
KAWASAN Bukit Gunung Brintik di Kelurahan Randusari, Kota Semarang yang beberapa tahun sebelumnya dikenal sebagai kampung padat penduduk, kumuh, dan tak tertata, sejak tahun 2017 disulap oleh Pemkot Semarang menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Semarang.
Dengan melibatkan masyarakat serta pihak swasta melalui program corporate social responsibility (CSR), kampung yang ada di area perbukitan di tengah kota itu dicat warna-warni, kemudian dinamakan Kampung Pelangi atau Rainbow Village.
Untuk menyusuri kampung tersebut sampai daerah atas, memang butuh tenaga ekstra. Karena selain jalan setapak dan jalan masuk yang sempit dan menanjak, membuat kendaraan bermotor sulit melewatinya.
Apalagi tanjakan dan turunan di sana sangat curam. Sehingga pengunjung harus lebih berhati-hati saat melewati jalan tersebut untuk menikmati pemandangan Kota Semarang dari puncak Kampung Pelangi dengan menggunakan kendaraan bermotor. Pilihan lain adalah dengan berjalan kaki, namun jarak tempuhnya lumayan panjang sehingga butuh fisik yang baik untuk mengelilingi kampung tersebut.
Kampung Pelangi Semarang sebenarnya bukanlah kampung bercat warna warni yang pertama di Indonesia. Sejumlah daerah juga membangun konsep kampung tematik serupa, seperti Kanjeran di Surabaya, Malang, Balikpapan, dan Lubuklinggau.
Kampung Pelangi Semarang lebih unggul dan populer serta sempat menjadi sorotan media internasional, karena dinilai lebih indah dibanding kampung pelangi lainnya. Uniknya lagi, sebelum disulap jadi kampung warna-warni, wilayah sekitar merupakan kawasan kumuh. Atas upaya masyarakat sekitar dibantu pemkot yang mengubah kampung kumuh menjadi kampung tematik yang memiliki nilai jual inilah, membuat beberapa media internasional mengulasnya.
Sebut saja media The Independent, Daily Mail, India Times, Vogue sempat beramai-ramai mengulasnya. Kemunculan wisata Kampung Pelangi ini, awalnya tidak direncanakan oleh Pemkot Semarang. Berawal dari penataan shelter pedagang bunga Kalisari di sepanjang Kali Semarang (Jalan dr Sutomo) oleh Dinas Tata Kota dan Permukiman Kota Semarang yang sekarang telah berubah menjadi Dinas Penataan Ruang. Revitalisasi pedagang bunga Kalisari sendiri selesai pada akhir Desember 2016 lalu.
“Kami kemudian terbesit untuk melibatkan warga dalam penataan kampung di belakang shelter pedagang bunga Kalisari. Tujuannya agar lebih tertata dan mempercantik kawasan yang berada di pusat Kota, yang berdekatan dengan destinasi wisata ikon Kota Semarang lainnya, seperti Lawang Sewu, Tugu Muda, dan pusat oleh-oleh Pandanaran,” kata Irwansyah, Sekretaris Dinas Penataan Ruang Kota Semarang, belum lama ini.
Usai penataan pedagang bunga Kalisari tersebut, kemudian seorang warga setempat, pada tahun 2017, memiliki inisiatif untuk mengecat rumah warga dengan aneka warna. Sehingga muncullah ragam warna di kampung ini. Pemkot pun akhirnya melihat potensi itu, dengan membantu mengkomunikasikan dengan pihak swasta untuk penyaluran CSR ke sana.
Dampaknya ternyata luar biasa. Karena banyaknya warga yang penasaran lalu datang dan berfoto di kampung ini, membuat tempat wisata baru tersebut menjadi terkenal dengan nama Kampung Pelangi.
Cat Memudar
Namun, sejak dua tahun lalu, kondisi cat warna-warni di Kampung Pelangi mulai memudar. Sehingga pemkot dalam waktu dekat berencana mengecat ulang rumah-rumah warga, sehingga bisa tetap menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kota Semarang.
Upaya peremajaan Kampung Pelangi sendiri akan difokuskan pada pengecatan ulang tampilan muka rumah pada area permukiman di Kelurahan Randusari, Kota Semarang tersebut.
Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi mengatakan, pengecatan ulang Kampung Pelangi merupakan upaya Pemerintah Kota Semarang untuk mengembalikan lagi kecerahan warna warni, di mana itu yang menjadi daya tarik utama wisatawan untuk berkunjung.
“Pengecatan ulang Kampung Pelangi kami lakukan guna mengembalikan kecerahan warna yang ada di Kampung Pelangi. Ini juga menjadi bagian dari upaya Pemerintah Kota Semarang untuk menggenjot kunjungan wisatawan ke sana. Upaya ini dirasa penting karena Kampung Pelangi telah terbukti mampu menggerakkan roda perekonomian di wilayah sekitarnya,” tegas Hendi, sapaan akrab Hendrar Prihadi, Kamis (3/10/2019).
Salah satu pemandu wisata, Edo mengatakan, Kampung Pelangi mulai ramai dikunjungi wisatawan lokal saat pagi dan menjelang sore. Edo menjelaskan, aktivitas yang biasa dilakukan di Kampung Pelangi mulai dari membeli bunga, mengabadikan spot foto di jembatan warna-warni, sayap kupu-kupu dan malaikat, tangga pelangi, tembok batu 2 warna, dan pose bareng monster lucu.
“Ada juga kuliner warna-warni dan pasang gembok cinta. Spot terbaik untuk menikmati Kota Semarang dari Puncak Kampung Pelangi,” katanya.
Salah satu pengunjung, Sari mengatakan, dia datang ke kampung ini karena penasaran melihat di media sosial, yang sempat viral. Sehingga dia sempatkan untuk berkunjung ke Kampung Pelangi saat di Kota Semarang. Apalagi lokasinya tidak jauh dari pusat kota.
“Harapannya selain di cat ulang, di lokasi juga disediakan lebih banyak cinderamata khas dari warga setempat. Sehingga pengunjung bisa membawanya pulang. Dan diperbanyak lagi spot spot yang menarik untuk diabadikan, sehingga wisatawan merasa puas saat datang ke sini,” paparnya.(HS)