in

Kemenag Minta PTKI Berjihad Perbaiki Kualitas Lingkungan

Staf Khusus Menag Farid F Saenong. (Foto : kemenag.go.id)

 

HALO SEMARANG – Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) diminta memberikan perhatian lebih, terhadap isu krisis iklim dan pemanasan global.

Civitas academica PTKI bahkan diminta untuk berjihad dalam memperbaiki kualitas lingkungan.

Pesan ini disampaikan Staf Khusus Menteri Agama RI, Farid F Saenong, saat menyampaikan keynote speech dalam serial Webinar IKRAR PTKI bertajuk “Masyarakat, Agama, dan Ekologi: Menuju Pembangunan Berkelanjutan” di Jakarta, baru-baru ini.

Webinar ini disiarkan Youtube Diktis TV. Hadir sebagai narasumber, Prof Dr Abdul Syukur MA (UIN Sunan Gunung Djati Bandung), BJ Sujibto MA (UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta), serta Pembahas yakni Prof Dr Hj Yuberti MPd (UIN Raden Intan Lampung).

Staf Khusus Menteri Agama RI, Farid F Saenong menyampaikan isu lingkungan harus menjadi wacana besar di Kementerian Agama dan harus diterjemahkan ke dalam beberapa program di seluruh unit Kementerian Agama termasuk di Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI).

“Bukan kemudian untuk meninggalkan isu-isu lain ya, tetapi kita akan menjaga isu lingkungan ini sebagai kepastian global bahwa kita ini sedang berjihad untuk menjaga kualitas alam semesta,” ujar Farid F Saenong.

Lulusan Australian National University tersebut, mengungkap sebuah perbandingan korban manusia yang terjadi akibat peperangan dan konflik di beberapa negara seperti peperangan Ukraina dan Rusia serta persoalan di Palestina.

Menurutnya, potensi korban manusia akibat perubahan iklim jauh lebih besar apabila tidak di serius diantisipasi.

“Potensi korban manusia yang akan terjadi akibat climate change sangat besar kalau kita tidak hati-hati dalam mengelolanya. Kita akan habis relatif satu generasi kalau kita tidak mengelola climate change ini,” ungkapnya.

“Para pakar memandang climate change atau perubahan iklim yang berlangsung secara radikal dramatis belakangan ini itu bisa menghancurkan atau mengorbankan satu generasi umat manusia,” kata dia.

Itu artinya kata Farid, perubahan iklim bukan hal yang main-main, bukan hal kecil yang karenanya Kementerian Agama harus memberikan kontribusi terbaik dengan memberikan tafsir pemahaman akademik ataupun teologis terkait dengan hubungan manusia dengan alam semesta agar keberlangsungan alam semesta bisa terus terjaga.

“Tentu bukan dalam konteks ingin menunda-nunda hari kiamat ya, tetapi climate change ini oleh banyak fighter disebut salahsatu armagenddon atau and off day yang bisa terjadi kalau kita tidak hati-hati mengelola climate chang belakangan ini,” Pungkasnya.

Menurut dia, ini tidak mudah dan tidak seperti membalik telapak tangan, melainkan kerja jihadi yang sangat panjang.

“Dalam banyak studi climate change belakangan ini baik yang sifatnya dalam tanda kutif sekuler, tidak melibatkan agama ataupun pemuka agama dalam kajian-kajian mereka atau yang secara spesifik lebih cocok dengan kita di PTKIN ini adalah bagaimana memberikan perspektif yang maju yang progresif tentang hubungan manusia dengan alam semesta,” kata dia. (HS-08)

Menag Minta Peringatan Waisak 2025 Lebih Menonjolkan Penghayatan Makna

Terima Kunjungan Pimpinan Bank BRI, Kapolresta Surakarta Terima Keluhan dan Aspirasi