HALO SEMARANG – Beberapa hotel di Kota Semarang mulai mempersiapkan diri untuk menjalani bisnis di tengah skema new normal yang diterapkan pemerintah.
Salah satunya Hotel Grand EDGE Semarang, yang siap beroperasi dengan pola baru, serta memenuhi standar operasional prosedur (SOP) kesehatan.
Andhina Anggun, Corporate Hotel Manager Kekancan Mukti Group (manajemen yang menaungi Hotel Grand EDGE) menyebutkan, pihaknya akan menerapkan skema new normal dan SOP kesehatan secara ketat. Tidak hanya di Hotel Grand EDGE, tapi juga di tempat usaha lain yang dinaungi Kekancan Mukti Group.
“Penerapan new normal dengan SOP kesehatan kita terapkan di semua hotel grup Kekancan Mukti seperti Hotel Radja, GriyaAyem, 21 Residentie dan Rumah Mertua Heritage Jogja,” ujarnya saat meresmikan pembukaan Hotel Grand EDGE, Selasa (9/6/2020).
Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu pun ikut meresmikan pembukaan Hotel Grand EDGE yang akan beroperasi setelah dua bulan tutup akibat pandemi Covid-19, Selasa (9/6/2020).
Pembukaan hotel yang ada di Jalan Sultan Agung ini dilaksanakan dengan menerapkan pola new normal dan penerapan standar protokol kesehatan yang ketat.
Mbak Ita, panggilan akrab Hevearita G Rahayu didampingi Komisaris Kakancan Grup Andri Rahardja, Heru Isnawan dari PHRI Jateng, Kepala Dinas Pariwisata Kota Semarang Indriyasari dan jajaran management Grand EDGE Hotel.
Dalam simulasi penerapan new normal, Mbak Ita memimpin langsung rule yang dijalankan, mulai dari tamu masuk, reservasi, masuk lift sampai di kamar hotel.
Selain itu, pengaturan meja dan kursi di restoran dan ruang meeting pun menjadi perhatian orang nomor dua di Pemkot Semarang itu.
“Prinsipnya kami sangat mengapresiasi langkah Grand EDGE yang memulai operasi dengan pola new normal dan penerapan standar protokol kesehatan yang ditetapkan,” ujar Mbak Ita, Selasa (9/6/2020).
Dengan beroperasinya kembali Hotel Grand EDGE menggunakan pola new normal dan dengan SOP kesehatan yang ketat, Mbak Ita berharap hotel-hotel lainnya bisa mengikutinya.
“Dengan pola new normal, kami harapkan hotel-hotel yang lain bisa mengikuti apa yang telah dilaksanakan oleh Grand EDGE,” tambahnya.
Lebih lanjut, Mbak Ita menyatakan, meski telah diperbolehkan membuka operasional, management harus patuh dengan ketentuan protokol kesehatan, salah satunya pembatasan jumlah tamu maksimal 50 persen dari kapasitas ruangan termasuk di ruang meeting maupun restorannya.
“Dari simulasi yang dijalankan di Grand EDGE, semuanya sudah sesuai dengan SOP Kesehatan dalam rangka memutus rantai penyebaran Covid-19,” tambahnya.
Lebih jauh Mbak Ita menyatakan, hingga saat ini Pemkot Semarang masih menggodok pola new normal untuk sektor pariwisata yang lain seperti karaoke, spa dan objek wisata sebelum dibuka.
“Tapi pembukaan sektor-sektor itu tergantung dari kedisiplinan masyarakat, kalau penderita Covid-19 semakin turun, maka kemungkinan besar akan dibuka dengan pola new normal dan penerapan SOP kesehatan yang ketat,” ujarnya lagi.
Mbak Ita mengakui, Pemkot Semarang masih terus berupaya untuk mengeliatkan sektor-sektor yang sudah diperbolehkan membuka operasional.
“Karena Covid-19 ini berimbas kepada semua sektor termasuk PAD Pemkot Semarang. Kalau kita tidak segera bertindak, tahun ini kita akan kehilangan Rp 1 triliun dari sektor pariwisata,” pungkasnya.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata Kota Semarang, Indriyasari menambahkan, saat ini pihaknya tengah berusaha menggeliatkan sektor pariwisata secara bertahap.
“Meski beberapa sektor pariwisata sudah boleh beroperasi, kita tidak bisa tergesa-gesa, tapi harus dilakukan secara bertahap dan tetap harus dengan SOP kesehatan yang ketat,” tambah Iin, panggilan akrabnya.
Iin mengatakan, hingga saat ini masih menyiapkan inovasi-inovasi untuk menerapkan new normal di sektor perhotelan, tempat hiburan, tempat pariwisata, restoran, kafe dan lainnya.(HS)