
HALO PEKALONGAN – Anak-anak korban banjir di Kota Pekalongan, yang mengungsi di Posko Pengungsian Panti Asuhan Arrobitoh Klego, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan, mendapat pemulihan trauma dari Tim Trauma Healing Kota Pekalongan.
Koordinator Lapangan (Korlap) Tim Trauma Healing Kota Pekalongan, Kunduri, seperti dirilis Pekalongankota.go.id, mengatakan trauma healing atau pemulihan trauma, dilakukan oleh tim di bawah naungan Dinas Pendidikan.
Mereka adalah para guru TK dan PAUD, yang memang sudah memahami tentang psikologi anak.
Dengan upaya itu, dia berharap dapat membantu anak-anak itu, untuk memulihkan kondisi mental mereka, sekaligus menghilangkan rasa takut, setelah mengalami bencana.
Upaya seperti ini juga dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya, saat wilayah tersebut dilanda rob atau banjir karena curah hujan tinggi.
“Dalam pelaksanaannya, karena masih di tengah pandemi, kami mengupayakan kegiatan tersebut berjalan sesuai protokol kesehatan. Anak-anak juga diajak mencuci tangan dan memakai masker. Kami juga membagikan masker pada anak-anak yang belum memakai, dan menyisipkan edukasi pencegahan Covid-19,” kata dia.
Dalam proses pemulihan itu, anak-anak diberi semangat. Petugas trauma healing, juga menghibur anak-anak dengan cerita dongeng, permainan tepuk tangan, bermain bersama, menari, atau bernyanyi.
Itu semua agar di tengah bencana banjir ini, mereka tetap bersemangat, menjaga kesehatan, serta memperkuat mental mental, sehingga dapat tetap menjalani kehidupan dan menggapai cita-cita.
Menurutnya, sejak banjir melanda Kota Pekalongan, Minggu(7/2) lalu, tim trauma healing telah bergerak bersama menuju ke lokasi-lokasi pengungsian.
Lokasi tersebut, antara lain di aula Kecamatan Pekalongan Barat dan Masjid Al Karomah. Tim juga juga memberikan edukasi bagi orang tua agar selalu mendampingi anak-anaknya, untuk bisa melewati stres dan mengajak komunikasi anak-anaknya. Dengan begitu anak-anak itu selalu merasa nyaman dan dapat mengurangi dampak trauma.
“Setiap harinya kami keliling ke lokasi-lokasi pengungsian, rata-rata 2-3 lokasi, untuk mengembalikan semangat dan mengajak anak-anak itu bersenang-senang,’’ kata dia.
Tim juga memberikan sedikit bingkisan berisi snack, untuk dibagikan ke anak-anak itu. Kunduri menyatakan rasa syukur, karena respon anak-anak dan orang tuanya positif.
“Orang tua mereka pun senang, karena selain terpenuhi kebutuhan sandang dan pangan, anak-anak mereka mendapat perhatian yang lebih melalui kegiatan trauma healing ini agar tidak berlarut-larut sedih memikirkannya, mengajarkan mereka menjadi lebih tanggap bencana,” kata dia. (HS-08)