in

Sejumlah Tradisi Syawalan di Semarang Masih Eksis

Prosesi Sesaji Rewanda atau ritual memberi makan kera ekor panjang di kawasan objek wisata Gua Kreo, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang.

DI Jawa Tengah, tradisi Syawalan selepas Hari Raya Idul Fitri menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat, terutama di Kota Semarang. Mengambil tempat sepekan setelah Lebaran, tradisi Syawalan tidak hanya menjadi momen berkumpul dan bermaafan, tetapi juga melestarikan budaya unik yang khas di Semarang.

Prosesi Sesaji Rewanda di Gua Kreo

Salah satu atraksi budaya yang paling dinanti adalah Prosesi Sesaji Rewanda di Gua Kreo, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati. Setiap tahunnya, ritual ini menarik ratusan pengunjung yang ingin menyaksikan tradisi memberi makan kera ekor panjang di kawasan wisata tersebut. Prosesi ini dimulai dengan arak-arakan, di mana empat orang berbalut kostum monyet memimpin barisan, diikuti replika batang kayu jati yang konon digunakan Sunan Kalijaga untuk membangun Masjid Agung Demak. Barisan ini juga membawa gunungan hasil bumi dan nasi ketek, yang kemudian diperebutkan oleh masyarakat setelah didoakan oleh sesepuh desa. Tradisi ini tidak hanya menjadi ungkapan syukur dan menjaga ekosistem Gua Kreo, tetapi juga menjadi daya tarik wisata unggulan Semarang.

Ketupat Jembut di Kampung Jaten Cilik

Di Kampung Jaten Cilik, Tlogomulyo, Kecamatan Pedurungan, tradisi Ketupat Jembut tetap hidup. Tidak seperti ketupat biasa, ketupat ini diisi dengan tauge dan sambal kelapa, serta uang yang diselipkan di sela-sela janurnya. Tradisi yang telah ada sejak tahun 1950 ini menjadi ajang perebutan bagi anak-anak, menambah keceriaan dan semangat berbagi di hari Syawalan.

Grebeg Sawal di Masjid Kauman Semarang

Grebeg Sawal di Masjid Kauman Semarang menjadi puncak dari rangkaian tradisi Syawalan. Dalam acara ini, gunungan hasil bumi dan makanan dibagikan kepada masyarakat umum. Tradisi ini menjadi ajang silaturahmi setelah Ramadan dan Lebaran, mempererat persaudaraan dan mengajarkan pentingnya berbagi dengan sesama.

Tradisi Syawalan di Semarang tidak hanya menjadi warisan budaya yang terus dilestarikan, tetapi juga menjadi salah satu cara masyarakat untuk merayakan kebersamaan dan keberagaman. Melalui tradisi ini, nilai-nilai kebersamaan, syukur, dan saling berbagi terus diwariskan dari generasi ke generasi, menjadikan Semarang sebagai kota yang kaya akan budaya dan tradisi.(HS)

Cek Pelayanan Arus Balik di Stasiun Tawang, Kapolri Dorong Pemudik Gunakan Transportasi Kereta Api

Gubernur Jateng dan Kapolri Tinjau Arus Balik Lebaran di Rest Area Pendopo KM 456 Salatiga