in

Sugeng Riyadi, Penyandang Difabel yang Tak Pernah Berharap Bantuan dan Memilih Bekerja Keras

Sugeng Riyadi, saat merakit sepeda motor roda tiga Dusun Mijen di RT 2 RW 1, Desa Merbuh, Kecamatan Singorojo, Kendal, Kamis (9/7/2020).

 

HALO KENDAL – Kekurangan fisik bukan menjadi penghalang untuk bisa mandiri tanpa mengharapkan bantuan orang. Inilah yang dilakukan, Sugeng Priyadi, lelaki kelahiran tahun 1977 yang terlahir dalam keadaan cacat.

Kedua kakinya tidak sempurna dan mengecil, praktis tidak bisa untuk berjalan. Walaupun fisiknya tidak sempurna, tidak membuatnya patah semangat untuk bekerja dan berkarya.

Ditemui di rumahnya, di Dusun Mijen di RT 2 RW 1, Desa Merbuh, Kecamatan Singorojo, Kendal, Sugeng membuka usaha memodifikasi sepeda motor menjadi roda tiga.

Dengan dibantu saudaranya, dia mengelas dan memotong besi yang dijadikan ragangan tempat memasang roda samping.

Sebelumnya, dia pernah membuat gitar listrik dan cukup banyak menerima pesanan. Namun seiring berjalannya waktu, kalah saing dan sepi pemesan, sehingga harus berganti profesi.

“Saat pesanan gitar sepi, saya alih profesi sebagai operator sound system saja,” ungkapnya, Kamis (9/7/2020).

Dengan belajar sendiri, akhirnya bisa merakit sound system yang ternyata bisa dijadikan pekerjaan sebagai perakit, sekaligus servis sound system.

“Saya belajar kepada teman yang bisa membuat sound system. Akhirnya saya juga bisa,” katanya.

Usaha sebagai perakit dan servis sound system, sekaligus operator sound system pun sempat dijalaninya beberapa tahun lalu. Kala itu, usaha tersebut mampu menghasilkan keuntungan yang cukup untuk memenuhi kehidupannya. Banyak orang yang servis maupun pesan dibuatkan sound system.

“Beberapa tahun lalu, sebelum ada corona panggilan sebagai operator sound system dari orang yang punya hajatan pun cukup ramai,” imbuhnya.

Namun sejak adanya pandemi Covid-19 ini, tidak ada lagi orang menggelar hajatan, sehingga dia juga berhenti usahanya di bidang sound system, karena hampir tidak orang yang memanggilnya.

“Sekarang sepi banget. Tidak ada orang menyewa sound system,” kata Sugeng.

Karena nyaris tak ada pemasukan, Sugeng sekarang menekuni profesi baru sebagai pembuat motor modifikasi atau rakitan bagi para difabel.

“Saya modif sepeda motor, ditambah satu lagi roda di sebelah kiri, yang bisa juga untuk tempat barang atau penumpang,” imbuhnya.

Belum ada satu tahun terakhir ini, sudah ada empat motor yang telah dimodifikasi sesuai pesenan.

Yang pesan memodifikasi motor ada yang dari luar daerah Kendal, di antaranya dari Demak dan Magelang.

“Satu unit motor modifikasi bisa dikerjakan satu sampai dua minggu. Biaya untuk modifikasi saja sekitar Rp 2 juta, untuk motornya bawa sendiri yang pesan,“ pungkas Sugeng.

Kini selain bekerja membuat motor modifikasi, Sugeng juga masih menerima pesanan membuat sekaligus menerima jasa servis gitar dan sound system.(HS)

Banyak Duplikasi Data Penerima Bansos di Kota Semarang, Hendi Minta Pendataan yang Lebih Cermat

Kodim 0715/Kendal Wisuda Anggota yang Purna Tugas