in

Mengenang Tsunami Samudra Hindia 2004, ketika Gelombang Raksasa Meluluh Lantakkan Aceh dan Pantai di 14 Negara

Kapal sepanjang 63 meter yang pernah berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung di Aceh, merupakan saksi bisu kedahsyatan terjangan tsunami raksasa 2004. (Foto : kemenkeu.go.id)

 

HALO SEMARANG – Tsunami dahsyat yang dipicu gempa megatrust berkekuatan Magnitudo 9.1 dengan episentrum di sebelah barat Pulau Sumatera, 26 Desember 2004 silam, telah meninggalkan kenangan pahit, bukan hanya untuk Indonesia, melainkan juga masyarakat dunia.

Sejak bencana dahsyat itu terjadi, Indonesia dan dunia menjadi semakin belajar, bahwa hidup di negeri rawan bencana, perlu dibarengi dengan kesiapsiagaan dan kemampuan beradaptasi.

Segera setelah gempa besar mengguncang, gelombang laut raksasa setinggi hingga 2 hingga 48 meter berdasarkan catatan ESDM), bergerak ke segala arah.

Tak hanya menghancurkan Aceh, Indonesia sebagai lokasi terdekat dengan episentrum, tetapi juga pantai di belasan negara lain.

Sedemikian dahsyat kekuatan gelombang tsunami itu, hingga mampu menyeret sebuah kapal sepanjang 63 meter, yang saat itu berfungsi sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Apung.

Kapal seberat 2.600 ton yang sebelumnya berada di laut ini, dibawa oleh gelombang hingga sejauh tiga kilometer ke pusat kota Banda Aceh.

Kedahsyatan tsunami Samudra Hindia 2004, juga digambarkan Swissinfo.ch dan Wikipedia.

Keduanya mencatat, sebanyak 15 negara terdampak bencana mengerikan tersebut, meliputi Indonesia, Sri Lanka, India, Thailand, Bangladesh, Maladewa, Malaysia, Myanmar, Madagaskar, Somalia, Kenya, Tanzania, Seychelles, Afrika Selatan, dan Yaman.

Adapun untuk korban jiwa, hingga kini belum ada yang bisa menyebutkan angka pasti. Wikipedia mencatat jumlah korban jiwa di berbagai negara itu bisa mencapai 280.000 jiwa.

Adapun Swisinfo mencatat, jumlah korban mencapai 230.000 orang di seluruh dunia dan 170.000 di antaranya berada di Indonesia.

Sementara di negara lain, seperti Sri Lanka, korban meninggal diperkirakan 30.000 orang; India 16.000 orang; dan Thailand 8.200 orang.

Hari ini 26 Desember 2022 atau 18 tahun setelah bencana dahsyat itu terjadi, pemerintah Aceh, Kepolisian Indonesia, asosiasi nelayan, serta berbagai pihak terkait, menggelar peringatan dengan doa bersama.

“Kesedihan dan kepedihan masih sangat terasa di masyarakat Aceh. Mari jadikan peringatan tsunami Aceh sebagai pelajaran dan pemicu untuk masa depan yang lebih baik. Agar Aceh bisa bangkit lebih kuat dengan budaya kesadaran untuk (mitigasi) bencana,” demikian pernyataan Dinas Perhubungan Aceh.

Para nelayan Aceh, hari ini juga melabuhkan kapal-kapalnya untuk menggelar acara peringatan sekaligus tanda penghormatan kepada para korban.

“Kami mengadakan doa di setiap kecamatan (Aceh) untuk mengenang para syuhada,” kata Badruddin Yunus, direktur asosiasi nelayan Panglima Laot setempat, kepada EFE.

Banda Aceh, ibu kota provinsi Aceh dan “titik nol” tsunami, hancur total dan hanya segelintir bangunan yang tersisa setelah serangan, termasuk masjid Baiturrahman, yang telah menjadi tempat ziarah dan doa bagi kerabat korban. dan orang yang selamat.

Di pantai wisata Khao Lak Thailand, di bagian barat negara itu dan dekat pulau populer Phuket, sekitar 300 orang datang pagi-pagi untuk upacara lintas agama di peringatan Ban Nam Khem untuk para korban bencana.

Beberapa hadirin, termasuk kerabat para korban, meletakkan bunga persembahan, sementara biksu Buddha serta perwakilan Katolik dan Muslim melantunkan doa.

Mengheningkan Cipta

Sementara itu di Sri Lanka, detik-detik tsunami Samudra Hindia, diperingati dengan mengheningkan cipta selama dua menit.

Keheningan selama dua menit akan dilakukan di seluruh pulau besok (26 Desember) pada Hari Keselamatan Nasional dari pukul 09.25 hingga 09.27 untuk mengenang semua yang kehilangan nyawa dalam tsunami 2004 dan bencana alam lainnya di Sri Lanka.

Ajakan mengheningkan cipta itu, sebelumnya disampaikan Pusat Manajemen Bencana Sri Lanka, seperti dirilis Adaderana.

Bagi Sri Lanka yang berjarak 1.627 Kilometer dari Aceh, tsunami dahsyat tersebut juga merupakan pukulan telak.

Di negeri itu sebanyak 40 ribu orang meninggal dan kerugian material mencapai jutaan rupee.

Ribuan orang juga kehilangan tempat tinggal, setelah gelombang air laut raksasa mendorong segala macam benda, hingga beberapa kilometer ke daratan.

Di negera itu, sejak 2005, tanggal 26 Desember telah dideklarasikan sebagai “Hari Keselamatan Nasional” dan diperingati setiap tahun. (HS-08)

Ditetapkan di Darupono, Pembangunan Kantor Kecamatan Kaliwungu Selatan Dimulai 2023

Polri Prediksi Arus Lalu Lintas Meningkat hingga 2 Januari 2023