HALO KENDAL – Kegiatan “Sambang Lapen” menjadi putaran ke-3 Festival Pituturan, yang digelar di Desa Pageruyung, Kecamatan Pageruyung, Kabupaten Kendal beberapa waktu lalu. Kegiatan kali ini bekerja sama dengan Sanggar Rejo dan beberapa grup kesenian di sekitar.
Berbeda dari dua edisi sebelumnya, rangkaian festival sudah dimulai sejak 07.00 WIB pada hari pertamanya, kegiatan “Sambang Lepen” atau kegiatan berdoa bersama dan menanam bibit pohon di tujuh titik sumber mata air Desa Pageruyung.
Ketua Sanggar Rejo, Eka Setiawan mengatakan, “Sambang Lapen” menjadi ajang untuk kembali mengingatkan generasi muda, supaya tidak melupakan sumber mata air yang telah banyak bermanfaat bagi kehidupan desa.
“Jadi rangkaian Festival Pitururan melalui “Sambang Lapen” ini menjadikan anak-anak tahu bagaimana menjaga lingkungan yang telah membesarkan mereka,” Acong sapaan akrabnya.
Selanjutnya menjelang siang hari, sekitar pukul 09.30 WIB dilanjutkan dengan “Skets and Tour”, yaitu kegiatan melukis bersama di lokasi bersejarah Pabrik Karet Sukomangli.
“Kegiatan ini dihadiri oleh para pelukis sketsa dari beberapa komunitas seni, seperti Kalikuto Art, Kendal Sketcher, dan Beringin Rasa,” imbuh Acong.
Sementara itu, M Yusril Mirza, Ketua Festival Pituturan Kendal berharap melalui kegiatan kreatif ini dapat memantik daya minat lintas pegiat untuk bersama-sama menjaga objek bersejarah.
“Dengan mengajak para pelaku seni hadir di sini, selain menjadi upaya dokumentasi objek bersejarah Pabrik Karet Sukomangli dalam bentuk lukisan sketsa, juga sebagai strategi meningkatkan nilai penting sebagai ruang daya guna seni,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Yusril, terdapat juga kirab budaya “Ganti Mori Selo Roto” bersama dengan masyarakat Desa Pageruyung. Kegiatan ini menjadi ajang tradisi berdoa bersama dan pengingat kembali sejarah desa di Punden Selo Roto.
Setelah itu, kegiatan selanjutnya diisi dengan pertunjukan budaya dari sore hingga malam hari oleh pentas anak dan kesenian rakyat Pageruyung, seperti Drama Mepe Cengkeh, Tari Gidro, Kesenian Barongan, Jaranan, Srandulan Putri, dan Tari Wiratha Tamtama.
“Pada sesi kegiatan ini, menjadi yang paling meriah bahkan keberadaan masyarakat sebagai penonton membanjiri area sekitar panggung yang tampak memiliki antusiasme yang tinggi,” beber Yusril.
Sedangkan Alan Yahya, Panitia Festival Pituturan Kendal menambahkan pentingnya kehadiran ruang-ruang berkesenian bagi masyarakat.
“Kegiatan ini merupakan ajang ikhtiar dari teman-teman komunitas yang ingin menghadirkan ruang-ruang berkesenian bagi masyarakat. Diharapkan antarpegiat seni dapat saling berkolaborasi dan memberikan kegiatan yang bermanfaat bagi masyarakat sekitar, tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga memiliki nilai lebih,” ungkapnya.
Sementara itu, kegiatan Festival Pituturan Kendal di Pageruyung hari kedua dilanjutkan dengan kegiatan “Workshop Kreatif: Melukis Disgrip” yang dipandu oleh Agnes Prawismi dari Kendal Berkain.
Kegiatan diikuti oleh anak-anak usia PAUD hingga setingkat SD/MI yang berasal dari Desa Pageruyung. Dalam kegiatan tersebut anak-anak diajak untuk belajar melukis disgrip atau wadah pensil.
Selama festival, anak-anak didampingi oleh para orang tua yang antusias terhadap kegiatan melukis tersebut. Kegiatan diakhiri dengan sesi foto anak-anak bersama hasil lukis disgrip, sekaligus menjadi sesi penutup Festival Pituturan Kendal di Pageruyung.(HS)