HALO SEMARANG – Setelah tiga tahun sejak pindah dari Jalan Barito ke Pasar Klitikan Penggaron, ternyata banyak pedagang kaki lima (PKL) usaha logam yang gulung tikar.
Ketua Klaster Logam di Sentral Industri Logam, Sunaryo, saat disambangi di ke diaman rumahnya, di Semarang Timur, Rabu (12/1/2022), menuturkan dari 63 rekannya, sekitar 10 persen sudah gulung tikar, menjual kiosnya, dan pindah ke tempat lain.
“Nah itu cara mengakali kolapsnya. Mereka menjual rukonya untuk modal membuka sendiri di rumah. Karena capek nunggu kios yang terus-terusan sepi pengunjung. Jadi sampai sekarang mereka masih berjualan, tetapi di rumah masing-masing,” kata Sunaryo
Sunaryo menjelaskan, kolaps yang dialami kelompoknya, lantaran Pasar Klitikan Penggaron selalu sepi pembeli.
“Pergerakan ekonominya kurang bagus. Kalau di sini (Jalan Barito-Red) kan, dekat jalan raya. Banyak orang lalu lalang, jadi ramai. Banyak yang datang untuk lihat-lihat dulu, baru kemudian kalau ketemu yang cocok, mereka akan membeli. Selain itu masyarakat lebih mengenal Jalan Barito,” kata Sunaryo.
Dia juga menuturkan, akibat perpindahan Pasar Barito tersebut, para pejual juga sempat mengalami penurunan omset hingga 90 persen. Namun begitu seiring berjalannya waktu, omset mereka mulai merangkak naik sampai 50 persen, dibanding sebelum pindah.
Berdasarkan pantauan di lokasi, di Jalan Bugangan saat ini, ada belasan perajin logam yang memilih membuka usaha di rumah masing-masing. Mereka sebelumnya sempat menempati Pasar Klitikan Penggaron, namun kemudian bangkrut.
“Dulu di sana (Penggaron-Red). Tapi saya milih balik lagi jualan di sini (Bugangan-Red),” kata Edy, salah perajin.(HS)