yang tadinya tertahan di 2020 itu mulai masuk lagi di 2021 awal, dan itu menyebabkan terjadinya oversupply di pasar,” terangnya.(HS)

Kepatuhan PPKM Darurat Di Kota Semarang Masih Rendah

Kue Terang Bulan, Kini Kembali Terangi Penggemar