in

Dosen Udinus : Kasus GGA Bisa Diidap pada Anak yang Tidak Bersentuhan dengan Sirup

Dekan Fakultas Kesehatan dari Udinus Semarang, Enny Rachmani, SKM, M.Kom, Ph.D

HALO SEMARANG – Kasus Gagal Ginjal Akut (GGA) di Indonesia terus bermunculan. Bahkan laporan dari Kementerian Kesehatan hingga saat ini telah terjadi pada 255 anak, dengan 143 anak meninggal dunia (data per 24 Oktober 2022).

Hasil investigasi dari Kementerian Kesehatan penyebab kasus GGA pada anak berasal dari cemaran zat Etilen Glikol (EG) dan Deitilen Glikol (DG) pada obat jenis sirup. Namun, dari kasus yang muncul, ada anak yang dinyatakan GGA ternyata tidak pernah sama sekali bersentuhan dengan sirup yang diduga bercampur bahan pelarut tersebut.

Menurut Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro (Udinus) Semarang, Enny Rachmani, SKM, M.Kom, Ph.D, bahwa EG dan DEG bukan satu-satunya penyebab terjadinya GGA. Karena gagal ginjal akut atau acute kidney injury adalah kondisi ketika ginjal berhenti berfungsi secara tiba-tiba yang terjadi akibat gangguan aliran darah ke ginjal, gangguan di ginjal, atau penyumbatan di saluran urine.

Penyebab kondisi ini, kata Enny bisa bermacam-macam yaitu kehilangan darah atau cairan akibat perdarahan, dehidrasi berat, atau diare berat, operasi, Sepsis atau syok anafilaktik, penderita diabetes, hipertensi, gagal jantung, penyakit hati, penyakit arteri perifer, atau obesitas. Ataupun mempunyai luka bakar berat selain efek samping obat-obatan, seperti yang terjadi akhir-akhir ini.

“Sehingga untuk kasus GGA yang terjadi bukan karena efek samping obat seperti EG dan DEG perlu dilakukan pemeriksaan lebih menyeluruh penyebab dari hal tersebut. Kalau secara genetic GGA sampai saat ini belum didapatkan bukti empiris merupakan penyebabnya akan tetapi yang diturunkan adalah faktor resiko penyebab GGA, yaitu salah satunya diabetes, kanker, auto imun,” terangnya, saat dihubungi Halosemarang.id, Kamis (27/10/2022).

Ditambahkan Enny, kenapa kasus GGA di Indonesia baru merebak atau ramai sekarang, padahal kasus tersebut sudah muncul beberapa bulan sebelumnya terdeteksi di Gambia karena anak mengkonsumsi jenis obat sirup.

“Gagal ginjal akut mulai dideteksi bulan Juli di Gambia. Dari hasil tes tersebut, WHO menemukan ethylene glycol (EG) dan diethylene glycol (DEG). Pada empat jenis sirup buatan Maiden Pharmaceuticals asal India. Pada saat itu Pemerintah Indonesia menyatakan obat sirup buatan India tidak ada di Indonesia sehingga kemungkinan diprediksi tidak terjadi di Indonesia. Ternyata EG dan DEG tidak hanya digunakan pada farmasi di India, tetapi juga pada farmasi di Indonesia sehingga kasus gagal ginjal akut pada anak-anak sampai sekarang mencapai ratusan kasus,” imbuhnya.

Dengan banyaknya kasus GGA di Indonesia dan adanya desakan dari beberapa orangtua kasus GGA menginginkan pemerintah menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB), menurut Enny, belum bisa dilakukan. Karena menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 154 ayat 1 dan Pasal 156 ayat 1, disebutkan salah satu syaratnya yang menjadi dasar untuk mengeluarkan KLB adalah karena penyakit menular dan berpotensi menyebar dari sumber penularan. Meskipun pemerintah memiliki kewenangan untuk menyatakan suatu wilayah dalam keadaan wabah, letusan atau KLB.

“Menurut saya berdasarkan hal tersebut maka gagal ginjal akut tidak dapat dikategorikan sebagai kasus KLB, akan tetapi suatu kasus yang penanganannya dapat menyerupai keadaan KLB, hal ini terlihat dari yang sudah dilalukan Kementerian Kesehatan dengan sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk penanganan GGA ini,” paparnya.

Dirinya mengimbau untuk pemerintah agar bisa menangani kasus GGA hingga tuntas. Dengan adanya kasus ini pelajaran yang bisa diambil adalah pencegahan atau reaksi yang cepat dari pemerintah jika menemukan suatu kasus di negara lain untuk dilakukan investigasi atau diprediksi kemungkinan terjadi di Indonesia berdasarkan penyebab utamanya.

“Seperti kasus GGA dimana penyebab adalah EG dan DEG akan tetapi kementerian berfokus pada farmasi yang berasal dari India sehingga kewaspadaan menurun sehingga terjadi ledakan kasus di Indonesia. Adapun penanganan agar tuntas adalah segera mendistribusikan obat penawar Fomepizole secara ke seluruah wilayah Indonesia. Fomepizole merupakan penawar intoksikasi dari kandungan etilen glikol (EG) yang tak sengaja dikonsumsi anak dan berkerja menghambat enzim Alcohol dehydrogenase. Meskipun bukan merupakan obat GGA akan tetapi saat ini terbukti mengurangi keparahan pasien dan mencegah kematian,” pungkas Enny. (HS-06)

Kemkominfo Ajak Anak Muda Papua dan Salatiga Kolaborasi Kreatif untuk Bangsa

Pemkab dan Polres Batang Berencana Bangun Mapolsek Banyuputih di Lahan Pangkalan Truk Penundan