
HALO SEMARANG – Liga 1 dan Liga 2 yang dihentikan oleh PSSI akibat pandemi corona menimbulkan kerugian yang tidak sedikit bagi sejumlah klub.
Tidak terkecuali klub Liga 1 PSIS. Pasalnya saat kompetisi berhenti, tidak ada pemasukan tim yang masih memiliki tanggungan untuk membayar gaji karyawan di perusahaan.
“Begitu kompetisi berhenti, kalau ditanya pemasukan semuanya pasti berhenti. Jadi industri sepak bola itu kan berbanding lurus dengan kegiatan yang bisa dilakukan,” kata CEO PSIS Yoyok Sukawi, Senin (18/5/2020).
“Kami tidak ada lagi pemasukan, otomatis. Apapun itu, baik sponsor, pendapatan tiket, bagi hasil TV, bagi hasil usaha, itu semua berhenti. Yang berat, pendapatan kami berhenti, sementara biaya masih keluar,” ujannya.
Menurut pria yang juga Exco PSSI itu, tidak semua klub di Indonesia siap dalam menghadapi kondisi seperti ini. Karena masih ada klub yang mendapat bantuan pemerintah, bahkan ada yang patungan sebagai modal untuk mengarungi kompetisi.
“Itu berat. Kalau PSIS, kami profesional. Insya-Allah kami masih mampu. Tahun ini rugi itu pasti. Kami berhitung tahun ini, minus Rp 10-15 miliar tapi itu kami jalani, tidak ada masalah,” tuturnya.
Pihaknya berharap tahun depan, situasi sudah mulai normal kembali dan keuangan PSIS bisa membaik lagi. Karena kompetisi masih dihentikan, para pemain tidak bisa menggelar latihan. Para pemain saat ini berlatih sendiri di rumah masing-masing, dengan dipandu pelatih fisik dan tim dokter.
“Baik pemain lokal maupun asing, setiap pagi dan sore diberi menu latihan. Jika pagi bisa peregangan, dan sore bersepeda atau lari berapa meter,” ucapnya.(HS)