HALO SEMARANG – Penyuluh Agama Islam asal Kabupaten Blitar, Arif Zamroni mengungkapkan harapan “Program Satu Calon Pengantin (Catin) Menanam Satu Pohon” dapat menjadi program nasional dan didukung Presiden Prabowo Subianto.
Harapan itu disampaikan Arif Zamroni, dalam kapasitasnya sebagai Ketua Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI), setelah bertemu Prabowo di Istana Negara, baru-baru ini, bertepatan dengan acara penandatanganan PP Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Piutang Macet kepada UMKM pada Bidang Pertanian, Perkebunan, Peternakan, dan Kelautan serta UMKM lainnya.
Menurut alumnus PAI Award 2024 ini, program “Satu Catin Satu Pohon” ini, sekaligus momentum bagi Kementerian Agama (Kemenag), untuk berperan lebih aktif dalam isu-isu lingkungan.
Zamroni juga telah berupaya memperluas jangkauan program “Satu Catin Satu Pohon” dengan merangkul para petani dan pegiat lingkungan.
Program yang mengajak calon pengantin (Catin) untuk menanam pohon ini juga bakal didukung dengan penyediaan lahan, yang memudahkan para catin dalam berpartisipasi.
“Kami akan membangun komunikasi dan berkolaborasi dengan sejumlah entitas bidang lingkungan, baik itu petani maupun pegiat lingkungan lainnya untuk menyukseskan Satu Catin Satu Pohon. Selain itu, kami juga akan berkoodinasi dengan instansi terkait agar program ini bisa bersinergi dengan pemerintah daerah,” kata dia, seperti dirilis kemenag.go.id.
Zamroni mengatakan, program Satu Catin Satu Pohon digagas sebagai bentuk “sedekah alam”, melibatkan calon pengantin dalam kegiatan menanam pohon.
Melalui praktik agroforestri, imbuhnya, pohon yang ditanam dapat memberi manfaat lebih dari sekadar penyerapan karbon.
Agroforestri, yang mengintegrasikan pohon dengan lahan pertanian, bisa menjadi solusi lintas sektoral yang mencakup peningkatan produktivitas pangan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, serta mitigasi perubahan iklim.
Menurutnya, agroforestri berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim melalui tiga cara utama yaitu, menyimpan karbon dalam biomassa dan tanah, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan menghindari emisi melalui pengurangan penggunaan bahan bakar fosil di lahan pertanian.
“Ini adalah model berkelanjutan yang menawarkan dampak positif bagi kesehatan tanah, keanekaragaman hayati, hingga ketahanan pangan masyarakat,” kata dia.
Zamroni berharap, program “Satu Catin Satu Pohon” ini dapat diakui sebagai kebijakan nasional melalui peraturan presiden, agar menjadi warisan berharga di masa mendatang.
Dikatakannya, inisiatif ini tidak hanya memperkuat kesadaran lingkungan tetapi juga menjadi kontribusi konkret dalam menghadapi perubahan iklim dan mendorong pembangunan yang berkelanjutan di Indonesia.
“Kami berharap program ‘Satu Catin Satu Pohon’ ini dapat dirumuskan kebijakannya untuk menjadi program nasional melalui peraturan presiden, agar bisa menjadi legacy untuk masa depan,” ucapnya.
Kasubdit Bina Penyuluh Agama Islam, Kemenag, Amirullah mengapresiasi upaya yang dilakukan Zamroni.
Menurutnya, langkah tersebut tidak hanya membantu mengurangi dampak perubahan iklim, tetapi juga menjadi inspirasi bagi penyuluh agama untuk memperluas peran mereka di tengah masyarakat.
“Peran penyuluh agama tidak hanya terbatas pada isu keagamaan, tetapi juga bisa berkontribusi pada isu-isu sosial dan lingkungan,” tegas Amir.
Upaya menjaga lingkungan, kata Amir, seperti ranting pohon yang saling menguatkan. Karenanya, ia menyebut, program Satu Catin Satu Pohon, mengajarkan Catin tentang pentingnya melestarikan lingkungan sejak dini.
“Layaknya batang pohon yang kokoh dan daun yang teguh meski diterpa angin, Catin bisa mengambil pelajaran bahwa melestarikan lingkungan adalah tugas bersama, bukan hanya penyuluh agama. Untuk itu, program ini bisa menjadi gerakan bagi penyuluh agama dan Catin di seluruh Indonesia untuk memahami pentingnya menjaga alam,” kata Amir. (HS-08)