in

Karyawan KAI Ditangkap Densus 88, Kiai Said Sebut Infiltrasi ke Berbagai Lembaga Jadi Strategi Teroris

Komisaris Utama PT KAI, Said Aqil Siroj. (Sumber : laman Resmi PT KAI)

 

HALO SEMARANG – Komisaris Utama PT KAI, Said Aqil Siroj menegaskan pihaknya tidak akan memberikan toleransi pada karyawan yang menjadi teroris. Dia juga mengajak masyarakat luas untuk “menghabisi” jaringan terorisme di Indonesia.

Tanggapan Said Aqil Siroj ini disampaikan terkait penangkapan seorang pegawai PT KAI berinisial DE, oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri.

“Sebagai Komut, saya memastikan bahwa PT KAI dikelola oleh insan-insan KAI dengan sipirit keagamaan yang toleran, moderat dan mengimplementasi ‘AKHLAK’ sebagai nilai utama perusahaan, sebagai pedoman perilaku (individu) dan bermasyarakat,” tegas Said Aqil Siroj, seperti dirilis laman resmi PT KAI.

Dia menegaskan bahwa secara korporasi, PT KAI dikelola oleh tenaga-tenaga profesional, untuk memberi pelayanan terbaik pada  masyarakat.

PT KAI juga membangun budaya safety and security yang terukur, dan karenanya, KAI menjadi salah satu BUMN berkinerja sangat baik.

Penangkapan oleh Densus 88 Antiteror Polri terhadap karyawan PT KAI di Bekasi, menurut dia memberi pesan serius, bahwa kelompok,  paham, dan praktik teroris ini nyata dan dekat dengan lingkungan masyarakat.

Dia bahkan menyebut penangkapan ini merupakan peringatan keras dan harus dijadikan alarm bagi semua pihak, sekaligus momentum untuk bersih-bersih.

Menurut dia, infiltrasi atau penyusupan ke berbagai lembaga, ditengarai sudah menjadi strategi kelompok teroris, termasuk Jama’ah Islamiyah (JI) dan Jama’ah Anshoru Daulah (JAD).

Hal ini secara jelas terlihat dalam berbagai jejak dan pengungkapan oleh Densus 88, terafiliasi dengan ISIS.

PT KAI juga akan bekerja lebih kuat lagi dengan BNPT, Densus 88, dan menyerahkan proses hukum terhadap karyawan berinsial DE, terduga teroris.

Sebagai upaya untuk menangkal infiltrasi paham teroris, KAI sebenarnya telah bekerja sama dengan BNPT sejak 2021. Kerja sama “Sinergitas Pencegahan Paham Radikal Terorisme” ini, akan diperkuat kembali melalui program-program yang edukatif dan menjangkau seluruh level karyawan.

Dia juga menyatakan pentingnya informasi tentang terorisme untuk diketahui oleh masyarakat.

Gerakan Senyap

Hal itu karena gerakan terorisme merupakan ancaman kejahatan sistemik, yang dilaksanakan secara terstruktur dan terencana.

Gerakan terorisme bergulir seiring dengan perkembangan zaman, baik dilakukan oleh individu maupun kelompok teroris, dengan cara gerakan secara transparan ataupun senyap.

“Skema kejahatan terorisme saat ini cukup beragam, baik dalam skala gerakan konvensional maupun digital,” kata dia.

Kiai Said yang pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU dua periode, 2010-2021 ini,  juga menuturkan pengalaman dalam memimpin organisasi Islam terbesar di Indonesia itu selama hampir 11 tahun.

Dia mengatakan pentingnya menangkal radikalisasi beragama dan membangun diskursus keagamaan yang lebih moderat dan toleran.

“Saya mengajak jika kita benar-benar sepakat, benar-benar satu barisan ingin menghabisi jaringan terorisme, maka benihnya yang harus dihadapi. Karena benihnya sebagai pintu masuk yang harus kita tangkal dan menutup ruangnya. Benih itu, di antaranya adalah ‘gerakan salafisme-wahhabisme’. Gerakan ini merupakan cikal bakal lahirnya radikalisme agama hingga pintu masuknya terorisme,” kata dia.

Gerakan teroris tersebut mempunyai misi besar, yaitu melaksanakan jihad khilafah islamiyah dan menginginkan Indonesia sebagai negara Islam yang bersyariat.

“Tentu tidak sesuai dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan bangsa Indonesia dalam merajut keberagaman dari segmentasi agama, budaya, ras, suku dan bahasa,” kata Said Aqil Siroj.

Sebelumnya, Kepala Bagian Operasi Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri, Kombes Pol Aswin Siregar, mengatakan bahwa tersangka teroris berinisial DE, yang ditangkap di Bekasi merupakan karyawan BUMN di PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Bahkan DE sudah bergabung dengan jaringan teroris ISIS, sebelum masuk menjadi karyawan PT KAI.

“Ya jadi dari catatan tentang status karyawannya, dia bergabung 2016 sebagai karyawan PT KAI,” kata Aswin di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Selasa, (15/8/2023).

Aswin menjelaskan awalnya DE menjadi jemaah Mujahidin Indonesia Barat (MIB) di Bandung, Jawa Barat, dengan pimpinan WM yang sudah ditangkap. Namun, jemaahnya bubar dan menyebar, salah satunya DE.

“Jadi setelah dia awal tadi pertama bergabung dengan MIB di Bandung menjadi jemaah WM yang sudah ditangkap itu, kemudian 2014 dia menyatakan baiat tunduk kepada Amir ISIS, kemudian 2016 baru dia terdaftar sebagai karyawan PT KAI,” ungkapnya Aswin

Densus 88 masih mengembangkan kasus ini, termasuk mencari dokumen-dokumen, terkait perjalanan DE di kelompok terorisme, hingga masuk sebagai karyawan BUMN.  (HS-08)

Tersangka Teroris Kamuflasekan Usaha dan Kumpulkan Uang untuk Biayai Aksi

Presiden Jokowi Kukuhkan 76 Anggota Paskibraka Tahun 2023