MUNGKIN tak banyak orang yang pernah mengetahui wujud buah mundu. Namun, mundu atau garcinia dulcis adalah tanaman langka yang berasal dari Indonesia (pulau Jawa dan Kalimantan) serta Filipina. Masih satu keluarga dengan manggis, mundu umumnya dikenal sebagai nama buah oleh sebagian masyarakat di daerah Sunda, Jawa, dan Madura.
Di Tatar Sunda, mundu juga disebut jawura, golodogpanto, dan di beberapa tempat disebut baros. Sementara masyarakat Jawa menyebutnya baros atau klendeng, orang Minahasa menyebutkannya mamundung.
Mundu termasuk buah asli Indonesia, namun dikategorikan buah-buahan minor, buah-buahan yang dianggap kurang penting. Tak mengherankan tumbuhan ini semakin jarang ditemukan di Kota Semarang karena tidak banyak lagi yang menanamnya. Karena dianggap tidak bernilai ekonomi pula, banyak yang menebangnya, dan menggantikannya dengan tanaman lain yang lebih menguntungkan. Padahal dulu, menurut cerita, salah satu daerah di Kota Semarang, Kedungmundu berasal dari nama buah itu. Konon di wilayah Kedungmundu banyak tumbuh liar tanaman jenis ini.
“Dulu tanaman banyak ditemukan tumbuh liar di kebun-kebun. Makanya dinamakan Kedung Mundu. Tapi sekarang sudah sangat langka,” kata Ashadi, warga Sambiroto, Kecamatan Tembalang, Semarang.
Punya nama mirip, mundu tidak sama dengan mundung, atau kepundung ataupun menteng. Buah ini juga biasa disebut apel jawa, dapat dimakan segar atau diolah menjadi selai.
Mundu juga dapat dibaca buah mundu juga dapat diolah menjadi campuran jamu tradisional. Kayu dan kulitnya dipakai sebagai campuran pembuat warna hijau alami.
Mundu juga dapat digunakan sebagai obat penurun demam, antiinflamasi, dan antipiretik. Selain itu, juga digunakan sebagai obat tradisional untuk struma dan parotitis. Masih banyak lagi kegunaan lain dari pohon langka yang sangat baik menyerap air hujan ini.
Tanaman mundu tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi, terutama di daerah atau hutan yang banyak humusnya. Pohonnya tinggi, mencapai 13 meter. Berbatang pendek, kulit batang berwarna cokelat bergetah putih dan berubah menjadi cokelat pucat bila kering. Ranting tebal bersegi empat dan biasanya berambut halus. Daun berbentuk bundar telur sampai lonjong.
Bunga-bunga jantan mengelompok kecil, lebar sekitar 6 cm. Bunga betina lebih kecil dengan lebar 12 mm. Buah bulat sampai oval. Bergaris tengah antara 5-8 cm, berujung ramping, kadang-kadang agak gepeng. Kulit buah tipis dan halus, berwarna kuning terang, kuning tua, atau oranye apabila matang. Rasa buahnya segar dan memiliki dua rasa: asam dan manis seperti rasa mangga gedong.
Buah mundu dapat dimakan begitu saja, namun juga bisa dibuat jelly atau selai. Di Jawa dan Singapura, tumbukan bijinya digunakan untuk mengobati pembengkakan. Serbuk biji mundu juga dapat digunakan untuk menyembuhkan penyakit gondok dan sariawan. Buahnya bisa dipakai sebagai pencahar dan mengobati penderita gangguan empedu. Sebaliknya, pucuk daun mundu muda digunakan untuk mengobati diare. Sedangkan kulitnya digunakan sebagai bahan untuk mewarnai tikar.(HS)