in

Sinau Budaya Jamu, Seniman Muda Kendal Ikuti Sambang Jejamuan di Yogya

Para peserta kegiatan Sambang Jejamuan JAP di Kampung Jamu Gesikan, Merdikorejo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta beberapa waktu lalu.

HALO KENDAL – Dalam rangka Sambang Jejamuan, para seniman muda dari Solo, Boyolali, Kendal dan Garut, beberapa waktu lalu mendatangi Kampung Jamu Gesikan, Merdikorejo, Kabupaten Sleman, Yogyakarta, untuk bersama-sama belajar tentang warisan budaya jamu. Selain para seniman, kegiatan juga diikuti dari kalangan mahasiswa sekitar Yogyakarta.

Kegiatan Sambang Jejamuan merupakan salah satu bagian dari Jejamuan Art Project (JAP), yaitu rangkaian kegiatan penciptaan dan pameran karya seni bertema budaya jamu. Para seniman muda yang berjumlah lebih dari 20 orang berinteraksi untuk menggali berbagai pengetahuan dengan masyarakat perajin jamu.

Kegiatan JAP terselenggara atas inisiasi beberapa alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Unit Seni Rupa (USER) UGM, dengan dukungan fasilitasi Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah X.

M Yusril Mirza, selaku Kurator Jejamuan Art Project berharap, dengan hadirnya para seniman muda ke Kampung Jamu Gesikan, dapat menjadi ajang pengenalan warisan budaya Jamu kepada generasi muda.

Dirinya mengaku, sejak awal tujuan utama Jejamuan Art Project tidak hanya pada kegiatan pameran yang berisi karya seni saja, melainkan dengan menemui para pembuat jamu di lingkungan tempat tinggalnya.

“Dengan begitu maka para seniman muda dapat mengenali langsung, proses pembuatan jamu beserta berbagai situasi menarik dan intrik dari dinamika kehidupan pembuat jamu. Sehingga para seniman muda dapat mengekspresikan segala hal yang dialaminya selama berada di Kampung Jamu Gesikan ke dalam bentuk karya seni yang penuh dengan narasi pesan edukatif dan reflektif,” ungkap Yusril.

Sementara, Ketua Panitia JAP, Antonius Aditya Jatmika menjelaskan, digelarnya kegiatan menjadi upaya inisiatif dalam pengembangan budaya jamu ke ranah objek pemajuan kebudayaan yang lebih luas, yaitu seni.

“Meski telah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) dari UNESCO, jamu dikhawatirkan mulai terancam dan mengalami situasi yang cukup rentan. Seperti masih mendapat kesan pahit dan kurang enak untuk dikonsumsi bagi kalangan muda. Sehingga menurunkan minat bagi kalangan tersebut untuk berkenalan dan mengeksplorasi jenis-jenis jamu yang lain,” jelasnya.

Melalui Jejamuan Art Project, lanjut Aditya, selain bertujuan mengenalkan jamu dalam bentuk lain, berupa representasi karya seni, juga diharapkan dapat menumbuhkan daya tarik kalangan muda untuk ikut menghidupkan budaya jamu dalam lintas multidisiplin, salah satunya bidang seni.

Dirinya menyebut, dalam kegiatan Sambang Jejamuan di Kampung Jamu Gesikan, para seniman muda diajak untuk mengikuti berbagai kegiatan mulai dari menonton film dokumenter jamu, dialog dan diskusi bersama perajin jamu, serta membuat jamu secara langsung.

“Bahkan kegiatan Sambang Jejamuan JAP ini, menurut pengakuan para seniman muda menjadi pengalaman pertama bagi mereka berada di Kampung Jamu Gesikan Sleman Yogyakarta,” jelas Aditya.

Sedangkan salah satu seniman muda Kendal, Beatrix Riris mengaku senang dan mengapresiasi yang sebesar-besarnya terhadap kegiatan Sambang Jejamuan. Menurutnya, selama mengikuti kegiatan, ia dan para seniman muda lainnya mendapatkan pengalaman berharga.

Dirinya berharap, melalui kegiatan Sambang Jejamuan JAP, para seniman muda dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang budaya jamu. Selain itu, bisa menjadi kegiatan, bisa menghasilkan berbagai karya seni yang bagus.

“Yang mulanya saya pikir membuat jamu itu mudah, namun ternyata tidak sesederhana itu. Jadi kami, anak-anak muda di sini bisa belajar, apapun yang kita buat seharusnya dengan hati, seperti yang diajarkan dalam proses pembuatan jamu berkualitas oleh masyarakat perajin Jamu di Gesikan. Semoga dari sini bisa menghasilkan berbagai karya seni yang bagus,” ungkap Riris.

Selain itu, melalui kegiatan Sambang Jejamuan JAP, para seniman muda dapat memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang budaya jamu.

Sehingga dapat menghasilkan berbagai karya seni yang akan dipamerkan pada tanggal 16-22 Oktober 2024 di The Ratan Art Space, Panggungharjo, Bantul, Yogyakarta. Dimana selama pameran karya seni, nantinya juga akan dimeriahkan dengan diskusi karya seni dan workshop pembuatan jamu yang terbuka bagi kalangan umum. (HS-06)

Ibunda Almarhum Dokter Aulia Risma Curhat ke Publik Soal Anaknya yang Dibully Hingga Pemerasan saat PPDS di Kariadi

Yoyok-Joss Angkat Politik Riang Gembira di Pilwakot Semarang, Fokus Kampanyekan Program