HALO SEMARANG – Kota Semarang melalui Dinas Penataan Ruang Kota Semarang bakal memiliki sebuah Bangunan Gedung Hijau (BGH) pada tahun 2026 mendatang. Kepala Dinas Penataan Ruang Kota Semarang, Muhammad Irwansyah menjelaskan, Bangunan Gedung Hijau tersebut, yakni berupa kantor Kelurahan Bulu Lor, Kecamatan Semarang Utara.
“Desain kantor Kelurahan Bulu Lor akan di Detail Engineering Design (DED) kan tahun depan (2025-red) dan tahun 2026 direalisasikan pembangunannya,” paparnya, Minggu (20/10/2024).
Menurut Irwansyah, desain kantor kelurahan Bulo Lor, Kecamatan Semarang Utara dengan konsep Bangunan Gedung Hijau. Diharapkan, jangka panjangnya akan massif diterapkan pada bangunan pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha.
“Salah satu caranya yakni dengan kolaborasi dengan semua pihak, agar semua pembangunan berkelanjutan, bumi kita harus dijaga tetap ijo royo-royo, pembangunan tetap berjalan menghasilkan alam langit biru dan bebas polusi karbon,” harap Irwansyah.
Apalagi, kata dia, saat ini Bangunan Gedung Hijau di kota Semarang terbilang belum banyak, hal ini untuk mengatasi masalah perubahan iklim, mengurangi emisi karbon karena paling besar sumber peningkatan suhu bumi disebabkan dari bangunan tempat tinggal. “Keuntungannya, penghuni akan menjadi lebih sehat,” katanya.
“Bahkan, tahun 2030 di Jakarta berkomitmen untuk mengurangi emisi, air dan penghematan energi sebesar 30 persen. Untuk itu, langkah ini akan juga mulai dijadikan referensi bagi Pemerintah Kota Semarang dalam mewujudkan pembangunan ramah lingkungan,” imbuhnya.
Dikatakan Irwansyah, ada syarat sebuah bangunan dikatakan merupakan bangunan gedung hijau tidak hanya pengunaan solar panel aja, juga terkait standard teknis mulai dari perencanaan, tahap konstruksi dan pengelolaan lingkungan. “Yang jelas desain bangunan, dari bukaan jendela saja jadi problem, tidak harus pakai AC maupun kipas angin, di rumah sudah harus hemat energi dengan menggunakan LED sebagai penerangan, atau solar panel untuk kebutuhan listriknya. Lalu, bagaimana mengelola limbahnya sudah menerapkan 3R, selanjutnya airnya juga merupakan air daur ulang dari air hujan ditampung bisa diolah untuk dimanfaatkan kembali. Serta dari segi materialnya, bisa penggunaan eceng gondok yang banyak tersedia di sekitar, untuk dijadikan plafon, atau tembok misalnya,” pungkasnya.(HS)