in

Guru Ini Bantu Biaya Sekolah Siswa Kurang Mampu dengan Memanfaatkan Rongsok Kertas

Achmad Chusaeni bersama siswanya mengumpulkan kertas tak terpakai di sekolahnya untuk dijual kembali.

 

SEMARANG – Guru Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Lembaga Pendidikan Indonesia (LPI) Semarang, Achmad Chusaeni (46) memiliki kepedulian tinggi terhadap keberlangsungan pendidikan seorang anak. Dengan berbekal pengalaman berbisnis rongsok, dia memberikan bantuan beasiswa kepada siswa miskin yang memiliki niat belajar tinggi. Cara yang ditempuh yakni melalui pengumpulan barang-barang rongsok, khususnya kertas tak terpakai yang kemudian dijual kepada sejumlah pengepul di Kota Semarang.

Hasil yang didapat dari penjualan barang rongsok kertas itu yang kemudian digunakan untuk membiayai sekolah sejumlah siswa. Siswa yang ditanggung pembiayaannya tidak hanya berasal dari satu sekolah saja. Ada lima anak yang menempuh pendidikan di sekolah berbeda.

Pengumpulan rongsok kertas pun dilakukan dengan memanfaatkan jaringan sekolah. Setidaknya ada tujuh sekolah, seperti SMP Setiabudhi, SMK Triatma Jaya, SMP Islam Cahaya Insani, SMPIT Tamma, SMP Islamic Centre, SMK LPI, dan SMP Islam Siti Sulchan yang rongsokannya dikelola olehnya.

”Bermula saat awal mengajar di SMK Setiabudi Semarang, 12 tahun silam. Pada waktu itu, ada setidaknya enam siswa putus sekolah. Saat saya mengunjungi rumah mereka, ternyata rata-rata berasal dari keluarga berekonomi rendah. Kemudian terpikir untuk mencarikan biaya bagi mereka agar tetap dapat bersekolah. Saya terpikir untuk memanfaatkan rongsokan kertas yang ada di sekolah untuk membantu biaya mereka. Karena barang tak terpakai atau rongsok menjadi sangat bernilai, ketika diolah dengan benar,” ujar dia, saat ditemui di sekolah SMK Setiabudi Semarang, baru-baru ini.

Pria yang akrab disapa dengan Pak Cus oleh siswa-siswinya tersebut mengaku, awalnya, saat menerapkan metode ini untuk membantu biaya sekolah siswa hanya mendapatkan uang sebesar Rp 25 ribu dari hasil mengumpulkan rongsok kertas di sekolah tersebut. Namun dengan kegigihannya, dia tak mau putus asa. Saat ini, pendapatan dari mengumpulkan rongsokan telah mencapai kisaran angka Rp 1 juta/pekan. Sementara itu, ide mengumpulkan dan mencari tambahan uang dari barang rongsok, didasarkan pengalamannya selama enam tahun sebagai pengepul rongsok.

”Ini karena jumlah relawan pengumpul rongsok dan lokasinya bertambah. Rongsok itu diolah dan dikumpulkan di Rumah Beasiswa Rongsok Peduli Anak Indonesia, yang ada di salah satu ruangan sekolah ini. Hasil dari rongsok dibagi untuk biaya makan dan operasional relawan. Sisanya untuk biaya operasional sekolah, seperti uang sekolah, uang tabungan, uang praktikum, uang OSIS dan koperasi,” terang dia.

Untuk meningkatkan penghasilan dari rongsok, papar dia, masih belum bisa lantaran terkendala Sumber Daya Manusia (SDM). Mulai dari tempat menampung rongsok dan armada pengangkutnya.

”Setidaknya ada lima anak yang telah dibantu melalui pengumpulan barang rongsok pada Januari ini. Selama ini, siswa yang dibiayai diseleksi terlebih dulu. Mereka harus memiliki niat tinggi menuntut ilmu, beribadah menurut keyakinan masing-masing, serta tidak diizinkan berpacaran selama mendapatkan beasiswa. Syarat ini sebagai bentuk penghormatan bagi relawan pengumpul rongsok,” ungkap dia.(Halo Semarang)

Jelang Debat, Sudirman Said Yakin, Prabowo dan Sandiaga Uno Kuasai Panggung

Video : Pembangunan Pasar Wonodri Selesai 100 Persen