HALO SEMARANG – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo menegaskan telah berkomunikasi dengan pemerintah pusat terkait perbedaan data Covid-19.
Menurutnya, perbedaan data yang besar antara pusat dan daerah tidak boleh terjadi lagi.
Ditemui usai memimpin rapat evaluasi penanganan Covid-19 di kantornya, Selasa (1/12/2020), Ganjar menegaskan bahwa data yang dirilis Satgas Covid-19 Pusat pada 29 November yang mengatakan, Jateng mengalami penambahan kasus 2.036 adalah keliru.
“Itu kemarin datanya salah, data kita hanya 844 kasus, kenapa disampaikan 2036. Saya telpon Pak Menkes dan sudah langsung direspon untuk segera diperbaiki. Saya sampaikan juga ke Pak Menko Marinvest dan sudah komunikasi langsung dengan Pusdatin Kemenkes serta Pak Wiku dari Satgas Covid-19 pusat. Semuanya sepakat, ya memang ada persoalan dalam pengelolaan itu (data). Ini kesempatan kita memperbaiki,” kata Ganjar.
Pihaknya, lanjut Ganjar sudah memeriksa kekeliruan data yang disampaikan Satgas Covid-19 pusat dalam rilis pada 29 November itu. Dari pengecekan, ditemukan ada data ganda, ada data delay baru dimasukkan, dan kesalahan lainnya.
“Maka saya sarankan, datanya satu saja, ya pakai New All Record itu. Wis titik nggak pake koma. Tapi ya masih ada data yang sifatnya manual. Yang manual ini kan tidak bisa,” tegasnya.
Pemerintah pusat juga diminta menyampaikan rilis sesuai data real time atau data delay. Setiap rilis, harus disampaikan penambahan berapa, data real sekian, dan ditambah hasil verifikasi data delay sekian.
“Maka angka itu tidak dibaca pertumbuhan detik itu, tapi hari itu plus akumulasi data delay tadi. Menurut saya, cara ini yang lebih baik,” terangnya.
Ganjar tidak memungkiri, bahwa memang terjadi kenaikan kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jawa Tengah selama beberapa pekan terakhir. Namun kenaikannya tidak setinggi yang disampaikan pusat.
“Bahwa ada lonjakan betul, indikasinya ya karena liburan dan banyak yang pergi ke luar kota. Tapi tidak sebanyak itu. Kan sekarang orang bicaranya pada angka 2.036 itu, enggak. Itu datanya keliru kok,” jelasnya.
Terkait adanya lonjakan di Jateng, Ganjar sudah menyiapkan sejumlah skenario. Di antaranya penambahan rumah tempat tidur isolasi maupun ICU di rumah sakit, penambahan rumah sakit rujukan, hingga skenario terakhir adalah membuat rumah sakit darurat.
“Ada beberapa skenario yang kami siapkan untuk penanganan itu. Mungkin yang dalam waktu dekat adalah penambahan tempat tidur isolasi dan ICU di rumah sakit, optimalisasi tempat isolasi yang ada serta penambahan rumah sakit rujukan. Kalau yang pembangunan rumah sakit darurat, itu skenario terakhir dan saya rasa kalau melihat ini semuanya masih cukup,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Jateng, Yulianto Prabowo menerangkan, sampai saat ini Jateng masih memiliki 1401 tempat isolasi di rumah sakit. Sementara untuk ICU masih tersedia 185 tempat tidur.
“Kami terus melakukan penambahan dan meminta rumah sakit rujukan untuk segera menambah tempat isolasi dan ICU. Selain itu, kami juga sedang menimbang skenario penambahan rumah sakit rujukan serta optimalisasi tempat isolasi lain seperti asrama haji Donohudan, beberapa hotel dan fasilitas lainnya,” ucapnya.(HS)