
HALO SEMARANG – Pihak SMP 16 Semarang berharap lahan relokasi segera ditentukan oleh Pemkot Semarang. Pasalnya, kondisi lahan yang tinggal 5.000 meter persegi tersebut kini sudah tidak ideal lagi untuk pembelajaran jenjang SMP.
Kepala SMPN 16 Semarang, Yuli Heriani mengungkapkan, proyek pembangunan tol Semarang-Batang tersebut tentunya mempengaruhi pembelajaran di sekolah tersebut. Selain pembelajaran yang harus diubah, sejumlah fasilitas seperti gedung juga harus menempati tempat darurat.
“Seperti halnya ruang guru. Saat ini guru menempati ruang darurat sebagian menggunakan mushala dan sebagian menggunakan aula,” ujar Yuli, Selasa (22/1).
Penggunaan alua sebagai tempat ruang guru tentunya juga mempengaruhi jam mata pelajaran. Seperti halnya jam mata pelajaran olahraga yang ketika ada materi khusus di aula, harus meminjam tempat lain. Dikatakan Yuli, beberapa kali sekolah terpaksa harus meminjam aula di Graha Padma hanya untuk mata pelajaran olahraga materi bulu tangkis atau basket.
Selain itu, jam mata pelajaran tersebut juga diubah. Di mana biasanya dalam satu hari 3 kelas bisa melakukan pembelajaran olahraga, setelah terkena dampak tol harus berkurang menjadi dua kelas. Itupun lapangan yang digunakan harus bergantian dengan kelas lain.
Selain itu jadwal masuk sekolah pun juga berubah. Sebelumnya sekolah tersebut memberlakukan waktu 5 hari sekolah. Dikarenakan keterbatasan fasilitas gedung, kemudian dikembalikan lagi menjadi 6 hari sekolah.
“Sebelumnya sepulang sekolah langsung bisa ekstrakulikuler, namun karena keterbatasan ruang dan gedung maka siswa dipulangkan dulu, karena lapangan harus bergantian dengan siswa lain,” katanya.
Sehingga, pihaknya berharap relokasi dan pembangunan gedung baru segera direalisasikan. Terkait dengan lokasi relokasi nantinya, dia berharap masih di sekitaran Kecamatan Ngaliyan.
Pertimbangan pihak sekolah yaitu aksesibilitas transportasi. Posisi SMPN 16 Semarang yang saat ini berada persis di pinggir jalan utama membuat akses transportasi siswa menjadi mudah.
“Sehingga lokasi baru juga kondisinya hampir sama dengan lokasi lama,” tegasnya.
Terkait dengan wacana pemindahan di sekitaran Bringin, menurutnya bisa memberatkan siswa. Pasalnya, kebanyakan siswa yang belajar di sekolah tersebut berasal dari Ngaliyan, Mijen, Tugu, Jerakah, Krapyak.
“Kalau bisa di samping Mc Donald Ngaliyan itu malah strategis,” tuturnya.
Selain itu, pihak sekolah juga enggan dipindah apabila gedung dan lahan yang baru belum selesai dibangun. Tentunya dengan jumlah siswa SMP yang begitu banyak akan kesulitan jika mencari gedung sementara untuk dilangsungkan kegiatan belajar mengajar. Dia khawatir kondisi saat ini berpengaruh terhadap prestasi siswa. Selama ini, lanjutnya, sekolah tersebut dikenal menjadi salah satu pencetak siswa berprestasi baik itu skala lokal Semarang maupun tingkat nasional.
Meski pemilihan lokasi berada di tangan Pemkot Semarang, namun dia mewakili stakeholder SMPN 16 Semarang berharap tempat relokasi tidak jauh dari lokasi saat ini.
Sementara Anggota Komisi D DPRD Kota Semarang, Anang Budi Utomo mengatakan, jika aksesibilitas siswa tidak perlu dipersoalkan.
Dikatakan, Pemkot Semarang akan tetap memberikan fasilitas khusus bagi siswa apabila nanti tempat relokasi jauh dari lokasi saat ini.
“Kan bisa kami fasilitasi dengan bus sekolah yang seperti sekolah-sekolah lainnya. Jadi itu bukan persoalan,” ujar Anang.
Dalam hal ini, dia juga mendorong Pemkot Semarang untuk segera memutuskan lokasi mana yang cocok untuk relokasi SMPN 1 Semarang. Dia berharap, proses relokasi tidak berlarut-larut, tentunya hal itu berkaitan dengan proses kegiatan belajar mengajar.
Anang juga berharap jika sebelum diperoleh lokasi baru dan dibangun gedung yang baru, kegiatan belajar mengajar tetap dilakukan di lokasi lama. “Jangan dirobohkan dulu gedungnya, sebelum mendapatkan lokasi baru dan gedung baru,” tuturnya.(HS)