HALO SEMARANG – Nahdlatul Ulama siap untuk menghadapi perjalanan abad kedua, menuju kebangkitan baru organisasi masyarakat (ormas) Islam terbesar di Indonesia itu.
Kesiapan NU tersebut disampaikan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf, dalam resepsi puncak Satu Abad Nahdatul Ulama (NU) di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.
“Tidak ada hal yang lebih patut dilakukan saat ini selain bersyukur atas satu abad usia NU,” kata Gus Yahya, seperti dirilis kemenag.go.id.
Dia juga mengatakan bahwa tirakat satu abad telah mendigdayakan Nahdlatul Ulama.
“Selamat datang di abad kedua Nahdatul Ulama, tirakat satu abad mendigdayakan Nahdlatul Ulama, menjemput abad kedua menuju kebangkitan baru NU,” imbuhnya.
Sementara itu resepsi puncak Satu Abad Nahdatul Ulama (NU) di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo, juga dihadiri Presiden Joko Widodo beserta Ibu Negara Iriana Joko Widodo, Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin, dan Ibu Wury Ma’ruf Amin.
Hadir pula Presiden Kelima Megawati Soekarnoputri, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan Ibu Negara Sinta Nuriya Abdurrahman Wahid, pimpinan lembaga tinggi negara, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Maju.
Selain pera pejabat negara dan para tokoh, acara itu juga diikuti jutaan nahdliyin, yang membentuk lautan manusia.
Presiden Joko Widodo mengatakan, memasuki abad kedua, NU akan tumbuh semakin kokoh.
“Memasuki abad ke dua Insya Allah NU akan tumbuh semakin kokoh, menjadi teladan atas keberislaman yang moderat, memberi contoh hidup yang baik menjunjung akhlaqul karimah dan adab ketimuran, tata krama, unggah ungguh, etika yang baik dan adab yang baik,” kata Jokowi.
“Sebagai organisasi Islam terbesar di dunia, NU layak berkontribusi bagi masyarakat internasional dan pemerintah sangat menghargai usaha PBNU untuk membangun peradaban yang lebih baik dan lebih mulia,” lanjutnya.
Dalam resepsi puncak Satu Abad Nahdatul Ulama (NU) di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo itu, NU juga menyampaikan sikap tegas untuk menolak berbagai upaya mendirikan khilafah.
NU berpandangan upaya mendirikan negara seperti ISIS, akan berakhir dengan kekacauan dan berlawanan dengan pelbagai tujuan pokok agama. Seperti menjaga nyawa, menjaga agama, menjaga akal, menjaga keluarga, dan menjaga harta.
NU berpandangan usaha untuk mendirikan kembali negara khilafah, bertabrakan dengan tujuan-tujuan pokok agama, dan akan menimbulkan ketidakstabilan dan merusak keteraturan sosial politik
“Sejarah menunjukkan, kekacauan karena perang pada akhirnya akan selalu didampingi dengan penghancuran yang luas atas rumah ibadah, hilangnya nyawa manusia, hancurnya akhlak, keluarga, dan harta benda,” bunyi poin rekomendasi tersebut.
Di sisi lain, NU menilai cara paling tepat mewujudkan kemaslahatan umat Islam sedunia dengan memperkuat kesejahteraan dan kemaslahatan seluruh umat manusia, baik muslim atau nonmuslim. Serta mengakui adanya persaudaraan seluruh manusia dan anak cucu Adam.
NU juga berpandangan Piagam PBB sejak awal dibentuk tujuannya untuk mengakhiri perang yang amat merusak. Meski tak sempurna, NU berpandangan Piagam PBB dan PBB bisa menjadi dasar kokoh yang tersedia untuk mengembangkan fikih baru.
“Guna menegakkan masa depan peradaban yang damai dan harmonis,” bunyi rekomendasi tersebut. (HS-08)