CHINA mengurangi impor film Hollywood, memengaruhi prospek perfilman AS yang bergantung pada pasar internasional besar.
China telah mengumumkan langkah signifikan untuk membatasi impor film-film Hollywood, sebuah kebijakan yang langsung terkait dengan meningkatnya ketegangan perdagangan dengan Amerika Serikat.
Kebijakan ini berlkau sejak diumumkan oleh Administrasi Film Nasional China pada 10 April 2025, sebagai tanggapan atas keputusan Presiden Donald Trump yang menaikkan tarif barang-barang China hingga 145%. Langkah ini tidak hanya berdampak pada hubungan diplomatik kedua negara tetapi juga mengguncang industri perfilman global.
Motivasi di Balik Kebijakan
Administrasi Film Nasional China menyatakan bahwa kebijakan ini didasarkan pada penurunan minat domestik terhadap film-film Amerika dan komitmen untuk “mengikuti aturan pasar” serta “menghormati pilihan penonton.” Pernyataan itu juga menyoroti dampak negatif dari tarif tinggi yang dikenakan oleh AS terhadap barang-barang China. “Tindakan salah pemerintah AS untuk menyalahgunakan tarif terhadap China akan semakin mengurangi kesukaan audiens domestik terhadap film-film Amerika,” ungkap pernyataan tersebut, sebagaimana dilaporkan oleh Channel News Asia dan Los Angeles Times.
Sebelumnya, kesepakatan antara AS dan China pada tahun 2015 memungkinkan hingga 34 film Hollywood berbasis bagi hasil masuk ke pasar China setiap tahunnya. Namun, dengan kebijakan baru ini, jumlah tersebut akan berkurang secara signifikan. Meski angka pasti belum diumumkan, langkah ini menunjukkan pergeseran besar dalam hubungan budaya kedua negara.
Penurunan Pengaruh Hollywood di Pasar China
China pernah menjadi pasar vital bagi film-film Hollywood, dengan blockbuster seperti Avengers: Endgame dan Furious 7 meraup ratusan juta dolar di bioskop-bioskop China. Namun, sejak pandemi COVID-19 pada tahun 2020, popularitas film-film AS di negara tersebut menurun drastis. Saat ini, film-film Hollywood hanya menyumbang sekitar 5% dari total pendapatan box office China, menurut laporan Reuters.
Produksi lokal semakin mendominasi pasar dengan kesuksesan besar seperti Ne Zha 2, yang bahkan mengalahkan animasi Pixar Inside Out 2 sebagai film animasi terlaris sepanjang masa di China. Selain itu, pajak tinggi sebesar 50% atas pendapatan box office dan pembagian keuntungan yang hanya sebesar 25% untuk studio-studio Amerika membuat pasar China menjadi semakin sulit bagi Hollywood.
Chris Fenton, penulis buku Feeding the Dragon, menyebut langkah ini sebagai “cara yang sangat berprofil tinggi untuk membuat pernyataan balasan tanpa kerugian besar bagi China.” Ia menambahkan bahwa pembatasan ini adalah “gerakan kekuatan yang pasti akan diperhatikan oleh Washington.”
Dampak Ekonomi dan Diplomatik
Bagi Hollywood, dampaknya sangat signifikan. Pasar internasional, termasuk China, selama ini menjadi sumber utama pendapatan bagi studio-studio besar seperti Walt Disney Co., Warner Bros., dan Sony Pictures Entertainment. Dengan pembatasan baru ini, potensi pendapatan dari salah satu pasar terbesar dunia akan semakin berkurang.
Presiden Trump sendiri tampaknya tidak terlalu memprioritaskan pembelaan terhadap industri film AS dalam konflik ini. Ketika ditanya tentang pembatasan tersebut, ia hanya berkomentar singkat kepada Times of India, “Saya rasa ada hal yang lebih buruk dari ini.” Sikap ini mencerminkan hubungan kompleks antara pemerintah AS dengan industri hiburan yang sebagian besar mendukung lawan politik Trump dalam pemilu sebelumnya.
Di sisi lain, pemerintah Xi Jinping memandang langkah ini sebagai bagian dari strategi balasan terhadap tarif tinggi AS. Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, mengkritik kebijakan tarif Trump sebagai “senjata untuk memberikan tekanan maksimum demi keuntungan egois,” menurut laporan ABC News.
Masa Depan Industri Perfilman Global
Pembatasan impor film Hollywood oleh China tidak hanya berdampak pada pendapatan studio-studio Amerika tetapi juga mengubah dinamika industri perfilman global. Dengan produksi lokal yang semakin kuat dan dukungan penuh pemerintah China terhadap industri kreatif domestik, dominasi Hollywood di pasar internasional menghadapi tantangan serius.
Meskipun beberapa blockbuster besar seperti Thunderbolts dari Marvel masih mendapat izin tayang di China, masa depan film-film lainnya seperti Mission Impossible — The Final Reckoning dan The Fantastic Four tetap tidak pasti. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan baru tersebut tidak sepenuhnya melarang film-film Amerika tetapi lebih selektif dalam memilih judul yang masuk ke pasar.
Langkah China untuk membatasi impor film-film Hollywood adalah sinyal kuat dari perubahan prioritas budaya dan ekonomi negara tersebut. Di tengah ketegangan perdagangan dengan AS, kebijakan ini tidak hanya mencerminkan strategi balasan tetapi juga menegaskan komitmen pemerintah Xi Jinping untuk mendukung industri domestiknya. Dampaknya akan dirasakan jauh melampaui layar bioskop—mencakup hubungan diplomatik kedua negara serta masa depan industri perfilman global.(HS)