in

Tradisi Megengan di Demak Jadi Ajang Silaturahmi

Bupati Demak, Isti'anah hadir dalam tradisi megengan menyambut Ramadan, di serambi Masjid Agung Demak. (Foto : Demakkab.go.id)

 

HALO DEMAK – Bagi Bupati Demak, Isti’anah, tradisi megengan merupakan event yang selalu ditunggu menjelang puasa Ramadan. Tradisi tersebut tak sekadar penanda datangnya Ramadan, melainkan juga menjadi salah satu kesempatan untuk bersilaturahmi dengan masyarakat.

“Dulu saya senang kalo jalan-jalan lihat megengan di depan Masjid Agung, tetapi dua tahun kemarin ditiadakan. Megengan merupakan tradisi dan budaya kita dalam menyambut Ramadan. Dengan acara inilah, kita jadikan ajang silaturahmi dengan warga masyarakat, takmir dan pengurus masjid, serta adik-adik siswa MTs,” kata Bupati Eisti’anah, seperti dirilis Demakkab.go.id.

Suasana megengan tahun ini memang berbeda dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Dulu setiap kali tradisi ini digelar, banyak pedagang yang mremo dengan berjualan di kawasan di depan Masjid Agung Demak dan Alun-alun Simpang Enam.

Mereka menjajakan menu khas megengan, seperti pecel lontong, sate keong, lontong opor, bubur, dan kolak.

Namun untuk tahun ini, yaitu setelah dua tahun kegiatan serupa ditiadakan, tak banyak pedagang yang mremo di dua kawasan ini. Sejumlah lapak dasaran yang tetap buka, adalah milik pedagang yang memang setiap hari berjualan di tempat itu.

Walaupun demikian pada megengan tahun ini, warga tetap berdatangan untuk menyaksikan kemeriahan tradisi itu.

Saat memberikan sambutan di serambi Masjid Agung Demak, Isti’anah juga menyinggung adanya perbedaan pelaksanaan puasa oleh sebagian warga. Dia mengatakan pada Sabtu (2/4/2022) kemarin memang sudah ada warga yang melaksanakan puasa. Sementara sebagian warga lainnya, memilih berpuasa sesuai pengumuman Pemerintah Pusat.

Namun begitu, menurutnya perbedaan seperti ini lazim terjadi dan tidak perlu dipersoalkan, agar kehidupan sosial di Kabupaten Demak tetap harmonis dan damai.

“Jadikanlah perbedaan itu indah. Yang terpenting kita semua berdoa, agar pandemi Covid-19 segera berlalu dan megengan seperti ini, ke depan bisa meriah lagi,” kata Eisti’anah.

Sementara itu Ketua Umum Takmir Masjid Agung, Abdullah Syifa menjelaskan tradisi segenangan tahun ini dimeriahkan dengan penampilan marching band, musik angklung dan rebana dari MTs NU Demak.

Juga tauziah Ramadan dan doa bersama oleh KH M Asyiq, penampilan rebana Remaja Masjid Agung Demak, dan seremonial tabuh bedug.

Adapun sebagai tanda dimulainya puasa Ramadan, Bupati Demak membunyikan sirine. Hadir pula saat itu, Kapolres Demak AKBP Budi Adhi Buono, sejumlah pejabat terkait, dan Ketua Umum Takmir Masjid Agung, Abdullah Syifa.

Sementara itu dihimpun dari berbagai sumber, megengan merupakan tradisi masyarakat Jawa. Tradisi menyambut puasa ini, umumnya terdapat di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Megengan diambil kata “megeng” dalam bahasa Jawa, yang berarti menahan. Ini merupakan simbolisasi, bahwa selama menjalankan ibadah puasa, umat Islam harus dapat menahan diri untuk tidak melakukan perbuatan yang dapat menggugurkan ibadah puasa tersebut.  (HS-08)

Manfaatkan Lahan Kosong, Petani Milenial Kampung Organik Wonolopo Semarang Kembangkan Budi Daya Singkong Rengganis

PRSI Jepara Siap Gelar Prakualifikasi Renang Porprov Jateng