in

Musim Kemarau, Ribuan Desa di Jateng Mengalami Krisis Air Bersih

Proses penyaluran air bersih di Desa Pakis, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Selasa (24/9/2019).

HALO SEMARANG – Musim kemarau tahun ini yang diprediksi lebih panjang oleh BMKG. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah menyatakan, akibat kemarau panjang ini mengakibatkan sebanyak 1.048 desa di provinsi Jateng mengalami kekeringan dan 150 ribu lebih kepala keluarga di Jawa Tengah saat ini mengalami krisis air bersih.

“Hampir setiap hari 16 ribu tanki air bersih kami drop untuk para warga yang mengalami kekeringan. Sejak bulan Juni 2019 lalu, mulai ada warga yang meminta pasokan air bersih ke kami,” kata Kepala BPBD Jateng, Sudaryanto, Jumat (27/9/2019).

Menurut Sudaryanto, BPBD Jateng sudah melakukan suplai air bersih kepada warga yang kebutuhannya selalu meningkat dari waktu ke waktu. Dikatakan, kekeringan sudah melanda di 30 Kabupaten atau Kota se-Jateng.

“Sehingga BPBD setempat sudah diinstruksikan untuk bisa mengantisipasi segala kemungkinan terburuk dari musim kemarau yang berkepanjangan ini. Sejauh ini, pemerintah belum ada keinginan untuk membuat hujan buatan. Mudah-mudahan Oktober sudah mulai hujan. Belum (ada niat membuat-red) rekayasa hujan. Tapi prinsipnya, pemerintah provinsi siap kalau kabupaten kota sudah nyatakan darurat. Tapi apakah (hujan buatan-red) efisien atau tidak itu yang perlu dikaji,” jelas Sudaryanto.

Sementara itu, basarkan prakiraan Stasiun Klimatologi Semarang sebagai Unit Pelaksana Teknis BMKG di Provinsi Jawa Tengah, musim hujan tahun ini mundur satu bulan. Oleh karena itu, BMKG meminta masyarakat, khususnya para petani untuk menanam tanaman dengan menyesuaikan musim yang saat ini berlangsung.

Kepala Stasiun Klimatologi Semarang, Tuban Wiyoso mengatakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan dinas-dinas terkait di level kabupaten dan kecamatan guna mensosialisasikan kondisi musim kemarau tahun ini. Dengan demikian, kegiatan pertanian di Jawa Tengah bisa berjalan lancar.

“Kami lakukan koordinasi kepada para petani di daerah-daerah, terutama daerah dengan sistem tadah hujan. Kalau daerah pertanian yang mengandalkan irigasi mungkin tidak terlalu berpengaruh,” katanya.

Dia menambahkan, di daerah Pantura seperti, Demak, Jepara dan Rembang musim hujan diprediksi baru dimulai Desember 2019. Hal itu dipengaruhi oleh angin timuran dari arah Australia yang masih kuat.

“Tidak hanya tanaman, ikan-ikan di tambak atau waduk juga sedikit banyak terpengaruh pada musim kemarau, karena perubahan suhu dan permukaan air yang turun. Namun hal ini tidak sepenuhnya merugikan jika masih dalam batas normal. Bagi pencari ikan, hal ini bisa saja menguntungkan karena sumber makanan ikan di danau atau waduk akan ke atas sehingga ikan juga akan ikut naik ke permukaan. Dengan demikian ikan akan lebih mudah ditangkap,” pungkasnya.(HS)

Dongkrak Kunjungan Wisatawan, Dispudpar Data Event Hiburan di Semarang

Izin Keluar, Laga PSIS Vs Badak Lampung FC Dilaksanakan Sesuai Jadwal