Di ERA digitalisasi seperti saat ini, pada umumnya generasi muda lebih mengincar bisa bekerja di instansi pemerintahan maupun di sebuah perusahaan swasta.
Namun lain halnya yang dilakukan Wahyu Fahyani (26), pemuda asal Desa Kalirejo Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal. Ia justru menekuni usaha di bidang pertanian, khususnya sebagai petambak ikan
Sebagai seorang pemuda dirinya tetap nekat untuk menekuni usaha sebagai seorang petani tambak di tambak yang awalnya sempat dikelola oleh orang tuanya.
Wahyu menceritakan, sejak kecil dirinya terbiasa diajak orang tuanya di tambak. Baik usai pulang sekolah maupun pada saat libur sekolah.
Dari kebiasaan inilah yang membuatnya menjadi ilmu dan mendorongnya menyukai tambak. Sehingga dirinya berpikir untuk jadi seorang petani tambak.
Wahyu mengaku tidak malu untuk menjadi seorang petani meski saat memulai usahanya sempat dicibir banyak teman bermainnya.
Wahyu pun berbesar hati, dan cibiran tersebut tidak membuatnya menjadi beban.
Bahkan ia pun menganggap, cibiran sebagai cambuk penyemangat bagi dirinya untuk menekuni usaha tambak yang membudidayakan ikan Bandeng ini.
Wahyu juga mengungkapkan, awal memulai usaha bertani tambak Bandeng ini bermodalkan uang saku dari orang tua yang ia kumpulkan sejak SMA hingga kuliah.
“Saya mulai menekuni tambak usai lulus kuliah tahun 2020 lalu. Dan sampai saat ini sudah berjalan hampir dua tahun,” ungkapnya, Jumat (14/10/2022).
Dan usaha tidak mengkhianati hasil Wahyu buktikan. Dalam setahun, ia mengaku berhasil panen Bandeng sebanyak dua kali di tambak yang memiliki luas sekitar 1,5 hektare tersebut.
“Ya dulu saya mulai dengan modal tabungan dari mengumpulkan uang saku yang diberikan orang tua, ketika SMA hingga kuliah. Alhamdulillah kini bisa merasakan hasilnya,” ujar Wahyu.
Dijelaskan tabungan uang saku tersebut, dirinya belikan bibit ikan bandeng dan sisanya untuk membeli pakan ikan.
“Waktu budidaya Bandeng sejak mulai menebar benih hingga panen memakan waktu sekitar lima bulan,” jelasnya.
Kisaran waktu panjang ini dipilih Wahyu agar ikan yang dipanen memiliki bentuk yang besar dengan berat optimal.
“Selama kurun waktu tersebut, saya juga rutin memberikan makan untuk ikan budidayanya dengan pelet dan mengawasi tumbuh kembangnya ikan yang dibudidayakan,” ujarnya.
Menurut Wahyu, kontrol atas budidaya ikan diperlukan, untuk mengantisipasi berbagai permasalahan yang dialami.
Salah satunya seperti ikan stres hingga tak mau makan, yang kemudian menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi terhambat.
“Kalau masalah seperti itu terjadi, ya saya beri makanan tambahan seperti vitamin khusus untuk ikan. Supaya ikan-ikan lahap lagi makannya,” imbuhnya.
Alhasil, dari budidaya Bandeng yang dikelolanya dengan baik ini, Wahyu menyebut berhasil memanen Bandeng dengan hasil maksimal.
Selama musim panen, Wahyu mengaku bisa mendapatkan hasil panen sebanyak 1,3 ton hingga 1,6 ton ikan bandeng.
“Setidaknya, pendapatan sekali panen bandeng ini, bisa menghasilkan uang sekitar Rp 60 juta rupiah. Kalau omset setahun ya sekitar Rp 125 jutaan lah. Tapi itu masih kotor. Belum dipotong biaya produksi,” ungkapnya.
Menutup perbincangan, Wahyu berpesan kepada para generasi muda di Kendal, supaya tidak malu untuk menjajal segala bentuk usaha. Salah satunya sebagai petani tambak seperti dirinya.
“Ya pesan saya jangan pernah malu untuk memulai usaha selagi halal. Yang penting memiliki tekat yang kuat dan tak malu untuk belajar,” pungkas Wahyu. (HS-06)