HALO SEMARANG – Di tengah hiruk-pikuk Kota Semarang, nama KH Sholeh Darat kembali menggema. Bukan hanya sebagai sosok ulama besar, tetapi sebagai calon pahlawan nasional yang diusulkan oleh Pemerintah Kota Semarang kepada pemerintah pusat. Dukungan ini juga datang dari Wakil Ketua DPRD Kota Semarang, Suharsono, yang menyoroti jasa dan perjuangan Kiai Sholeh Darat dalam membentuk generasi pejuang Indonesia.
KH Sholeh Darat, atau dikenal dengan nama Muhamad Sholeh bin Umar Al Samarani, adalah sosok yang menginspirasi banyak tokoh besar Indonesia. Di antara murid-muridnya yang terkenal adalah KH Hasyim Asyari, KH Ahmad Dahlan, dan Raden Ajeng Kartini. “Teladan beliau dalam mengajarkan cinta Tanah Air dan ilmu agama menjadi titik sentral yang diwariskan kepada generasi saat ini,” ujar Suharsono, Jumat (11/4/2025).
Suharsono menekankan bahwa semangat nasionalisme Kiai Sholeh Darat dalam melawan penjajahan kolonial harus dijadikan contoh bagi generasi muda. “Cinta tanah air dan semangat perjuangan beliau adalah pegangan bagi kita semua untuk berkontribusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambahnya.
Perayaan Haul Semarang, yang menandai 125 tahun wafatnya Kiai Sholeh Darat, menjadi momen untuk merayakan warisan dan kontribusi besar beliau bagi Islam di Indonesia. Acara ini dimulai dengan khataman Al-Qur’an, Maulid Barzanji, dan Sholawat Burdah diiringi rebana, serta dilanjutkan dengan kirab ulama dan santri, menegaskan pengaruh abadi Kiai Sholeh Darat.
Sumiyati, juru kunci makam Kiai Sholeh Darat, menuturkan bahwa sejak kecil, Mbah Sholeh Darat terlibat dalam perjuangan melawan penjajah bersama ayahnya, Kiai Umar Asmarani, yang merupakan kepercayaan Pangeran Diponegoro. “Ayahnya menanamkan nilai-nilai keberanian dan perjuangan, membentuk Mbah Sholeh Darat tidak hanya sebagai ulama, tetapi juga pejuang,” jelasnya.
Salah satu langkah revolusioner yang dilakukan Mbah Sholeh Darat adalah menerjemahkan Al-Qur’an ke dalam bahasa Jawa menggunakan aksara Pegon, meskipun di tengah larangan pendidikan agama oleh Belanda. “Ini adalah cara cerdas untuk menyebarkan Islam tanpa terdeteksi,” ujar Sumiyati, menyoroti perlawanan senyap yang dilakukan Kiai Sholeh Darat.
Dengan segala jasa dan pengaruhnya, usulan untuk menjadikan KH Sholeh Darat sebagai pahlawan nasional tidak hanya sekadar pengakuan, tetapi juga penghargaan atas warisan yang telah ia tinggalkan bagi Nusantara. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Suharsono, menjadi langkah penting untuk mewujudkan harapan ini.(HS)