
NOVA (35) warga Kelurahan Sendangmulyo, Tembalang, tak pernah menyangka, keputusannya membeli rumah di wilayah Tembalang untuk mengindari banjir ternyata salah besar! Sekitar tahun 2002 dia beserta istrinya sengaja memilih untuk membeli rumah di wilayah atas karena ingin menghindari banjir. Maklum, sebelum berkeluarga, dirinya memang sempat menyewa rumah di wilayah Tlogosari, dan hampir setiap tahun bermasalah dengan banjir. Namun kini, pilihan itu ternyata tak sesuai rencana. Wilayah Tembalang yang notabenya daerah atas di Kota Semarang, ternyata juga memiliki masalah serupa dengan beberapa wilayah di bagian bawah Kota Semarang.
“Persoalan banjir di Kota Semarang sudah sangat parah. Dari hulu hingga hilir banjir semua. Penataan drainase yang buruk, serta manajemen ruang yang tak terkonsep dengan baik membuat kota ini layak memiliki julukan kota banjir,” katanya sambil membersihkan rumahnya yang diterjang banjir bandang, Selasa (25/12).
Semarang Kaline Banjir, penggalan lirik lagu berjudul Jangkrik Genggong, menjadi gambaran buruk yang nyata bagi Kota Semarang. Lagu yang dibawakan Ratu Keroncong, Waljinah ini seperti menjadi idiom riil setiap musim hujan. Tak hanya didominasi kawasan Semarang bawah, banjir kini juga merambah kecamatan-kecamatan yang notabene berada di kawasan Semarang atas.
Seperti yang terjadi di wilayah Perum Puri Dinar Indah, Kelurahan Meteseh, Kecamatan Tembalang. Lima tahun terakhir, warga perumahan tersebut, khususnya yang tinggal di RW 26, selalui dihantui bencana banjir. Setiap kali hujan datang, warga was-was, bersiap mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Tak terkecuali saat hujan deras turun pada Selasa (25/12) sekitar pukul 13.00 hingga sore. Hujan mengguyur selama satu jam, air mencapai 65 Cm menerjang permukiman warga dengan arus yang sangat deras.
“Kami selalu harus siap-siap mengungsi. Setidaknya mengamankan barang-barang elektronik dan penting lainnya agar tidak terendam banjir,” tutur Winarto, warga RW 26, Meteseh.
Banjir di erum Puri Dinar Indah sudah kerap terjadi sejak 2013 akhir. Penyebabnya, air buangan dari perumahan tak bisa mengalir ke Sungai Pengkol. Malah seiring bertambahnya debit air sungai lantaran hujan dan gelontoran air dari hulu di Ungaran, air sungai masuk ke perumahan.
“Dimungkinkan karena pengembang tidak memperhatikan sistem pembuangan dan geografis perumahan. Perumahan itu dulunya merupakan area tangkapan air dari kawasan perumahan di atasnya. Di sisi lain, pengembang juga tidak memperhatikan jarak antara sungai dengan permukiman warga. Jarak sungai dengan perumahan hanya sekitar enam meter, padahal idealnya minimal 15 meter,” ungkap Camat Tembalang, Heru Sukendar.
Sebagai langkah antisipasi genangan lebih tinggi, aparat keluraharan dan kecamatan selalu memantau ketinggian permukaan air Sungai Pengkol. Jika ada tanda-tanda naik drastis mereka langsung berkoordinasi penjaga pintu air di Kelurahan Sendangmulyo.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi menagih janji para developer untuk membuat embung. Hal ini menyusul terjadinya banjir bandang yang terjadi di wilayah Meteseh, Sendangmulyo, dan Bulusan, Kecamatan Tembalang, yang disebabkan luapan air dari sungai, Selasa (25/12).
“Saya akan minta beberapa developer, untuk secepatnya melunasi utangnya terkait pembangunan embung, seperti Bukit Kencana Jaya dan beberapa perumahan seperti di Dinar ini,” Katanya, Rabu (26/12).
Oleh karena itu, melalui Wakil Wali Kota Semarang dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Semarang, pihaknya akan mendorong untuk perumahan-perumahan yang ada di wilayah tersebut untuk segera merealisasikan pembuatan embung.
“Di luar itu pemeritah akan siap untuk membuat embung untuk penanganan air dari atas ke bawah supaya bisa ditampung,” tandasnya.
Lebih lanjut, Hendi sapaan akrabnya mengungkapkan, persoalan banjir di wilayah Tembalang sendiri saat ini menjadi catatan serius bagi Pemerintah Kota Semarang. Oleh karena itu, pihaknya akan melakukan penguatan baik di tanggul Sungai Kedungwinong, Kelurahan Bulusan.
“Penanganan sementara sudah kami lakukan dengan membuat tanggul sementara, nanti akan kami perkuat,” katanya.
Sementara Plt Kabid Sumber Daya Air dan Draniase, Isworo mengatakan, untuk mengatasi persoalan banjir di wilayah atas, pihaknya akan membuat kajian tentang pembuatan embung di beberapa titik di Kecamatan Tembalang. Selain koordinasi dengan kecamatan dan pihak kelurahan, pihaknya juga meminta pendapat dari masyarakat. “Penanganan saat ini kami akan membersihkan drainase yang tersumbat agar aliran air menjadi lancar. Ke depan kami juga akan menambah kapasitas drainase jalan, agar air yang turun dari wilayah atas tak meluber ke jalan dan permukiman warga,” katanya.
Akibat Sampah
Sebagai informasi, beberapa kelurahan di Kecamatan Tembalang, dilanda banjir bandang. Banjir menerjang permukiman warga di antaranya di Kelurahan Sendangmulyo, Meteseh, dan Bulusan, Selasa (25/12).
Banjir diakibatkan melubernya saluran air di beberapa wilayah itu, termasuk luapan sungai Sigarbencah dan jebolnya tanggul sungai Kedungwinong, Kelurahan Bulusan. Karena tingginya debit air dari wilayah atas, beberapa sungai seperti Kali Sigarbencah dan Dongwinong meluber ke jalan dan menerjang permukiman warga. Diketahui hujan telah mengguyur Kota Semarang dan sekitarnya sejak 2 hari terakhir.
Turunnya hujan dengan intensitas ringan hingga lebat hampir merata di seluruh Kota Semarang.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Semarang tidak lagi menyalahkan fenomena alam turunnya hujan di kawasan hulu tatkala banjir menggenangi sebagian wilayah kotanya. Kepala BPBD Kota Semarang Agus Harmunanto lebih jujur mengakui bahwa perilaku warganya yang menyumbat drainase dengan sampah sebagai penyebab air bah.
Tatkala Kanal Banjir Timur Semarang yang mestinya mengantar air hingga muara meluap sehingga air menggenangi permukiman warga beberapa waktu lalu, Kepala BPBD Kota Semarang Agus Harmunanto menuding air kiriman dari Ungaran di Kabupaten Semarang sebagai pemicunya.
Sikap serupa tidak lagi ditunjukkan Agus Harmunanto tatkala air bah yang menyeret lumpur dan sampah menggenangi Tembalang, Kota Semarang, Selasa (25/12). Agus Harmunanto menjelaskan banjir itu disebabkan tumpukan sampah yang menyumbat drainase. “Jadi, ini kebetulan Ungaran (Kabupaten Semarang-Red) hujan deras. Alirannya kan menuju Sungai Pengkol di kawasan Dinar Mas sehingga debit airnya naik,” katanya.
Dari arah Sigar Bencah, kata dia, air bukannya masuk ke Sungai Pengkol karena drainase tersumbat sampah. Air pun meluber ke jalanan dan permukiman warga meninggalkan lapisan lumpur kuning kecokelatan setinggi mata kaki orang dewasa atau bahkan lebih.
“Jalanan di Sigar Bencah kan memang menurun, jadi alirannya deras sekali,” terang dia.
Diakuinya, meskipun berlangsung singkat, namun aliran air yang deras itu sempat membuat panik warga setempat.
Meskipun air bah sudah surut dan aliran air di sungai telah kembali normal, Agus menegaskan petugas BPBD Kota Semarang tetap akan terus memantau perkembangan debit air Sungai Pengkol, mengingat masih tingginya intensitas hujan.
“Kami waspadai Sungai BKT karena daerah atas di Ungaran juga hujan deras. Namun sementara ini masih aman,” katanya.(Halo Semarang)