in

Puncak Musim Kemarau Semarang Tidak Alami Kekeringan, Begini Penjelasan BMKG

Infografis kekeringan meterologis dari BMKG Provinsi Jawa Tengah.

HALO SEMARANG – Puncak musim kemarau yang terjadi pada bulan Agustus- September tahun ini, beberapa daerah di Jawa Tengah diprediksi akan mengalami kekeringan secara meterologis seperti Sragen, Boyolali dan Klaten. Sedangkan untuk wilayah Kota Semarang sendiri, tidak akan mengalaminya atau tidak ada peringatan kekeringan meterologis dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

Penentuan status atau kondisi kekeringan secara meterologis oleh BMKG ini berbeda dengan kekeringan secara hidrologis. Kekeringan secara hidrologis dilihat dari tampungan air yang ada, sedangkan kekeringan meterologis dilihat dari faktor intensitas hujan.

Koordinator Bidang dan Informasi BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, Iis Widya Harmoko menjelaskan, kota Semarang termasuk salah satu dari beberapa wilayah di Jawa Tengah tidak ada peringatan dari sisi kekeringan meterologis. Karena dari data yang ada, wilayah Kota Semarang pada periode Dasarian III bulan Juli 2023 dari beberapa pos pengukuran hujan, masih terdapat hujan dengan intensitas ringan.

Selain itu, karena dilihat dari tampungan air yang juga masih ada. Seperti sungai, waduk dan bendungan.

“Jadi beda antara kekeringan secara hidrologis dan meterologis. Bisa saja mengalami kekeringan secara meterologis tapi secara hidrologis tidak, karena suatu daerah dengan banyak air, atau jika mengalami kekeringan meterologis serta merta juga belum tentu akan alami kekeringan hidrologis,” terangnya saat dihubungi Halosemarang.id, Jumat (4/8/2023).

Dikatakan kekeringan meterologis, lanjut dia, mungkin karena suatu daerah tidak ada hujan selama beberapa hari atau minggu atau bulan. Ini baru bisa disebut kekeringan meterologis, tetapi tidak bisa dikatakan kekeringan hidrologis.

“Selain di wilayah Semarang, yang tidak ada peringatan kekeringan meterologis karena berkurangnya hujan hal yang sama di antaranya wilayah Cilacap, Banjarnegara, Purworejo, Temanggung, Kendal, Demak dan lainnya,” pungkasnya.

Dari data yang diterima, bahwa sejumlah wilayah di Jateng bagian barat masuk kriteria hujan pendek dengan 6-10 hari berturut-turut tanpa hujan.

Yakni di antaranya Karisidenan Banyumas dan Kedu seperti wilayah Cilacap, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Purbalingga, Banjarnegara, Wonosobo bahkan Magelang, banyaknya hujan kriteria sangat pendek yakni 1 – 5 hari tanpa hujan.

Hal serupa terjadi di wilayah Jateng bagian timur, dengan dominasi kriteria menengah, yakni 11 – 20 hari tanpa hujan.

Kriteria Hari Tanpa Hujan (HTH) panjang, 21 – 30 dan sangat panjang, 31 – 60 hari tanpa hujan terjadi di sekitar Blora, Grobogan, Boyolali, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo, Wonogiri, Klaten dan Salatiga. (HS-06)

Buka Kapolri Cup 2023 di Kendal, Kapolda Jateng : Bisa Menjaring Bibit-Bibit Atlet Bola Voli

Ganjar Berharap Porprov XVI Jateng Jadi Ajang Unjuk Prestasi