HALO SPORT – Bukan perkara gampang membawa tim dengan persiapan yang singkat ke semifinal Piala Presiden 2022. Namun pelatih PSS Sleman Seto Nurdiyantoro mampu melakukannya dengan baik. Keberhasilan meloloskan PSS ke semifinal di turnamen pramusim ini menjadikan Seto sebagai satu-satunya pelatih lokal di tengah dominasi pelatih asing.
Seto bersaing adu taktik dan strategi dengan tiga pelatih asing yang menangani tim semifinalis. Di babak empat besar, dirinya berhadapan dengan Milomir Seslija, pelatih Borneo FC asal Bosnia.
Seslija jelas bukan pelatih kelas ‘ecek-ecek’. Diriya kembali menunjukkan kemampuannya saat Borneo FC menyingkirkan tim unggulan PSM Makassar di perempat final.
Selain Seslija ada Sergio Alexandre, pelatih asal Brasil yang menangani PSIS Semarang. Pelatih berlisensi CBF Pro ini membuktikan sebagai sosok bertangan dingin dengan menjadikan PSIS tim yang menakutkan. Bagaimana tidak, tim berjuluk Mahesa Jenar ini menghancurkan Persita Tangerang 6-1 di pertandingan penyisihan grup Piala Presiden.
Bahkan Seto turut menjadi ‘korban’ setelah PSS dihajar dengan skor yang tidak kalah telak 5-2. Hanya Dewa United FC yang lolos dari pembantaian setelah menahan PSIS 2-2.
Di tangan Alexandre, PSIS langsung ‘ngegas’ di turnamen pramusim. Tak hanya menjadi juara grup dan kemudian lolos ke semifinal, striker Carlos Fortes pun menjadi top scorer setelah mengemas lima gol. Selain itu, pemain depan Wawan Febriyanto tercatat sebagai top assist dengan catatan 4 assist. Dirinya mengungguli pemain Borneo FC, Jonathan Bustos yang membuat dua assists.
Performa gemilang PSIS buah polesan Alexandre mengantarkan mereka menjadi tim unggulan. Terutama setelah tim-tim kuat seperti juara Liga 1 Bali United, PSM, Persib Bandung, Persebaya Surabaya sudah tersingkir.
Hanya, PSIS harus melewati Arema FC yang juga ditangani pelatih asing, Eduardo Almeida. Kinerja pelatih asal Portugal ini sesungguhnya tak mengecewakan pada musim pertama di Arema FC. Almedia sukses membawa Singo Edan ke peringkat empat musim 2021/22.
Namun Arema FC sempat memanaskan persaingan memperebutkan posisi puncak dengan Bali United dan Persib Bandung. Sayangnya, mereka tak konsisten saat kompetisi memasuki pekan-pekan terakhir. Arema FC menelan kekalahan dari Persik Kediri, Persib dan Bali United yang menjadikan posisi mereka melorot.
Seto Kalah Pengalaman
Bagaimana dengan Seto? Pelatih berusia 48 ini tentu kalah pengalaman dibandingkan Seslija atau Almeida yang sudah malang-melintang di berbagai klub Eropa dan Asia. Bahkan Seslija sudah tak asing bagi klub-klub Liga 1 karena pernah mengarsiteki Madura United, Arema FC dan PSM Makassar sebelum berlabuh di Borneo FC.
Pelatih yang sarat pengalaman dibandingkan Seto yang lebih banyak berkecimpung di klub Liga 2. Hanya saja, prestasi eks pemain tim nasional era 2000-an ini sesungguhnya tidak kalah moncer. Dirinya mengantarkan PSS promosi ke Liga 1 setelah menjadi juara Liga 2 2018.
Dalam debut di kompetisi kasta tertinggi, pencapaian Seto bersama PSS pun tak mengecewakan. PSS mampu menduduki peringkat 8. Posisi tim tersebut masih lebih baik dibandingkan Persija Jakarta, Arema FC dan bahkan PSIS.
Meski meraih sukses, namun Seto sempat meninggalkan PSS dan menyeberang ke tim tetangga, PSIM Yogyakarta. Hanya saja pada musim 2022/23, mantan pemain Pelita Solo ini kembali ke PSS. Menariknya, produk lokal tidak hanya pelatih kepala tetapi juga para asisten pelatih, Ansyari Lubis dan Bonggo Pribadi.
“Kami tidak melihat apakah pelatih harus asing atau lokal,” ucap Direktur Utama PT PSS Andywardhana yang mengaku tak memilah-milah apakah pelatih asing atau lokal yang lebih layak menangani PSS. Menurut dia yang terpenting pelatih mampu membawa tim meraih prestasi di liga.
“Bila akhirnya mengangkat Seto, itu karena kami yakin dia mampu membawa prestasi lebih baik,” kata Andy saat menyebutkan mengapa klub kembali menetapkan Seto sebagai pelatih.
Ujian Pertama
Turnamen Piala Presiden 2022 menjadi ujian pertama Seto yang memiliki persiapan singkat. Bagaimana tidak, PSS agak terlambat melakukan persiapan dan harus bekerja cepat membereskan kontrak pemain yang dipertahankan tim.
Tak lama berselang saat masih berbenah, PSS sudah harus berlaga di Piala Presiden. Repotnya lagi, PSS memasuki gelanggang turnamen tanpa pemain asing.
Meski demikian, Seto tampak percaya diri membawa tim ke Solo yang menjadi tuan rumah Grup A. Bahkan dirinya memasukkan pemain akademi, Muhammad Fariz dan Arian Agma Dinata. Arian tak sekadar menghangatkan bench karena dia mendapat kesempatan bermain nyaris 90 menit saat PSS menang 2-0 atas Persita Tangerang. Sedangkan di laga penentuan melawan Dewa United FC, dia masuk di babak kedua menggantikan Jose Valente.
Tanpa legiun asing yang baru bergabung di tengah turnamen, perjalanan PSS termasuk tak mudah. Kuncinya? Kekuatan mental. Meski terkesan kalem, namun Seto jago memotivasi pemain sehingga mereka selalu bisa mengatasi tekanan.
“Saya hanya ingin pemain menikmati pertandingan. Hanya saja, mereka masih terlihat gugup di laga krusial,” kata Seto.
Ya, PSS menghadapi beberapa laga dengan tensi tinggi. Tidak hanya di laga pembuka Piala Presiden 2022 melawan tuan rumah Persis Solo tetapi juga pada laga terakhir grup melawan Dewa United FC. Di perempat final, mereka menyelesaikan laga dengan adu penalti untuk menyingkirkan Persib Bandung yang bertindak sebagai tuan rumah.
Keberhasilan Seto membawa PSS ke semifinal di Piala Presiden 2022 sesungguhnya merupakan prestasi yang mengesankan. Di tengah dominasi pelatih asing, Seto justru mendulang sukses. Apalagi, tim mengandalkan pemain lokal karena belum bergabungnya pemain asing.
Persoalannya, mampukah Seto mengukir prestasi dengan mengangkat trofi turnamen pramusim? Pasalnya tim-tim juara liga atau turnamen seperti Piala Indonesia misalnya selalu di bawah penanganan pelatih asing. Mungkinkah seorang Seto mendobrak hegemoni asing di Piala Presiden? Menarik untuk ditunggu.(HS)