HALO SEMARANG – Di Kota Semarang atau tepatnya berada di Kecamatan Pedurungan mempunyai satu tradisi saat perayaan syawalan yakni dengan membuat Kupat Jembut.
Kupat Jembut ketika syawalan tiba digelar di beberapa daerah di Pedurungan. Seperti saat perayaan syawalan yang digelar dua daerah yakni di RW 1 Kelurahan Pedurungan Tengah dan di Kelurahan Tlogomulyo.
Perayaan Kupat Jembut dilakukan setelah selesai salat subuh dan biasanya anak-anak dari Kelurahan Tlogomulyo langsung berdatangan di Musala Al Iman. Mereka datang dengan membawa sebuah plastik kresek.
Sementara Kupat Jembut sudah tersaji di pelataran musala. Saat anak-anak sudah mulai ramai, seorang warga memukul tiang listrik dengan batu.
Hal itu jadi sebuah tanda jika tradisi Kupat Jembut akan dilaksanakan dengan denting tiang listrik dibunyikan anak-anak dengan tertib berbaris. Munawir, Imam Musala Al Iman di Jaten Cilik atau Tlogomulyo menjelaskan jika dalam tradisi ini anak-anak membawa plastik kresek untuk menampung Kupat Jembut dan selongsong ketupat yang diberikan warga dan musala.
“Kupat itu boleh dibawa pulang atau dimakan langsung,” ujarnya saat ditemui dalam perayaan Syawalan Senin (9/5/2022).
Anak-anak yang datang kemudian menyisir kampung untuk menerima Kupat Jembut dari beberapa rumah yang menyediakan. Saking antusiasnya, anak-anak berlarian ke sana kemari untuk meraih Kupat Jembut itu.
Selain Kupat Jjembut, anak-anak juga menerima uang saku yang diberikan oleh beberapa warga jumlahnya beragam. Mulai nominal Rp 2 ribu sampai Rp 5 ribu. Disisi lain, Munawir mengatakan jika tradisi pembuatan Kupat Jembut ini sudah rada sejak tahun 1951.
“Saat itu setelah perang dunia kedua setelah lebaran, warga sedang kekurangan bahan pokok. Akhirnya sebagai solusi mereka membuat ketupat yang dibelah lalu diisi sayuran atau yang sekarang kita sebut sebagai Kupat Jembut ini,” terangnya.
Di tempat lain yakni di RW 1 Pedurungan Tengah, pelaksanaan Kupat Jembut juga dilakukan dengan tidak kalah meriah dan lebih santun. Pasalnya kupat dibagi di rumah-rumah warga dan anak-anak serta orang tua antre secara tertib.
Ketua RW 1 Wasi Darono yang jadi saksi pelaksanaan Kupat Jembut dari tahun ke tahun menuturkan jika tradisi ini harus terus dilakukan dan jangan sampai hilang termasuk bagaimana cara mengolahnya.
“Ini harus dipertahankan jangan sampai hilang. Soalnya peninggalan orang tua kita,” imbuhnya. (HS-06)